SOLOPOS.COM - Anton A Setyawan, Kepala Pusat Studi Penelitian dan Pengembangan Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. FOTO/Istimewa

Anton A Setyawan, Kepala Pusat Studi Penelitian dan Pengembangan Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. FOTO/Istimewa

Kegembiraan dan dukungan masyarakat Indonesia terhadap mobil Esemka sementara dalam kondisi antiklimaks setelah pengumuman dari Balai Termodinamika Mesin dan Propulsi yang menyatakan kandidat mobil nasional ini tidak lolos uji emisi. Penyebab ketidaklolosan mobil Esemka Rajawali ini adalah emisi atau gas buang yang masih jauh di atas standar kelayakan dan kondisi lampu penerangan yang belum memenuhi standar keselamatan. Kegagalan lolosnya mobil Esemka Rajawali dalam uji emisi adalah “cobaan” pertama dari mobil Esemka ini.
“Cobaan” kedua mobil Esemka adalah pengakuan Sukiyat sebagai orang pertama yang membantu merakit mobil Esemka. Sukiyat yang merasa sakit hati karena namanya dicopot dari merek Kiat Esemka menyatakan komponen mobil Esemka sebenarnya mengambil merek-merek mobil yang sudah ada dan beberapa komponennya diimpor dari China (SOLOPOS, 4/3). Dalam pernyataan lanjutannya, Sukiyat mempertanyakan bagaimana proses produksi massal Esemka akan dilakukan oleh PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) karena faktanya semua komponen mobil tersebut berasal dari komponen lain dan beberapa komponen diimpor dari China.
Jalan mobil Esemka untuk menjadi produk nasional ternyata sangat panjang dan berliku. Saat ini, mobil Esemka akan menjalani perbaikan yang melibatkan pakar otomotif profesional sebagai persiapan menjalani uji emisi ulang. Namun, pertanyaan mendasar justru muncul, apa yang akan terjadi setelah lolos dalam uji emisi nanti?
Sebagai warga negara Indonesia, saya sangat menunggu momentum adanya produk Indonesia hasil kreasi rakyat Indonesia yang bisa dinikmati oleh konsumen Indonesia. Mobil Esemka bisa menjadi pionir kebangkitan produk Indonesia dan juga mengubah perilaku konsumen Indonesia yang cenderung konsumtif terhadap merek produk asing. Oleh karena itu, ada beberapa konsep dari sisi strategi bisnis yang saya usulkan terkait dengan proses produksi massal dan standardisasi kualitas mobil Esemka ini.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Rantai Pasokan
Hal pertama yang perlu dijawab adalah kritik dari Sukiyat yang menyatakan semua komponen Esemka diambil dari mobil lain yang sudah ada dan beberapa diimpor, sehingga tidak pantas untuk menjadi mobil nasional. Departemen Perindustrian memang mempunyai beberapa aturan yang mengatur tentang mobil nasional, salah satunya adalah 80% komponen harus buatan dalam negeri.
Saya sepakat untuk menjadi mobil nasional (mobnas) masih perlu proses, tetapi untuk masuk ke proses produksi massal masih sangat memungkinkan dan bisa dilakukan. Mengacu pada contoh mobil Proton buatan Malaysia, sebenarnya mobnas Malaysia itu juga menggunakan komponen Mitsubhisi, tetapi mereka mengemas merek mobnas menjadi Proton.
Dalam dunia bisnis hal seperti itu lazim dilakukan, bahkan hampir semua produk otomotif berasal dari campuran komponen produksi berbagai negara. Strategi ini sering disebut dengan joint manufacturing (Keegan, 2008; Kotabe & Helsen, 2004). Produk otomotif global menggunakan strategi ini untuk menjaga efisiensi produksi dan daya saing produk.
Penelitian yang dilakukan Kotabe dan Murray (2004) dalam menganalisis perilaku industri manufaktur global bahkan menyarankan agar perusahaan yang masuk dalam bisnis modern untuk melakukan global sourcing strategy atau melakukan aktivitas outsourcing dengan mencari pemasok komponen atau bagian dari proses produksi dari perusahaan lain sehingga perusahaan hanya  fokus pada kompetensi intinya.
Porter (1990) dalam sebuah artikel legendaris tentang industri yang dimuat di Harvard Business Review berjudul The Competitive Advantage of Nations menjelaskan bahwa sebuah perusahaan yang bersaing dalam sebuah industri harus membangun rantai pasokannya. Rantai pasokan adalah aliran barang dan jasa  serta informasi dari pemilik bahan mentah, pabrikan, distributor, peritel sampai dengan konsumen akhir dengan tujuan menyampaikan nilai dari produk pada konsumen akhir (Render dan Heizer, 2001).
Praktisnya, rantai pasokan merupakan sistem yang menjamin persediaan bahan mentah, bahan setengah jadi, bahan pendukung, standardisasi kualitas dan informasi pasar dari sebuah proses produksi. Kata kuncinya adalah produk sampai ke konsumen akhir dengan standardisasi kualitas yang sesuai dengan nilai dari produk tersebut.
Dalam konteks mobil Esemka, tidak masalah jika pada awal produksi semua  komponen belum bisa diproduksi sendiri dan beberapa masih impor, yang penting proses manufaktur/produksinya ada di dalam negeri dengan merek sendiri. Namun, hal yang penting adalah semua pasokan bahan dan informasi terjamin keberlangsungan dan kualitasnya.

Mimpi Produk Nasional
Mobil Esemka adalah salah satu harapan kebangkitan industri nasional. Terlepas dari berbagai macam kontroversinya, semua elemen masyarakat harus mendukung agar produk ini menjadi produk nasional. Tidak menjadi masalah jika nanti produksi mobil ini hanya 200 unit per bulan atau basis produksinya berbasis usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Tidak menjadi masalah pula jika pada tahap awal komponennya masih menggunakan komponen mobil lain. Strategi membeli, membongkar dan meniru harus dilakukan untuk mempercepat proses alih teknologi sehingga suatu saat mobil Esemka benar-benar 100% produksi dalam negeri. Jepang pada tahun 1970-an dan RRC pada awal 2000-an juga melakukan hal yang sama untuk membangun industri mereka.
Saya bermimpi suatu saat industri nasional yang didominasi produk buatan dalam negeri bisa merajai pasar domestik, sehingga julukan yang diberikan produsen asing bahwa rakyat Indonesia sangat konsumtif bisa dinetralisasi dengan kemampuan industri nasional untuk memproduksi produk buatan dalam negeri. Semoga mimpi ini segera menjadi kenyataan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya