SOLOPOS.COM - Warga menonton monyet ekor panjang di kandang yang akan diangkut dan diserahkan ke BKSDA Jawa Tengah di Tamansari, Boyolali, Selasa (10/10/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Warga Desa Sangup dan Desa Lanjaran, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali berhasil mengatasi gangguan kawanan monyet ekor panjang di ladang dan permukiman dengan cara menjebak monyet-monyet itu.

Penjebakan dilakukan dengan mekanisme yang tidak melukai monyet-monyet liar itu dan juga tidak membunuh mereka. Monyet-monyet liar yang tertangkap kemudian dipindahkan ke lokasi lain dengan bantuan Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Jawa Tengah.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP) pernah menyebut sejak 2012 eskalasi konflik manusia dengan satwa liar meningkat. Ada beberapa penyebab konflik manusia dan satwa liat.

Konflik antara satwa liar dan manusia terjadi akibat peralihan hutan menjadi kebun dan permukiman, eksploitasi berlebihan terhadap satwa liar di alam sehingga hewan dalam kawasan konservasi keluar untuk mencari sumber makanan, atau karena bencana alam yang menyebabkan habitat asli satwa liar rusak.

Saat ini secara umum masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan habitat asli satwa liar memiliki kesadaran bahwa menanggulangi konflik dengan satwa liar tidak bisa lagi dengan cara-cara menyakiti atau melukai hewan tersebut.

Telah terbangun kesadaran bahwa semakin keras perlakuan dan tindakan kepada hewan liar itu maka mereka akan melawan. Upaya mengatasi konflik manusia dan satwa liar harus mengedepankan kepentingan dan keselamatan manusia tanpa mengorbankan kepentingan dan keselamatan satwa liar.

Konflik antara manusia dengan satwa liar yang makin sering membuat warga merasa terancam sehingga menciptakan siklus yang negatif bagi petani. Banyak petani pada akhirnya tidak mau menanam tanaman yang bernilai ekonomi tinggi sebab takut rugi karena dirusak dan dimakan oleh kawanan satwa liar.

Hal mendasar dalam mengatasi konflik manusia dan satwa liar adalah kesadaram bahwa konflik merupakan ancaman nyata bagi satwa maupun manusia. Upaya mengatasi atau menanggulangi adalah keniscayaan dengan memastikan kawanan satwa liar punya masa depan di lanskap yang didominasi manusia.

Ikhtiar yang dilakukan warga Desa Sangup dan Desa Lanjara serta warga di sejumlah desa lain di wilayah Kecamatan Tamansari itu berlandasan kesadaran tentang konservasi. Mereka menangkap monyet-monyet ekor panjang itu dengan teknik penjebakan yang tidak melukai dan tidak mematikan.

Warga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali, Dinas Lingungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, dan BKSDA Jawa Tengah. Warga menangkap monyet-monyet liar yang mengganggu lahan pertanian, mengganggu permukian, dan petugas Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali menjadi penghubung dengan BKSDA Jawa Tengah.

Aparat BKSDA Jawa Tengah memindahkan monyet-monyet liar yang tertangkap itu ke cagar alam di Nusakambangan dan cagar alam di lokasi lain.

Cara mengatasi konflik dengan hewan liar yang berperspektif konservasi ini layak direplikasi di daerah lain yang mengalami hal sama. Kesadaran tentang konservasi menjadi nilai plus dalam metode yang diterapkan warga desa di Kecamatan Tamansari.

Kini banyak pihak yang tertarik mempelajari metode berbasis konservasi itu. Ini peluang baik untuk mendiseminasi program berbasis konservasi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya