SOLOPOS.COM - Griya Ekologi Kelir di Banyuwangi milik Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) Hikmah Mandala bisa digunakan semua umat beragama. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Pagi yang disambut dengan rintik hujan tidak menyurutkan langkahku untuk berkunjung ke Griya Ekologi Kelir. Di sana, aku sudah disambut oleh Romo Tiburtius Catur Wibawa Pr. selaku pengelola dan penggagas Griya Ekologi Kelir.

Romo Catur merupakan salah seorang pastor dari Paroki Banyuwangi. Dia juga pernah menjabat sebagai Kepala SMAK Hikmah Mandala Banyuwangi selama 11 tahun.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Rumah-rumah Osing dengan seni arsitektur khas Banyuwangi berdiri dengan kokohnya di areal lapangan berumput hijau. Mataku langsung dimanjakan dengan pemandangan yang jarang kutemukan di tengah hiruk pikuknya Kota Banyuwangi.

Bunga bewarna-warni yang sedang mekar seolah-olah ingin memamerkan pesonanya sebagai lambang cinta. Suara burung dan kodok menjadi backsound yang menambah syahdunya momen ini.

Griya Ekologi Kelir merupakan salah satu destinasi wisata yang sering difungsikan sebagai wisata inap dan tempat pembinaan. Griya Ekologi Kelir berlokasi di Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Jaraknya dari pusat kota kurang lebih 10,5 km atau hanya 4,5 km dari jalan raya Pelabuhan Ketapang.

Dalam homilinya saat meresmikan Griya Ekologi Kelir pada September 2018 lalu, Mgr. Henricus berharap Rumah Edukasi Ekologi ini bisa menjadi tempat penyedia fasilitas pembinaan karakter bagi segenap orang muda lintas agama. Dengan lokasinya yang asri berikut fasilitasnya yang memadai untuk digunakan sebagai wisata inap dan tempat pembinaan, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Banyuwangi pernah menyelenggarakan Kemah Pemuda Lintas Agama selama dua hari, tepatnya pada 24-25 Agustus 2019.

Tema yang diambil dalam acara 2019 itu adalah Merajut Kemajemukan dalam Jalinan Persaudaraan Sesama Anak Negeri. Kemah Pemuda Lintas Agama ini diikuti peserta dari perwakilan Katolik, Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan Konghuchu. Kemah ini digelar untuk membangun persaudaraan di antara anak-anak muda. Meskipun berbeda keyakinan, ada nilai yang ingin ditanamkan kepada mereka agar tidak saling menghina dan membenci.

Menurut K.H. Muhammad Yamin, selaku Ketua FKUB Banyuwangi, kemah tersebut efektif untuk menguatkan kembali konsep toleransi dan kegotongroyongan di antara para pemuda dari berbagai latar agama. Dengan kebersamaan, adu domba dan provokasi tidak akan mempan untuk memecah kerukunan antarumat beragama di Banyuwangi.

“Jika sering bertemu, maka akan terbangun komunikasi. Dengan komunikasi itu diharapkan timbul kebersamaan dan rasa saling menghormati,” ungkap kiai lulusan universitas di Baghdad, Irak, tersebut, belum lama ini.

K.H. Yamin menambahkan dalam setiap penyelenggaraannya, kemah pemuda lintas agama rutin diselenggarakan. Kemah ini digelar setiap tahun dengan mengusung bahasan tema berbeda. “Tahun ini [2019] ini kami mengangkat tema keberlanjutan lingkungan setelah sebelumnya mengangkat tema lain, seperti entrepreneurship dan sebagainya,” jelas dia.

Pada hari pertama, kegiatan lebih banyak dilakukan dalam aula. Kegiatan diisi materi dari narasumber yang dilanjutkan dengan sharing antarpemuda lintas agama.

Pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan outbound. Terjalin kekompakan dan semangat di antara peserta. Tanpa memandang agamanya apa, mereka membaur satu sama lain, kompak dalam menyelesaikan setiap tantangan yang diberikan selama kegiatan.

Tempat ini juga dipergunakan lagi pada hari libur Tahun Baru Islam 1444 H. Keluarga besar MIN 1 Banyuwangi mengadakan kegiatan konsolidasi yang dikemas dengan nama Minsawangi Family Gathering & Children Friendly School of Deklaration pada Sabtu (30/7/2022).

Kegiatan ini diikuti semua pengurus komite madrasah, semua ustaz-ustazah TPQ Nurul Ilmi MIN 1 Banyuwangi, dan pengurus paguyuban wali murid. Dengan ditemani semilir angin khas perbukitan, kegiatan yang dilaksanakan di Aula Griya Ekologi ini berjalan penuh kekeluargaan.

Musala

Family gathering ini kali pertama digelar keluarga besar MIN 1 Banyuwangi. Untuk sesi Sharing Motivastion School Branding & Talent Mapping menghadirkan praktisi School Branding Strategy dan Sistemasi Madrasah Rofi’udin. Kegiatan selanjutnya adalah menyusun rencana kegiatan MIN 1 Banyuwangi pada tahun anggaran 2023. Penyusunan rencana kegiatan tersebut dibagi menjadi empat bidang, meliputi bidang kurikulum, kesiswaan, sarana-prasarana, dan humas.

Meskipun Griya Ekologi milik Yayasan Karamel Keuskupan Malang yang merupakan yayasan umat Katolik, namun pengelola tempat ini, Romo Catur sangat memperhatikan kebutuhan tamunya. Di tempat ini ada sarana ibadah untuk mereka.

“Mengingat banyak orang yang saat berkunjung ke Griya Ekologi Kelir menanyakan tempat salat, ini menginspirasi saya untuk mendirikan sarana ibadah bagi mereka. Jadi tidak hanya melaksanakan kegiatan atau wisata inap, tetapi mereka juga tetap bisa menjalankan ibadah yang nyaman dan tenang” tutur Romo Catur.

Saat ini, sudah ada dua tempat ibadah yang tersedia. Ada ruang doa bagi umat Katolik dan musala yang berada di selatan jajaran rumah Osing. Bangunan musala itu sebagai wujud rasa toleransi beragama yang harus diciptakan di mana pun kita berada.

Meski Griya Kelir dibangun untuk kegiatan umat Katolik di Banyuwangi, akan tetapi akhirnya banyak masyarat Islam yang menggunakan tempat itu untuk berbagai kegiatan. “Tempat ini memang kita bangun untuk mempraktikkan toleransi antarumat beragama. Karena toleransi itu sangat indah. Jadi wujud toleransi di tempat ini salah satunya membangun musala,” kata Romo Catur.

Tidak hanya terkait masalah toleransi beragama yang menjadi perhatian Romo Catur. Dia juga fokus terhadap kelestarian lingkungan. Pengelola membangun kerja sama antara pengurus Griya Ekologi Kelir dengan tamu yang berkunjung di tempat ini. Romo Catur berupaya untuk menerapkan zero waste (bebas dari sampah) di tempat ini.

Pengelola meminimalkan penggunaan plastik dan melakukan daur ulang limbah rumah tangga. “Kami selalu berupaya mengingatkan pengurus dan tamu yang berkunjung untuk tetap menjaga kebersihan. Kita datang ke tempat ini dalam kondisi bersih, maka pulang pun harus tetap bersih” tutur Romo Catur.

Untuk limbah rumah tangga, sudah ada tempat penampungan yang disediakan Romo Catur. Limbah tersebut ditampung dalam ember besar dan akan difermentasikan. Setelah melalui proses fermentasi, limbah digunakan sebagai pupuk organik yang bermanfaat untuk tanaman di Griya Ekologi Kelir.

Ada beberapa nilai yang dapat saya ambil dari kunjungan di Griya Ekologi Kelir. Beberapa di antaranya adalah dari kecintaan akan budaya setempat, toleransi beragama, kelestarian lingkungan, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya