SOLOPOS.COM - Oriza Vilosa (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Agustus  2023 menjadi bulan yang sangat spesial. Ada ”agustusan” yang setiap tahun membuat warga keluar rumah, bergotong royong mendirikan umbul-umbul, mengecat gapura, mengikuti perlombaan, dan seterusnya. Semua untuk memeriahkan peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Agustus juga menjadi bulan istimewa bagi pencinta alam, penikmat langit malam, juga pegiat astronomi. Dua bulan purnama super atau supermoon bisa dilihat pada Rabu (2/8/2023) dini hari dan pada 30 Agustus 2023.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Dua supermoon itu pun memiliki julukan berbeda. Sturgeon moon dan blue moon. Sturgeon diambil dari nama ikan besar di Great Lakes, Amerika Serikat. Sturgeon moon bisa dilihat di Indonesia pada Rabu dini hari pukul 01.31 WIB, 02.31 WITA, dan 03.31 WIT. Fenomena langit itu bisa dilihat dengan mata telanjang.

Blue moon mengacu pada bulan purnama kedua dalam bulan kalender sama. Bulan sangat menginspirasi banyak orang. R. Maladi menciptakan lagu Di Bawah Sinar Bulan Purnama pada era penjajahan Jepang.

Lagu tersebut dibawakan banyak penyanyi dengan berbagai iringan musik, mulai keroncong hingga pop. ”Si miskin pun yang hidup sengsara. Semalam ikut bersuka,” demikian bagian lirik terakhir lagu itu yang menggambarkan betapa bulan purnama sebagai karya indah Sang Pencipta bisa dinikmati semua kalangan.

Bulan dan benda langit lainnya memiliki sejarah panjang tentang manusia dan cara manusia menjawab tantangan hidup. Bulan dan bintang menjadi tanda kapan nelayan melaut dan kapan mereka berlabuh.

Mitologi Yunani mengenal Selene sebagai dewi bulan. Selene adalah saudara Helios, Dewa Matahari. Selene memiliki padanan kata Luna dan digambarkan sebagai seorang perempuan dengan gaun keperakan, bermahkota bulan sabit, dan membawa obor mengendarai kereta melintasi langit malam.

Di Jawa, bulan juga terkait dengan mitologi. Dari aneka mitos tentang bulan, tak ada pantangan yang disarankan dihindari saat bulan purnama tiba. Sinar bulan yang terang justru tertulis dalam lirik lagu bernuansa menggugah semangat, ajakan bermain untuk anak-anak.

Sunan Giri menggunakan kata “bulan” dalam lagu Padhang Bulan. Lagu itu disebut-sebut menjadi bagian dalam berdakwah. Ada ajakan tidak tidur sore, ajakan bermain dan bercanda ria, dalam lirik lagu itu.

Pergerakan bulan diteliti. Selain untuk acuan penanggalan Masehi, pergerakan bulan juga diyakini memengaruhi karakter alam lainnya. Supermoon mengakibatkan beberapa bencana alam, seperti gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pernah mengimbau warga agar waspada dengan pasang surut air laut saat supermoon. Argumennya adalah konfigurasi matahari-bumi-bulan yang segaris mengakibatkan masing-masing gaya diferensial (gaya pasang surut) yang ditimbulkan oleh bulan dan matahari memiliki arah yang sama.

Saudara kita di pesisir pantai pasti tahu dan nitheni hal-hal yang terjadi saat bulan purnama. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (Sekjen PBB), Antonio Guterres, mengumumkan era pemanasan global sudah tiba. Hal itu ditandai oleh iklim pada Juli yang tercatat terpanas sepanjang masa.

Pernyataan itu dikutip Antonio Guterres dari laporan Organisasi Meteorologi Dunia dan Layanan Perubahan Iklim Copernicus Komisi Eropa. Dia mengajak membatasi peningkatan suhu 1,5ºC agar risiko perubahan iklim terburuk bisa dicegah.

Pernyataan itu layak menjadi pertimbangan dan perenungan saat kita menikmati dua bulan purnama pada Agustus ini. Toh, di angin malam di Kota Solo dan sekitarnya belakangan ini cukup mengusik perhatian. Banyak orang hidungnya mampet. Beberapa orang mulai batuk-batuk.

Momentum supermoon bisa dinikmati semua orang. Penggemar fotografi dan penikmat langit malam bisa mencari tempat terbaik untuk mengabadikan momentum langka itu. Wilayah Soloraya masih memiliki banyak pilihan daerah yang minim polusi cahaya sehingga memudahkan mata telanjang menikmati supermoon.

Mengutip lirik lagu yang dinyanyikan Doel Sumbang bersama Nini Karlina, Kalau Bulan Bisa Ngomong, ada kalimat  ”ia jujur tak akan bohong”. Alam selalu jujur dalam mencari keseimbangan. Peningkatan suhu bumi, risiko-risiko kehancuran, telah diramalkan para ilmuwan.

Antonio Guteres menyebut manusia menyebabkan kehancuran. Butuh tindakan. Masih ada kesempatan menghentikan hal yang terburuk. Sembari merenungkan itu, mari kita nikmati langit indah di atas tanah merdeka ini.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 4 Agustus 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya