SOLOPOS.COM - Para guru besar dari berbagai kampus di Jogja saat membacakan sikap yang mengkritik Presiden Jokowi karena memihak salah satu pasangan calon presiden-calon wakil presiden pada Pemilu 2024 di Kampus UII, Jl. Cik Di Tiro, Sabtu (3/2/2024). (Istimewa)

Dalam beberapa hari terakhir suara keras keluar dari sejumlah perguruan tinggi di negeri ini. Civitas academica di sejumlah perguruan tinggi tersebut mengkritik gejala politik termutkhir yang mereka rasakan semakin menepikan etika, hanya berorientasi kekuasaan, dan merobohkan batas-batas kepatutan.

Civitas academica Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Indonesia (UI), kemudian berlanjut ke kampus-kampus lain—negeri dan swasta—semua menyuarakan seruan serupa, yaitu atas nama demokrasi dan etika mereka menyampaikan kritik terhadap laku politik yang terjadi belakangan ini.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Menjelang Pemilu 2024 pada 14 Februari 2024 dinamika politik dalam negeri kian menghangat, bahkan memanas. Semua daya upaya d dikerahkan untuk kepentingan politik masing-masing yang ujungnya sama: berburu kuasa.

Dari sekian banyak pergerakan tersebut langkah yang diambil sejumlah pejabat negara menjadi pusat perhatian khalayak. Pro dan kontra adalah dampak yang pasti mengiringi setiap langkah yang diambil para pejabat negara.

Laku politik yang dijalani sejumlah elite pemerintahan akhir-akhir ini memicu keprihatinan dari kalangan perguruan tinggi sehingga muncul seruan keras dan kritik tajam terhadap mereka.

Petisi Bulaksumur yang dikeluarkan civitas academica UGM berlandasan keprihatinan mendalam mereka terrhadap tindakan politik yang menyimpang dari prinsip-prinsip moral demokrasi, kerakyatan, dan keadilan sosial yang dilakukan sejumlah penyelenggara negara di berbagai lini dan tingkat.

Civitas academica UII mendesak Presiden Joko Widodo kembali jadi teladan dalam etika berpolitik dan praktik kenegarawanan. Mereka menyebut Presiden Joko Widodo telah melanggar asas kepatutan dalam kontestasi Pemilu 2024.

Seruan dan kritik dari kalangan kampus itu harus dimaknai sebagai wakil suara nurani bangsa ini. Seruan dari kampus ini melengkapi seruan dari sejumlah individu tokoh bangsa—para muazin bangsa—atas keprihatinan yang sama beberapa waktu lalu.

Civitas academica yang tak lain adalah kelompok masyarakat akademik (dosen dan mahasiswa dengan perwakilan yang terbentuk melalui senat dan lembaga lainnya) tentu punya kajian detail serta mendalam terhadap kondisi yang terjadi sehingga mereka akhirnya mengeluarkan seruan keras tersebut.

Seruan civitas academica perguruan tinggi harus dimaknai sebagai suara murni demi penegakan demokrasi dan jauh dari kepentingan apa pun selain hanya mengabdi pada keperpihakan untuk rakyat.

Tentu kita yakin terhadap hal tersebut. Dengan demikian, kritik keras terhadap laku elite politik menjelang pemungutan suara Pemilu 2024 harus didengarkan dan tidak boleh diabaikan.

Apakah seruan dari kampus-kampus itu akan beresonansi di kalangan masyatakat sipil secara umum? Yang jelas jaringan organisasi masyarakat sipil bersama sejumlah individu berlatar aneka elemen gerakan masyarakat sipil telah mengemukan seruan yang sama.

Jangan abaikan seruan itu arena akan berpengaruh pada legitimasi hasil Pemilu 2024. Menuduh para civitas academica itu partisan atau menjadi proxy kekuatan politik tertentu adalah cermin sikap antikritik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya