SOLOPOS.COM - Oriza Vilosa (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Belum  lama ini saya merasa kaget setelah mendengar secara langsung perbincangan dua orang warga Kota Solo dengan kru bus wisata di kawasan persimpangan Ngemplak, Banjarsari, Kota Solo. Mereka saling mengeyel soal tarif parkir transit bus dan biaya memandu bus dari Terminal Tirtonadi ke satu lokasi wisata.

Singkat cerita, kru bus tersebut bermaksud menjemput penumpang asal Wonosobo. Puluhan perempuan menunggu kedatangan bus. Lebih dari 30 menit mereka berdiri menunggu datangnya jemputan itu.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Awalnya mereka tiba di Terminal Tirtonadi lalu menggunakan jasa angkutan mikrobus untuk berkeliling Kota Solo. Masjid Raya Sheikh Zayed Solo menjadi tujuan akhir wisata mereka.

Mikrobus yang mereka sewa tak bisa menjemput mereka dan mengantarkan ke lokasi parkir bus di Terminal Tirtonadi karena alasan jam layanan. Menunggu jemputan bus menjadi pilihan mereka satu-satunya.

Kru bus penjemput wisatawan dan dua orang warga Kota Solo itu sepakat harus ada uang Rp70.000 yang dibayarkan. Uang Rp50.000 untuk jasa mengantar bus ke persimpangan Ngemplak dan Rp20.000 untuk biaya bus parkir transit di bahu jalan.

Tak ada sobekan kertas tanda retribusi yang diberikan oleh warga pengelola parkir bus transit itu kepada kru bus tersebut. Kru bus itu menagihkan biaya tersebut kepada penumpang bus alias wisatawan.

Wajah kecewa tergambar pada rombongan perempuan dewasa itu, padahal merekalah bagian dari yang digadang-gadang sebagai wisatawan domestik yang berpotensi mendongkrak kunjungan wisata di Kota Solo.

Tentu banyak warga dari luar Kota Solo yang ingin menyaksikan kemegahan masjid hadiah Pangeran Uni Emirat Arab (UEA), Syeikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan, untuk Presiden Joko Widodo di Gilingan, Banjarsari, Kota Solo itu.

Pemerintah Kota Solo dan para penyelenggara jasa perjalanan wisata merancang peta destinasi baru wisata di Kota Solo. Masjid Raya Sheikh Zayed masuk bagian dari destinasi baru wisata religi di Kota Solo.

Sebenarnya masalah parkir liar dan pungutan liar di sekitar masjid tersebut sudah pernah memancing perhatian Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Tim pemberantas pungutan liar telah bergerak menangkap juru parkir liar di kawasan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo.

Ada empat juru parkir liar yang ditangkap pada awal Mei 2023, namun pengalaman saya soal warga memungut biaya parkir transit bus tadi tentu terjadi setelah penangkapan itu.

Masalah juru parkir ilegal bukan sesuatu yang baru di Kota Solo, bahkan di Soloraya atau kabupaten/kota lainnya. Tak ada salahnya menjadi juru parkir di tempat strategis, namun konyol jika juru parkir ilegal bisa eksis di tempat yang jelas-jelas strategis seperti di Gilingan itu.

Hal tersebut menggambarkan tata kelola lalu lintas hingga manajemen wisata masih butuh lebih diperhatikan. Saya kenal banyak juru parkir di Kota Solo. Kadang-kadang tak pernah tebersit di pikiran untuk mendeteksi mana juru parkir ilegal dan mana yang legal.

Banyak warga atau pengguna kantong parkir yang tak peduli dan tak bisa membedakan mana juru parkir legal dan ilegal. Bagi mereka, pelayanan dan keramahtamahan menjadi hal utama. Mereka akan mendadak mempertanyakan legalitas juru parkir jika keanehan terlihat.

Keanehan itu seperti saat juru parkir tak terlihat saat pemilik kendaraan datang, namun juru parkir tiba-tiba muncul saat pemilik kendaraan menyalakan mesin. Apalagi juru parkir tersebut seolah-olah hanya menjadi pemungut uang tanpa layanan jasa yang bisa dirasakan pemilik kendaraan.

Butuh penghayatan dan keahlian untuk menjadi juru parkir. Juru parkir juga sering menjadi orang pertama yang mendapatkan pertanyaan ketika pengunjung dari luar kota kebingungan atau sekadar mencari rekomendasi tempat makan.

Wajah ramah kota/daerah bisa tergambar dari layanan juru parkir. Untuk itulah, warga yang menjalani pekerjaan tersebut harus mendapat perhatian serta motivasi lebih.

Merekalah salah satu ujung tombak untuk membangung citra sebuah daerah. Jangan sampai pengunjung Kota Solo ilang feeling karena tarif parkir ngawur atau layanan yang acakadut.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 29 Mei 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya