SOLOPOS.COM - Syifaul Arifin (Istimewa/Dokumen pribadi)

Beberapa kali saya naik Batik Solo Trans (BST). Baik dari rumah di Colomadu, Karanganyar ke kantor di Kelurahan Karangasem Solo maupun ke berbagai tempat di Solo. Banyak kenikmatan yang penumpang terima. Waktu tunggu yang tidak terlalu lama kurang dari 7,5 menit, kemudian AC dingin, tempat duduk nyaman, rute yang makin beragam (ada enam koridor plus angkutan pengumpan), dan tentu saja masih gratis sampai Desember 2022. Penumpang umum cuma pakai e-money untuk menikmati transportasi publik.

Mulai Januari 2023, BST mulai berbayar. Subsidi untuk penumpang umum berakhir mulai 1 Januari 2023. Bagi pelajar, penyandang disabilitas, dan warga lansia, BST masih bisa dinikmati gratis.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Sudah bertahun-tahun BST ini beroperasi. Moda transportasi ini bersaing dengan sepeda motor yang makin banyak, mobil-mobil baru yang berseliweran, hingga taksi dan ojek online yang makin banyak. Secara umum, ada beberapa perubahan perilaku warga pengguna angkutan umum. Misalnya penumpang dipaksa naik dan turun di selter, bukan di sembarang tempat. Memang awalnya ribet tidak seperti bus kota dulu yang bisa turun di sembarang tempat dengan hanya bilang “Kiri Pak Sopir” lalu bus berhenti. Aturan baru itu ternyata bisa mendisiplinkan penumpang.

Lalu cara pembayaran memakai uang elektronik bagi penumpang umum juga mudah diikuti oleh warga. Ini sekaligus sebagai edukasi bagi warga untuk menggunakan uang elektronik yang praktis.

Di luar hal itu, secara subjektif, saya mengamati satu hal yang menarik. Para penumpang baik warga umum maupun pelajar ketika turun di selter, tidak lupa menyapa Pak Sopir dengan kalimat sederhana namun dahsyat nilainya. “Matur nuwun, Pak” atau “Terima kasih, Pak”. Seperti yang saya lihat beberapa waktu lalu, anak-anak berseragam biru putih yang turun di Jl. Adisucipto, pada suatu siang,  mengucapkan terima kasih. Pak Sopir  langsung menjawab,”Sama-sama.”

Saya membayangkan betapa sering sopir harus menjawab ucapan para penumpang itu. Saya kira mereka tak keberatan menjawab, malah senang karena ada penghargaan dari penumpang.

Bisa jadi, penumpang berterima kasih kepada sopir karena bisa naik bus secara gratis setiap hari. Berangkat ke tempat kerja atau sekolah lalu pulang ke rumah.

Namun, saya kira tak hanya itu. Kalau melihat fenomena itu, Wali Kota Solo Mas Gibran Rakabuming Raka dan pemerintah pusat mestinya menyadari itu adalah bentuk terima kasih warga kepada pemerintah yang menyediakan fasilitas publik yang oke. Jadi, yang diinginkan oleh rakyat adalah penyediaan fasilitas publik yang membuat mereka senang. Kalau mau bepergian, tersedia transportasi yang murah, aman, dan cepat.

Cukup naik BTS bisa ke berbagai lokasi di Soloraya (Solo, dan sebagian daerah Karanganyar, Sukoharjo, serta Boyolali) dengan harga murah. Orang Solo yang mau ke Jogja atau sebaliknya sekarang memilih menumpang KRL yang murah, cepat, dan aman.

Keinginan rakyat lainnya, kalau ingin berjalan kaki, ada jalur pedestrian yang nyaman dan aman. Lalu taman dan hutan kota diperbanyak sehingga bikin adem mata. Barang kebutuhan pokok tersedia murah dan mudah. Dan masih banyak lagi kebutuhan rakyat yang mestinya dipenuhi oleh pemerintah.

Ucapan terima kasih penumpang kepada sopir BST itu menunjukkan karakter wong Solo. Pokoknya “Solo Banget”. Menunjukkan keadaban tinggi warga. Susah hlo mengucapkan “terima kasih” walau tidak butuh biaya dan energi. Yang dibutuhkan adalah menyingkirkan ego. Namun, dampaknya luar biasa. Pak Sopir (saya melihat belum ada perempuan yang jadi sopir BST) pasti senang dan makin bersemangat bekerja.

Ada juga keadaban publik lain yang bisa kita lihat di BST. Anak muda memberikan kursinya kepada yang lebih tua atau ibu hamil. Tidak malah pura-pura tertidur padahal di depannya ada orang tua yang berdiri kelelahan.

Pemerintah (seharusnya sudah mengetahui fenomena ini) juga merasa kebijakannya menyediakan transportasi umum yang murah dan nyaman  sudah on the track. Langkahnya menyediakan BST yang murah apalagi gratis itu benar-benar diterima oleh rakyat. Dan rakyat merasa uang pajak yang mereka bayar digunakan secara benar, bukan malah untuk kegiatan yang hanya menguntungkan kelompok tertentu, apalagi dikorupsi.

Inilah yang saya sebut keadaban publik. Mengutamakan kenyamanan publik salah satunya dengan menyediakan transportasi umum yang nyaman, murah, dan aman. Dalam laporan Oliver Wyman Forum dan Universitas Berkeley, angkutan umum tak hanya efisien, juga memberi akses setara bagi warga untuk menjangkau berbagai tempat.

Ada beberapa indikator untuk menilai fasilitas transportasi publik nyaman dan murah. Yaitu kecepatan perjalanan transit; keterjangkauan angkutan umum; jaringan rel; kepadatan stasiun angkutan umum; panjang jalan kaki; kekuatan jaringan multimoda; keanekaragaman moda angkutan umum; jam operasional; transit perkiraan waktu kedatangan; aplikasi multimoda; pemanfaatan angkutan umum; berbagi waktu di angkutan umum; dan transit otonom yang beroperasi.

Angkutan umum nyaman dan terjangkau sangat penting bagi kota-kota yang ingin mendapatkan kembali penumpang, demikian laporan Oliver Wyman dan Universitas Berkeley. Karena itu, jika pemerintah kota ingin warganya beralih ke angkutan umum dan meninggalkan kendaraan pribadi, maka bikinlah angkutan umum yang nyaman dan terjangkau.

Dari indikator-indikator itu, dari berbagai sistem transportasi di berbagai kota besar di dunia, Hong Kong yang jadi juaranya. Jaringan kereta apinya terjangkau. Di bawah Hong Kong ada juga kota yang bagus transportasi umumnya, yaitu Zurich; Stockholm; Singapore; Helsinki; Oslo; Tokyo; Paris; Berlin; London. Sedangkan yang terbawah adalah Kairo; Abu Dhabi; Casablanca; Quito; Cape Town; Manila; Johannesburg; Riyadh; Nairobi, dan Jeddah.  Dalam laporan itu disebutkan transportasi umum di Helsinki nyaman dan terjangkau. Hanya dengan tiga dolar, penumpang mendapatkan pelayanan transportasi yang terinteegrasi dengan bus, trem, metro, kereta api, dan feri.

BST adalah awalan yang bagus untuk pelayanan transportasi publik yang nyaman dan terjangkau. Soal tarif BST Rp3.700 yang ditetapkan oleh operator mulai 2023, ada yang menganggap cukup murah, tetapi ada yang kemahalan untuk ukuran Solo. Kalau itu sih bisa didiskusikan.

Penyediaan transportasi murah dan nyaman adalah kebijakan populis yang diambil sejumlah pemerintahan kota. Misalnya Kota Dunkirk di Prancis utara, September 2018,  menggratiskan sistem transportasi umumnya. Warga yang jumlahnya 200.000 orang itu bisa menikmati 18 rute bus (www.bbc.com/indonesia/majalah-57264386).

Kebijakan itu berdampak pada lingkungan dan perilaku warga. Warga yang naik angkutan umum ke  tempat kerja meningkat 60% dalam satu pekan pertama dan menjadi dua kali lipat pada akhir pekan. Mobil pribadi ditinggalkan di rumah. Otomatis hal itu mengurangi emisi karbon dan kemacetan.  Kebijakan itu juga berlaku di berbagai kota di Prancis dan negara Eropa lainnya.

Dalam penelitian Greenpeace dan RDI soal transportasi di DKI Jakarta, ada hal menarik untuk dilakukan, yaitu elektrifikasi transportasi publik. Saat ini, pemerintah berupaya mengubah perilaku masyarakat agar beralih ke mobil dan sepeda motor listrik dengan memberikan subsidi. Seharusnya subsidi itu diberikan kepada transportasi publik agar bisa beralih ke listrik atau energi terbarukan. Bukan malah subsidi diberikan kepada kendaraan pribadi. Cara ini akan menekan emisi karbon sekaligus mengurangi kemacetan. Semoga Solo bisa merealisasikannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya