SOLOPOS.COM - Sri Wiyoga (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Setelah  membaca artikel yang terbit di Subrubrik Mimbar Guru, Harian Solopos edisi Rabu 2 November 2022, tentang kesehatan mental, saya sebagai seorang pendidik merasa terpanggil turut membahasnya.

Fakta menunjukkan kesehatan mental memang memegang peranan yang sangat penting, terlebih di dunia pendidikan. Kita tidak bisa memperlakukan semua siswa dengan sama mengingat latar belakang mereka yang berbeda.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Tugas guru ternyata juga sangat luas. Tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan. Guru juga harus memperhatikan urusan kesehatan mental yang akan berakibat fatal apabila sebagai pendidik gagal memahami.

Benarkah yang membutuhkan perhatian tentang kesehatan mental hanyalah siswa? Bagaimana dengan pendidik yang notabene memiliki tugas yang sangat luas? Tugas pokok dan fungsi guru tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018.

Secara umum tugas guru meliputi tugas mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi. Semua tugas tersebut berhubungan langsung dengan peserta didik yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas.

Faktanya, tugas yang dilakukan seorang guru melebihi yang termuat dalam peraturan. Beban kerja guru yang harus menangani berbagai macam urusan administrasi juga tidak dapat dipandang sebelah mata.

Banyak guru yang selain memegang kelas juga memegang tanggung jawab lain seperti operator sekolah, bendahara BOS, petugas inventaris, dan sebagainya. Fakta tersebut sangat lazim ditemui terlebih di jenjang sekolah dasar yang biasanya tidak memiliki petugas khusus selain guru yang merangkap.

Selain itu, kekurangan jumlah guru di suatu daerah membuat banyak guru mata pelajaran merangkap di dua sekolah sekaligus. Beban mengajar yang semula hanya enam kelas harus dilipatgandakan untuk menutup kekosongan guru.

Beban kerja seorang guru tidak boleh dipandang sebelah mata. Di tangan merekalah dititipkan puluhan, ratusan, bahkan ribuan jiwa-jiwa penerus bangsa. Sedangkan faktanya, guru menghadapi banyak kesulitan dalam membagi waktu maupun berbagi peran.

Sering beban kerja di sekolah mau tidak mau harus dibawa pulang agar dapat selesai tepat waktu. Pertanyaan besarnya, apabila siswa saja yang membutuhkan konseling? Bagaimana dengan seorang guru?

Sepanjang saya mencari informasi tentang konseling di sekolah, informasi yang didapat hanya sebatas konseling untuk siswa yang bahkan hal tersebut jarang ditemui di jenjang sekolah dasar. Mengingat pentingnya kesehatan mental yang tidak dapat dimungkiri dapat menyerang siapa saja, kapan saja, dan di mana saja—tidak terkecuali guru—maka saya berpendapat konselor untuk guru itu diperlukan.

Bagaimana apabila sekolah tidak mampu mendatangkan tenaga konseling khusus untuk guru? Apabila sekolah kesulitan mempekerjakan seorang konselor khusus untuk guru, dapat diambilkan dari guru konseling untuk siswa yang berperang ganda sebagai konselor untuk guru.

Konselor Sebaya

Selain itu, konselor sebaya juga dapat dijadikan alternatif untuk sekolah yang sama sekali tidak dapat mengalokasikan dana untuk guru sebagai tenaga konseling. Beberapa guru dapat ditunjuk untuk mengikuti semacam seminar yang berkaitan dengan kesehatan mental sebagai bekal untuk dirinya sendiri, rekan sesama guru, dan untuk siswanya.

Setelah itu, mereka dapat dijadikan konselor sebaya. Aneka masalah yang dihadapi guru selama pembelajaran maupun di luar pembelajaran dapat dikonsultasikan dan didiskusikan melalui konselor sebaya.

Walakin, guru tetap harus selalu menjaga kesehatan mentalnya sendiri sebab diri sendiri jauh lebih mengerti daripada orang lain, bahkan konselor mana pun. Pertama, tidak menjadikan pekerjaan di sekolah sebagai beban berat.

Apabila teras berat dan merasa tidak cukup kuat, jangan segan untuk meminta bantuan rekan, bahkan dengan melibatkan atasan, yakni kepala sekolah. Kedua, usahakan tidak mencampuradukkan pekerjaan sekolah dengan pekerjaan rumah.

Artinya, letakkan masalah di rumah Anda ketika Anda di sekolah. Sebaiknya, jangan membawa pulang permasalahan di sekolah Anda ke rumah. Boleh saja sesekali pekerjaan sekolah dibawa pulang, namun pastikan mood kita dalam keadaan baik dan carilah waktu yang tepat agar tidak mengganggu kebersamaan dengan keluarga.

Ketiga, pastikan istirahat yang cukup. Jangan sampai pekerjaan membawa dampak buruk bagi kesehatan. Jangan ragu mengucapkan ”tolong” kepada rekan apabila benar-benar merasa tidak mampu.

Keempat, pengelolaan waktu yang tepat sangat dibutuhkan agar pekerjaan selesai tepat waktu dan tidak terbebani. Jangan mudah terdistraksi dengan hal-hal lain apabila sedang bekerja, terlebih mengambil pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan.

Anda dapat membuat perencanaan kegiatan setiap hari supaya beban mengajar maupun mengerjakan tugas administrasi lainnya tetap dapat selesai tanpa harus abai pada kesehatan mental diri sendiri.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 9 November 2022. Penulis adalah guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di SDN 1 Sumberagung, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya