SOLOPOS.COM - Tim Pusat Preservasi Naskah Kuno dan Alih Media Perpustakaan Nasional (Perpusnas) merapikan manuskrip Aceh milik kolektor Tarmizi A. Hamid, di Banda Aceh, beberapa waktu lalu. (Antara//Dokumen pribadi)

Data Perpustakaan Nasional menunjukkan baru 24% naskah kuno yang berhasil dipreservasi. Preservasi adalah upaya menjaga, mengawetkan, dan melindungi.

Kawi Society dengan dukungan masyarat akademis dan pemerintah mengemukakan urgensi menggali dan mengaktualkan lagi budaya Kawi yang pernah menjadi bagian penting peradaban Nusantara selama beberapa abad.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Tinggalan budaya Kawi adalah aksara Kawi dan naskah-naskah kuno beraksara dan berbahasa Kawi. Aksara Kawi adalah cikal bakal aksara Jawa.

Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta melangkah lebih jauh dengan digitalisasi aksara Kawi. Mengangkat budaya Kawi dan digitalisasi aksara Kawi adalah bagian penting preservasi naskah-naskah kuno.

Preservasi hendaknya tak berhenti sekadar “ngelap-lap” dan “ngelus-lus” tinggalan budaya. Preservasi yang ideal adalah  menghidupkan dengan kontekstualisasi. Masyarakat akademis menjadi tulang punggung.

Menggali dan memanfaatkan naskah kuno dalam konteks kekinian adalah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan metode yang tepat. Untuk memahami sepenuhnya naskah kuno, penting memahami konteks sejarah.

Ini harus melibatkan studi budaya, agama, dan peristiwa sejarah yang relevan. Studi lintas disiplin ilmu. Kaum akademikus memiliki peran penting menggali informasi yang terpendam dalam warisan budaya tersebut.

Preservasi naskah kuno disertai penggalian kandungan ilmu dan nilai-nilai kemudian diceritakan dengan narasi yang mudah dipahami generasi sekarang dan yang akan datang menjadikan kekayaan budaya itu bermakna.

Naskah kuno sering memuat metode pemecahan masalah dan pengetahuan praktis yang bisa diterapkan dalam konteks modern, misalnya tentang pengobatan alami atau ramuan tradisional.

Banyak naskah kuno berisi pandangan dan pemahaman tentang masalah yang masih relevan dalam kehidupan masa kini, seperti etika, politik, atau perubahan lingkungan.

Jika digali dengan tepat, naskah kuno akan bermanfaat luas dalam pemahaman, pendidikan, penelitian, dan penghargaan terhadap sejarah dan budaya manusia, serta sebagai sumber inspirasi dan wawasan dalam berbagai aspek kehidupan saat ini dan masa mendatang.

Hasil preservasi naskah kuno hendaknya dipublikasikan dengan masif dan terstruktur untuk memberikan manfaat seluas-luasanya, termasuk mendorong generasi muda agar menyadari dan memahami pentingnya literasi.

Naskah kuno adalah jendela ke masa lalu. Warisan berharga itu bisa membantu kita memahami bagaimana masyarakat, budaya, dan peradaban berkembang seiring waktu.

Generasi saat ini perlu menggali dan membentengi diri dari nilai-nilai budaya yang tidak sesuai adab ketimuran. Menggali nilai-nilai dalam naskah-naskah kuno akan mendapatkan informasi yang berharga untuk lebih memahami ilmu, sejarah, dan kandungan nilai-nilai kehidupan.

Naskah-naskah berharga itu bisa mencerminkan perenungan, gagasan, cerita, dan nilai-nilai nenek moyang untuk diteruskan dari generasi ke generasi. Menjaga dan melestarikan naskah kuno sebaiknya bukan sekadar romantisasi dan nostalgia dengan “ngelus-lus” dan “ngelap-lap” menjadi kinclong, tapi tak bermakna. Preservasi harus disertai kontekstualisasi dan aktualisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya