SOLOPOS.COM - Suwarmin (FOTO/Dok)

Suwarmin (FOTO/Dok)

Wartawan SOLOPOS

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Dalam beberapa hal, orang Rusia mungkin lebih mempunyai tenggang rasa dari pada kita, saat mendengar kecelakaan maut pesawat komersial Sukhoi Superjet (SSJ) 100. Musibah yang terjadi Rabu (9/5) itu begitu mengejutkan. Seluruh penumpang, yang berjumlah sedikitnya 45 orang, dikhawatirkan tewas.
Beberapa saat setelah musibah itu, seperti dikutip kantor berita Ria Novosti, seorang pramugari, Ekaterina Solovyeva dipecat dari maskapai tempatnya bekerja, Aeroflot, setelah mengirim tweet berbunyi, “Huh? Apakah Superjet kecelakaan? Hahaha! Pesawat ini buruk. Sayang, itu bukan Aeroflot sehingga bisa mengurangi satu pesawat.”
Seseorang yang keberatan dengan tweet itu lantas mengajukan protes kepada Aeroflot. Bisa jadi karena alasan keberatan warga, atau pertimbangan bisnis, mengingat Aeroflot juga memiliki pesawat jenis SSJ 100, sang pramugari iseng itu lalu dipecat.
Aeroflot mengajari kita bahwa memang tidak pantas bersendau-gurau di atas penderitaan orang lain. Sehari setelah tragedi itu, sampai dengan Sabtu (12/5), menjadi hari-hari yang panjang dan menyesakkan bagi keluarga korban Sukhoi.
Bayang-bayang kehilangan sanak kerabat, ayah, anak, istri atau suami, sahabat dan orang terkasih, terlihat jelas di wajah mereka. Tentu, sebagai manusia biasa, mereka hanya bisa menangis, sembari memupuk harapan, barang kali masih ada keajaiban, bahwa keluarga mereka yang menjadi penumpang pesawat itu masih diberi mukjizat untuk hidup.
Media massa, utamanya televisi, menjadikan wajah-wajah sedih keluarga korban sebagai sajian utama. Awalnya mungkin menarik, karena berita human interest jenis ini memang mudah membuat pemirsa terharu. Tetapi lama-lama, tontonan wajah duka itu menjadi menjemukan. Apalagi pertanyaan sejumlah wartawan televisi yang itu-itu saja. Misalnya, bagaimana perasaan keluarga, atau apakah ada firasat tertentu.
Ada juga pertanyaan yang seolah mengarahkan bahwa proses evakuasi para korban berjalan lambat, tanpa memperhitungkan bahwa medan di lokasi kecelakaan memang sungguh berat, bahkan teramat berat dan rumit.
Ini bukan tentang seorang kontestan idol yang menangis tersedu-sedu karena harus tereliminasi. Ini bukan reality show. Ini tentang harapan hidup, ini tentang nyawa manusia.

Berbagi Gambar

Tetapi itu belum seberapa. Di tengah-tengah warga masyarakat kita, tanpa merasa bersalah, beredar informasi-informasi tidak jelas, gambar-gambar menyesatkan, bahkan lelucon yang tidak perlu terkait tragedi itu. Kita mungkin dengan tanpa merasa bersalah ikut berbagi informasi atau gambar menyesatkan itu, tanpa melakukan verifikasi atau minimal menanyakan kebenaran info itu.
Misalnya, informasi tentang adanya dua penumpang Sukhoi yang masih hidup. Dua penumpang itu konon salah satu berasal dari Indonesia dan satunya lagi dari luar negeri. Kabar yang diklaim berasal dari sebuah komunitas indigo itu belakangan menguap entah ke mana.
Lalu gambar wanita tanpa busana yang nangkring di ranting pohon. Tentu saja maksud gambar ini sekadar lelucon atau iseng belaka. Tetapi bagi keluarga korban, tentu lelucon ini tidak lucu dan mungkin menyakitkan. Kita semua, sebagian para pengguna BlacBerry Mesenger (BBM) atau pengguna alat pengantar pesan lainnya, bersuka ria saling memberi komentar.
Ada juga serentetan gambar yang memperlihatkan wajah orang Eropa dan wajah orang mirip orang Indonesia dengan sebagian tubuh gosong. Dengan disertai tulisan,”Korban Sukhoi, yang gak tega, jangan lihat,” maka lengkap sudah foto itu serta merta menjadi bahan omongan, di-share ke grup dan kemudian tersebar ke seluruh Indonesia dan dunia. Belakangan diketahui foto-foto yang dikira korban Sukhoi itu adalah korban kecelakaan pesawat lain yang terjadi jauh sebelum peristiwa tragedi Sukhoi itu.
Menyangkut foto-foto itu, sampai-sampai, Ketua Badan SAR Nasional  (Basarnas) Marsekal Madya Daryatmo  menegaskan foto-foto korban kecelakaan Sukhoi via BBM itu tidak benar.
”Soal gambar yang beredar terkait kecelakaan Sukhoi, gambar-gambar yang dikirim lewat BBM, tidaklah benar,” jelas Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo seperti dikutip solopos.com, Sabtu (12/5). Daryatmo juga mengajak semua orang untuk bertenggang rasa kepada para keluarga korban yang sedang berduka cita.
”Marilah kita punya tenggang rasa kepada para keluarga korban. Jangan menyebarkan gambar yang tidak bertanggung jawab,” jelas dia.
Kebiasaan latah berbagi gambar yang belum jelas kebenarannya itu juga sempat terjadi pada saat bentrok di Gandekan, Jebres, Solo beberapa waktu lalu. Saat itu di BBM beredar gambar punggung seorang pria yang terluka layaknya coretan di tubuh korban Zorro di film-film.
Tak sedikit orang yang lantas membagi foto itu kepada kawan-kawannya atau melalui grupnya masing-masing. Belakangan diketahui, orang dalam gambar itu bukan korban bentrok Gandekan. Lalu apa yang terjadi jika ada orang yang terbakar emosinya karena melihat gambar itu lantas berbuat nekat? Bisa jadi bentrok yang lebih luas akan terjadi, dan semua itu hanya karena ulah iseng.
Akhir kisah dari tragedi Sukhoi ini masih gelap. Siapakah yang bersalah, dan apa penyebab kecelakaan ini, belum ada kejelasan. Bahkan, para keluarga korban, belum jelas kapan bisa menerima jenazah keluarga mereka.
Tragedi datang dan pergi, silih berganti. Tragedi tak pilih-pilih orang. Dia seolah punya matanya sendiri, yang siapa saja bisa mengalami. Jadi, ada baiknya, kita bijak menyikapinya….

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya