SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyaksikan pengecoran ralan raya Solo-Purwodadi di Gemolong, Sragen, Minggu (23/7/2023). (Biro Pers Setpres/Laily Rachev)

Presiden Joko Widodo meninjau proyek pembangunan jalan raya Solo—Purwodadi (Grobogan) sepanjang 59 kilometer pada Minggu (23/7/2023). Proyek pembangunan jalan ini menggunakan konstruksi beton yang nilainya disebut paling mahal di Indonesia.

Proyek pembangunan jalan raya Solo-Purwodadi dengan konstruksi beton menjadi respons serius kali pertama pemerintah. Sebenarnya kondisi jalan raya Solo– Purwodadi yang rusak—dan sering rusak lagi setelah diperbaiki—telah diketahui sejak beberapa dasawarsa lalu.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Presiden Joko Widodo menyebut jalan tersebut tidak pernah beres sejak dia masih kanak-kanak. Ini menandakan betapa buruknya kualitas jalan lintas kabupaten itu.

Jalan rusak tersebut memang selalu menjadi topik keluhan warga yang mau tidak mau harus melintasi jalan raya Solo—Purwodadi dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Ruas jalan itu selalu diperbaiki dan diaspal ulang setiap tahun, tetapi kerusakan tetap saja terjadi. Umur aspal di ruas jalan itu jamak sangat singkat, kurang dari dua tahun.

Kerusakan ruas jalan Solo–Purwodadi yang disebut sebagai wisata jeglongan sewu merupakan kisah klasik yang terjadi setiap tahun. Sebutan itu diberikan karena lubang-lubang di ruas jalan tersebut tak pernah hilang selama berdasawarsa-dasawarsa walau setiap tahun ditambal.

Diameter lubang paling besar nyaris mencapai dua meter. Bentuknya menyerupai kubangan ketika kawasan jalan tersebut diguyur hujan deras. Tentu saja itu membahayakan semua pengguna jalan.

Sejauh ini baru kali inilah ada respons serius pemerintah memperbaiki jalan tersebut. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menerapkan teknologi cor beton yang memang sangat mahal untuk memperbaiki jalan tersebut.

Anggaran untuk perbaikan jalan raya Solo—Purwodadi kali ini dua kali lipat lebih mahal daripada proyek perbaikan jalan lainnya. Langkah ini tepat karena ruas jalan raya Solo-Purwodadi tergolong salah satu ruas jalan utama untuk pergerakan ekonomi dan mobilitas warga antarwilayah kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Alokasi dana yang jauh lebih mahal dibandingkan untuk proyek pembangunan atau perbaikan jalan lain tidak jadi masalah karena proyeksi manfaat dan nilai ekonomisnya jelas. Pembangunan jalan memang harus menjadi prioritas ketika mobilitas orang dan barang menjadi bagian penting pergerakan ekonomi.

Skala prioritas sangat penting. Artinya menjadikan perbaikan dan pemeliharaan jalan atau pembangunan jalan sebagai yang utama di tengah keterbatasan anggaran. Jamak pembangunan jalan butuh dana besar agar konstruksinya tahan lama.

Jalan yang tahan lama sebenarnya menguntungkan, walau konstruksi awalnya mahal atau sangat mahal. Karena itulah, dibutuhkan kehendak politik kuat memprioritaskan perbaikan dan pemeliharaan jalan atau pembangunan jalan demi pemenuhan hajat hidup orang banyak di urusan mobilitas manusia dan barang.

Ruas jalan Solo—Purwodadi memang membutuhkan konstruksi khusus karena berada di bentang tanah yang labil. Proyek ini bisa menjadi contoh tentang skala prioritas dan penentuan prioritas pemenuhan hajat hidup rakyat. Tak masalah anggaran pembangunan jalan sangat besar, yang penting pengawasan ketat agar tak dikorupsi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya