SOLOPOS.COM - Shoqib Angriawan (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Pada Rabu (6/12/2023) pagi, di Jl. A. Yani, tepatnya di depan Kantor Pemerintah Desa Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, antrean kendaraan bermotor tampak mengular.

Kemacetan panjang terlihat dari arah barat menuju timur. Begitu pula arah sebaliknya. Arus kendaraan saat itu padat merayap. Kendaraan-kendaraan hanya bisa melaju dengan kecepatan kurang dari lima kilometer per jam.

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

Sejumlah pengemudi kendaraan bermotor yang tidak sabar sampai mengemudikan kendaraan mereka melewati bahu jalan. Suara klakson terdengar bersahutan. Sesampai di depan Dealer Suzuki Pabelan, terlihat onggokan besi besar yang melintang di tengah jalan.

Jembatan penyeberangan orang (JPO) di lokasi tersebut kini sudah tidak tampak. Jembatan yang biasa dikenal sebagai JPO UMS (karena lokasinya dekat Universitas Muhammadiyah Surakarta) itu kini tinggal sejarah.

Pembongkaran JPO di dekat UMS itu dilakukan karena dinilai tidak layak, sudah termakan usia. JPO tersebut memang sudah lama tidak dimanfaatkan, malah terkesan membahayakan karena banyak besi yang karatan.

Masyarakat kadang-kadang mengeluhkan JPO ini rawan digunakan untuk hal-hal negatif. Peristiwa itu kemudian mengingatkan saya tentang JPO di sebelah selatan Pasar Kartasura yang ambruk pada Kamis 2 April 2020 malam.

Jembatan legend itu ambruk setelah tersenggol satu unit truk bermuatan kertas yang muatannya terlampau tinggi. Bagian atas muatan truk menyenggol dengan keras jembatan penyeberangan orang hingga putus dan roboh.

Badan jembatan penyeberangan orang itu melintang dan menutupi sisi selatan Jl. Ahmad Yani, tepatnya di depan Pasar Kartasura. Sebelum ambruk, JPO itu memang sudah berkarat dan melengkung.

Mungkin kita tidak menyadari pembongkaran JPO itu adalah salah sebentuk hilangnya fasilitas publik. Ini sebenarnya menjadi sebuah kerugian bagi masyarakat. JPO sebenarnya dibangun untuk meningkatkan keselamatan pejalan kaki dan mengurangi risiko kecelakaan di jalan.

Keberadaan JPO memungkinkan orang menyeberang dengan aman di lokasi yang sering dilalui kendaraan bermotor. Jembatan penyeberangan juga menciptakan kenyamanan dan aksesibilitas, terutama di area yang padat lalu lintas, ketika pejalan kaki sering kesulitan menyeberang.

Sebagian orang mungkin memiliki kenangan indah ketika melihat JPO, termasuk saya. Pada zaman dulu, wahana hiburan tidak sekomplet sekarang. JPO menjadi sarana yang hemat untuk mengakrabkan diri bersama keluarga sambil jalan-jalan menikmati suasana kota di Kecamatan Kartasura pada malam hari.

Melihat kendaraan yang berlalu-lalang saat itu bagi saya sangat mengasyikkan. Kini kondisi JPO tidak seperti dulu lagi. Banyak orang yang tidak berminat memanfaatkan JPO untuk menyeberang jalan. Banyak JPO yang tidak terpelihara dengan baik.

JPO dibiarkan terbengkalai begitu saja, bahkan sering kita menjumpai JPO yang berlubang sehingga membahayakan pengguna. Alih-alih ingin selamat ketika melewati jembatan penyeberangan orang, bisa-bisa malah maut mendekat karena kondisi JPO yang tidak terawat.

Saat kondisi hujan banyak lantai JPO yang menjadi licin. Banyak yang berlumut dan terkesan dibiarkan, tidak pernah dibersihkan. Ini yang mungkin membuat pengguna was-was. JPO membahayakan karena pengguna rawan tergelincir. Kondisi ini mungkin terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia.

Pemerintah daerah banyak yang menganggap keberadaan JPO kini tidak lagi penting. Untuk menjaga kualitas jembatan tetap baik, anggaran untuk pemeliharaan harus menjadi perhatian utama. Pemeliharaan adalah bagian penting dalam merawat JPO.

Banyak JPO yang amat sangat tidak ramah untuk orang tua atau difabel. Mereka kesulitan menaiki anak tangga JPO karena terlalu curam dan tinggi. Ada juga JPO yang sudah beralih fungsi, seperti menjadi tempat untuk mengemis, bahkan tembak mabuk-mabukan.

Lampu penerangan juga sangat minim sehingga rawan terjadi tindakan asusila di jembatan penyeberangan orang itu. Tak mengheran kini orang semakin malas untuk menggunakan JPO. Selain itu, kebiasaan masyarakat modern sekarang sepertinya juga menjadikan mereka malas memanfaatkan JPO.

Kadang-kadang kita enggan naik turun tangga JPO, apalagi setelah seharian beraktivitas. Buru-buru kadang-kadang menjadi alasan yang paling banyak menyebabkan orang malas menaiki JPO. Kita mungkin perlu juga mengintrospeksi diri.

Memang kita ingin hidup yang praktis, namun kurang bahkan tidak peduli dampaknya terhadap orang lain. Memang tidak semua JPO dibiarkan telantar. Banyak JPO yang dibangun dengan konsep futuristis, seperti menghemat energi dengan menggunakan panel surya dan desain yang estetik serta unik.

JPO sekarang banyak yang terintegrasi dengan sarana transportasi umum, bahkan di beberapa tempat JPO menjadi destinasi wisata swafoto yang menarik. Semoga pemerintah lebih memerhatikan fasilitas umum, khususnya JPO. Mari kita belajar berdisiplin melakukan hal yang baik dengan benar. Jangan menggampangkan peraturan demi ego kita sendiri.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 7 Desember 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya