SOLOPOS.COM - Halim H.D. (Istimewa/Dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO – Wacana pemilihan kepala daerah (pilkada) yang akan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan mulai mengemuka. Ini juga akan menentukan arah perkembangan suatu kota atau daerah. Di Kota Solo sudah terasa kehangatan politis dalam lontaran tentang sosok-sosok calon wali kota.

Sepekan hingga dua pekan terakhir ini atmosfer politik Kota Solo diwarnai pemunculan beberapa figur yang disebut layak menjadi calon wali Kota Solo. Lembaga Solo Raya Polling melalui Metode Delphi membingkai rumusan gagasan strategis yang bersifat komprehensif menjaring beberapa figur ke dalam bursa calon wali Kota Solo (Solopos, 9-10 Maret 2024).

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Posisi Presiden Joko Widodo dan anak-anaknya merupakan sumbu politis yang akan selalu memicu perbincangan politik dalam berbagai segi, khususnya berkaitan dengan pilkada. Efek Presiden Joko Widodo memang menjadi fenomenal, apa pun maknanya.

Rasanya perlu bagi warga Kota Solo dalam konteks pilkada untuk mempertimbangkan siapakah dan jenis kepemimpinan bagaimanakah yang dibutuhkan oleh warga dalam pengelolaan kota ini. Kota Solo menjadi seperti sekarang tak lepas dari latar belakang sejarah.

Salah satu hal penting dalam perkembangan Kota Solo sehingga menjadi kota dengan pelabelan yang tak pernah pupus sepanjang zaman adalah kandungan nilai-nilai tradisi dalam konteks dinamika kebudayaan yang berpengaruh pada perkembangan politik ekonomi wilayah.

Jika kita mengambil khazanah batik dalam tatanan nilai tradisi kita, perkembangan industri batik ikut menciptakan Kota Solo sebagai titik penting perkembangan ekonomi lokal yang berpengaruh pada ekonomi nasional.

Itulah yang saya maksud dengan salah satu hal penting dari lintasan sejarah. Dalam konteks sekarang kita menyebut sebagai industri kreatif, yang bisa kita tarik pada berbagai jenis khazanah tradisi lainnya, seperti pembuatan keris, gamelan, dan berbagai jenis herbal.

Itu hanya sebagian kecil dari khazanah tradisi yang memiliki kaitan kuat dengan dinamika kebudayaan. Pada sisi lainnya, kita bisa menyaksikan khazanah seni pertunjukan dalam wujud tari, karawitan, dan teater tradisi yang pernah dan telah menjadi inspirasi bagi perkembangan kesenian dan kebudayaan modern dan kontemporer setengah abad terakhir.

Melalui khazanah inilah Kota Solo, seperti juga Yogyakarta, mendapatkan stempel sebagai pusat tradisi. Yang paling menarik sesungguhnya bukan hanya stempel sebagai pusat tradisi berkaitan dengan posisi Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran.

Lebih dari itu, Kota Solo memiliki gelora energi yang eksploratif dalam pengelolaan khazanah tradisi sebagai basis material pembaruan kesenian dan kebudayaan dalam konteks kebutuhan zaman. Tuntutan kebutuhan zaman itulah yang sesungguhnya sangat menarik untuk dicermati secara cerdas dan strategis dalam kaitan dengan kehidupan politik dan pengelolaan kota.

Banyak informasi mutakhir berhubungan dengan penabalan Kota Solo sebagai kota kreatif dan pengemban tradisi. Kita merasa bangga dengan hal ini, namun jika kita tak waspada dan tak memiliki kecermatan dalam menyusun rencana strategis pengelolaan kebudayaan, kota ini hanya akan menjadi wilayah konsumen.

Konsumerisme kultural inilah yang perlu kita cermati dalam konteks kehidupan kaum muda, misalnya K-Pop. Tentu kita tak harus menjadi antipati pada kebudayaan dari mancanegara. Yang kita butuhkan adalah bagaimana potensi khazanah tradisi sebagai warisan kesejarahan itu menjadi aktual dan inspiratif bagi penciptaan karya-karya baru.

Di sinilah kita membutuhkan rumusan kerangka strategi kebudayaan dalam kaitan dengan pengelolaan kota dan tata ruang berekspresi. Sesungguhnya jika kita bicara posisi negeri kita dalam relasi kehidupan antarbangsa, salah satu hal yang harus kita sadari bahwa potensi DNA kultural yang kita miliki bisa menjawab kontestasi antarbangsa.

Masalah yang kita hadapi adalah kita tak memiliki suatu strategi yang jitu dalam pengelolaan DNA kultural kita. Kita memiliki lembaga pendidikan kesenian, namun tak cukup memiliki respons yang kuat terhadap gejala yang berkaitan dengan ekspansi budaya dari mancanegara.

Ada kecenderungan lembaga pendidikan kesenian hanya mengikuti arus. Dalam konteks inilah Kota Solo sebagai pusat tradisi dan memiliki beberapa perguruan tinggi yang mengelola program studi kesenian perlu menyatukan visi tentang arah kebudayaan yang akan datang.

Pada sisi lainnya, yang perlu dipikirkan tentang kemungkinan partisipasi komunitas kesenian dalam mengelola potensi dan menciptakan sistem produksi melalui tata ruang publik.

Salah satu upaya mewujudkan strategi kebudayaan Kota Solo adalah melibatkan secara aktif lembaga tradisi Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran, bukan hanya dalam sesi pertunjukan untuk kegiatan yang bersifat turistik dan seremonial.

Lebih dari itu, menggali dan menafsirkan kembali secara kritis dan kreatif berbagai khazanah yang dimiliki dan menjadikan lembaga tradisi itu sebagai laboratorium kebudayaan.

Laboratorium inilah yang kita butuhkan sebagai ruang eksploratif ke arah penciptaan karya-karya baru, sebagaimana yang pernah dilakukan pada periode 1970-1980-an melalui Pusat Pengembangan Kesenian Jawa Tengah di Pendopo Sasanamulya.

Suatu strategi kebudayaan pasti berangkat dari cara berpikir yang tak tunggal dalam konteks pengelolaan. Strategi itu perlu dirumuskan secara bersama-sama melalui musyawarah untuk merumuskan visi kebudayaan dan tata kelola yang non-birokratis.

Salah satu masalah yang kita hadapi, khususnya dalam kehidupan kesenian, adalah jerat birokratis begitu kuat. Jerat birokratis itulah yang menghambat partisipasi warga dalam tata kelola kebudayaan kota.

Singkat kata, Kota Solo membutuhkan kepemimpinan visioner yang bisa membentuk tim kerja kebudayaan yang memahami masalah kebudayaan secara aktual yang didasarkan pada data kesejarahan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 15 Maret 2024. Penulis adalah networker dan organizer kebudayaan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya