SOLOPOS.COM - Damar Sri Prakoso (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Kita tentu tahu dan sebagian mungkin hafal dengan mars Partai Persatuan Indonesia atau Perindo. Berulang kali mars partai politik yang dipimpin Hary Tanoesoedibjo itu wira-wiri di stasiun televisi miliknya.

Mars Partai Amanat Nasional (PAN) juga sering diputar di stasiun televisi. Mars partai politik ini juga cathcy dan langsung akrab di telinga kita. Lagu-lagu kampanye milik partai politik itu menghiasi for your page (FYP) Tiktok, beranda Instagram, Facebook, X, dan sebagainya.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Lagu-lagu yang dipakai dalam kampanye itu biasanya berupa jingle. Wikipedia mendefinisikan jingle adalah lagu atau nada pendek yang digunakan dalam periklanan dan penggunaan komersial lainnya.

Jingle adalah salah satu bentuk branding dengan suara. Jingle berisi satu atau lebih kaitan dan makna yang secara eksplisit mempromosikan produk atau layanan yang diiklankan, biasanya melalui penggunaan satu atau lebih slogan iklan.

Kebanyakan jingle mempunyai lirik yang gampang diingat serta melodi asyik untuk menarik atensi dan memengaruhi persepsi maupun perilaku orang yang mendengar. Tujuan lainnya agar orang yang mendengar langsung ingat pada produk, layanan, atau merek yang dipromosikan melalui jingle itu.

Dalam politik, jingle lumrah dipakai sebagai bagian strategi kampanye kandidat pemimpin, kandidat wakil rakyat, maupun partai politik untuk menarik perhatian dan dukungan masyarakat.

Penggunaan lagu saat kampanye bisa menjadi media yang efektif untuk membangun identitas politik seorang kandidat pemimpin, kandidat wakil rakyat, atau partai politik.

Ini juga bisa memfasilitasi koneksi yang lebih dalam dengan para pemilih, terutama kalangan muda yang secara behaviour lebih senang mengonsumsi hal-hal yang menurut mereka menarik dan asyik.

Ketika anak muda dirangkul dengan pendekatan jingle yanga asyik, itu membuka peluang besar pada tingkat dukungan anak muda yang tinggi kepada kandidat pemimpin atau kandidat wkail rakyat tersebut.

Ini tercermin dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Florentina Dwiastuti dan Anak Agung Istri Mas Ratnaningrum dalam penelitian yang dipublikasikan CSIS Commentaries pada 19 Maret 2024 mengupas Strategi Perolehan Suara Lintas Generasi Prabowo-Gibran pada Pemilihan Umum 2024.

Untuk menarik dukungan generasi muda (generasi Z dan generasi milenial), pasanan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menunjukkan audio-visual yang unik.

Melalui nuansa biru muda, foto Prabowo-Gibran yang digunakan pada baliho digenerasikan melalui kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) sehingga menampakkan animasi kartun yang terkesan menggemaskan.

Lagu tema yang digunakan tim pendukung pasangan itu, seperti lagu Oke Gas Prabowo Gibran Paling Pas di berbagai platform musik dan media sosial semakin mendekatkan publik terhadap pasangan tersebut.

Lagu ini dikembangkan menjadi tarian joget gemoy. Dilansir media sosial Tiktok, lagu Oke Gas Prabowo Gibran Paling Pas digunakan pada 415.700 video (per 4 Maret 2024) dan dilabeli sebagai sound yang populer di kalangan pengguna.

Lagu dan joget gemoy ini akhirnya tersebar luas dan dikenal di semua generasi dan kalangan masyarakat, termasuk mereka yang berusia di bawah 17 tahun. Kampanye melalui animasi dan lagu ini memberikan kesan bahwa politik dapat menjadi hal yang menyenangkan.

Para kandidat yang saat ini maju di kontestasi pemilihan kepala daerah atau pilkada di Soloraya dan sekitarnya rasanya tak ada salahnya menggunakan pendekatan yang sama.

Kampanye di ruang digital dengan pendekatan musik yang asyik bisa menjadi opsi utama para pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah mengingat sebagian besar generasi muda menghabiskan banyak waktu di dunia maya.

Menghadirkan jingle yang ceria dan bersemangat dapat membangkitkan semangat pendukung untuk memilih kandidat tersebut. Saat ini di wilayah Soloraya belum banyak yang melirik strategi ini.

Kebanyakan masih menggunakan pola konvensional dengan memajang baliho di pinggir jalan. Untung Wina Sukowati, calon bupati Sragen, menggunakan jingle sebagai media kampanye di ruang digital.

Dia memproduksi jingle dengan aransemen musik kekinian dan lirik yang menarik dan mudah menempel dalam ingatan. Bagi anak muda, jingle membantu mereka mengingat nama kandidat atau pesan kampanye lewat cara yang asyik.

Persona kandidat dan pesan politik jadi mudah dipahami, apalagi kalau sering berseliweran di media sosial. Tentu membuat banyak orang tahu dan hafal lagunya, sehingga terus terngiang-ngiang di dalam kepala.

Produksi jingle untuk kampanye agaknya perlu dicoba juga oleh banyak kandidat sebagai tools untuk memperkenalkan diri mereka kepada masyarakat.

Jingle bisa dikemas untuk mencerminkan nilai-nilai, visi, dan misi kandidat. Dengan dukungan kreatitivitas, penciptaan lirik dan melodi dapat membangkitkan emosi dan asosiasi positif terhadap kandidat.

Apabila pada ujungnya berhasil memikat dan disukai masyarakat, bukankah itu mengasyikkan? Brand politik mengesankan, tujuan politik kesampaian.



(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 12 Juni 2024. Penulis adalah Manajer Program Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya