SOLOPOS.COM - Suwarmin Direktur Bisnis dan Konten Solopos Group

Rabu lalu, (17/5/2023), menjadi hari yang pahit bagi Johnny Gerard Plate. Hari itu dia ditetapkan oleh Kejaksaan Agung sebagai tersangka kasus korupsi menara base transceiver station (BTS) 4G dan infrastruktur pendukung 1, 2,3, 4 dan 5 Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi(Bakti). Kasus ini disebut merugikan negara lebih dari Rp8 triliun.

Johnny adalah seorang Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo). Tugas Menteri Kominfo sangat strategis. Di tangannya ada keputusan pengelolaan komunikasi dan informatika, baik level kebijakan, pelaksanaan maupun teknis. Banyak urusan penting ada di situ, mulai dari pos, telekomunikasi, penyiaran, teknologi komunikasi dan informasi, layanan multimedia, dan diseminasi informasi. Ini bidang yang sangat strategis dalam menentukan maju-mundurnya peradaban saat ini: akses komunikasi, lalu lintas informasi, pengembangan digital dan seterusnya.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Negara lain sudah mapan dengan proyek 5G, bahkan Tiongkok memulai proyek 6G. Kita sudah memulai 5G, dan masih membangun infrastruktur 4G, tapi kemudian dikorupsi, Entah bagaimana nanti hasilnya.

Rabu itu, jabatan mentereng Johnny otomatis tamat. Baju seragam kebesaran Kominfo dengan nama Johnny G. Plate SE yang terpajang di dada kanannya tak akan lagi dia kenakan. Untuk selama-lamanya. Rabu pagi menjelang siang itu, nama Johnny di dadanya hilang. Yang dia kenakan adalah rompi oranye kejaksaan dengan nomor dada 04.  Nasib orang berubah begitu cepat. Dari seorang menteri dengan level protokoler yang wah, menjadi pesakitan yang dikeler menuju mobil tahanan.

Pertunjukan bagus bagi masyarakat bahwa negara tak pandang bulu dalam menangani perkara korupsi atau rasuah. Ini sekaligus peringatan bagi para penyelenggara negara lainnya. Seorang menteri bisa jatuh dalam lubang penjara. Status mewah pejabat bisa secepat kilat berubah menjadi tersangka penjahat. Makanya jangan main-main dengan baju seragam kenegaraan. Jangan main-main dengan pena dan stempel jabatan. Dampaknya bisa panjang. Bagi dirinya, kehancuran dan rasa malu akan menjadi catatan sejarah kelam. Juga untuk keluarganya.

Bagi pejabat yang korup, rakyat lebih-lebih lagi dirugikan. Jika mengorupsi duit proyek, proyek yang dijalankan tidak akan tepat sasaran, uang negara terbuang sia-sia. Jika melakukan jual beli jabatan, banyak orang kehilangan harapan dan kepercayaan. Mereka tidak percaya lagi merit system. Pegawai yang naik pangkat bukan karena kualitas, tapi karena menyetor mahar alias “isi tas”. Lalu mereka yang menjabat dengan cara seperti itu, akan berperilaku untuk mencari cara agak balik modal. Maka sistem pengelolaan kerjanya plintut-plintut tidak jelas, tidak transparan, tidak efektif dan tidak efisien.

Tapi benarkah ini semua hanya urusan BTS-nya Pak Menteri yang sekarang menjadi mantan menteri, atau ada intervensi politik?

Kejaksaan Agung bukan kali pertama menetapkan tersangka korupsi proyek BTS yang menjerat Johnny. Dia orang keenam, menyusul  Direktur Utama Bakti, Anang Achmad Latif. Sementara empat lainnya merupakan pihak swasta mulai dari konsultan hingga kontraktor proyek. Johnny ditetapkan menjadi tersangka setelah menjalani pemeriksaan ketiga Rabu lalu. Dalam kasus hukum proyek BTS, status tersangka Johnny G. Plate menjadi suatu hal yang wajar. Dan benar atau salah akan diputuskan di pengadilan.

Tetapi memasuki tahun politik, orang bisa berfikir bermacam-macam. Isu politik menjalar kemana-mana. Urusan pejabat politik, akan menjadi tempat yang mudah terkena risiko politik. Dalam perang politik, memotong kekuatan lawan adalah biasa. Jangankan beda partai dan beda aliansi, yang satu partai pun jika faksi atau kelompoknya berbeda, segalanya bisa dimainkan. Misalnya, pada penentuan bacaleg dan daerah pemilihan (dapil) yang diwakilinya. Yang beda faksi bisa jadi ditempatkan ke dapil baru, yang artinya harus membangun basis baru yang membutuhkan amunisi dan logistik yang lebih mahal.

Posisi Johnny adalah Sekretaris Jenderal Partai Nasdem pimpinan Surya Paloh. Semua tahu, partai ini pernah sangat dekat dengan Jokowi dan salah satu penyokong utama pemerintah. Tetapi kini Nasdem menempuh jalan berbeda. Jalan dengan pemerintahan Jokowi belum sepenuhnya mereka tutup, tetapi jalan merintis pemerintahan baru sudah mereka bangun dengan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden.

Johnny bukan figur penting dalam head to head kekuatan politik yang berkembang saat ini. Tetapi penetapan dirinya menjadi tersangka bisa menjadi momentum bagi Jokowi dan Surya Paloh untuk mengambil posisi yang lebih jelas. Surya Paloh dan Nasdemnya bisa keluar dari pemerintahan dan mengambil jalan tegas keluar dari pemerintahan. Tidak seperti sekarang yang masih abu-abu.

Jokowi pun bisa membersihkan pemerintahannya dari orang-orang yang tidak lagi sehati dengannya. Soal siapa nanti yang menang atau siapa yang kalah dalam kontestasi politik, biarlah rakyat yang akan menentukan.

Atau, Johnny terlupakan, dan peta politik masih sama seperti tidak terjadi apa-apa….

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya