SOLOPOS.COM - Vina Eka Aristya (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Pertanian  sebagai sektor penyedia pangan utama masyarakat mengalami risiko paling rentan sekaligus pembentuk fenomena perubahan iklim global. Dunia pertanian bersentuhan langsung dalam ruang dan waktu terhadap tekanan climate change.

Sensitivitas perubahan parameter iklim global yang ekstrem dan tidak dapat diprediksi menimbulkan dampak bagi pembangunan ekonomi negara dan ketahanan pangan. Sepanjang 1989-2023 Indonesia rentan mengalami El Nino yang menimbulkan kekeringan di 350.000 hektare hingga 870.000 hektare sawah.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

La Niña memicu banjir yang merusak 145.000 hektare hingga 330.000 hektare lahan produktif. Indonesia menjadi negara ketiga terbesar yang mengalami banjir pada 1900-2023 dengan angka kematian tertinggi kedua secara global, yaitu 42 kematian per satu juta penduduk dari 278 bencana.

Program smart farming yang melek iklim bertujuan menciptakan kesadaran komunitas pertanian, masyarakat, dan pemerintah terhadap dampak climate change. Kerangka kerja yang memperhatikan kontiguitas pertanian dan kalkulasi dampak iklim dapat memperkuat ketahanan pangan.

Berdasar nota kesepahaman internasional, Indonesia saat ini harus mengurangi total emisi sebesar 29% (secara sepihak) atau 41% (dengan bantuan asing) pada 2030. Mitigasi intensitas emisi gas rumah kaca global menjadi prioritas karena pertanian berada di bawah tekanan untuk meningkatkan produksi nutrisi sehat akibat pertambahan penduduk.

Indonesia sebagai negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia yang harus menjamin keberlanjutan pangan dengan mempertahankan produksi dan mengurangi emisi dengan serangkaian kebijakan dan instrumen.

Pertanian lokal sangat bervariasi, baik tanaman yang dibudidayakan, iklim regional, serta realitas faktor pendidikan dan sosial ekonomi petani. Keragaman budi daya tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, dan sayuran belum memiliki luas tanam yang stabil setiap tahun.

Variasi pola budi daya menimbulkan fluktuasi panen selama musim hujan atau kemarau. Luas lahan produktif cenderung berkurang akibat konversi ke fungsi nonpertanian. Sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan lahan kering rentan bencana kekeringan, banjir, dan angin kencang.

Indonesia yang terdiri sekitar 17.000 pulau memperburuk kerentanan iklim. Wilayah pesisir Indonesia terkena dampak parah akibat kenaikan permukaan air laut sekitar 3,9 milimeter per tahun hingga 4,3 milimeter per tahun selama tiga dekade ini.

Sawah di wilayah pesisir rentan terhadap genangan dan salinitas tanah. Dampak kenaikan muka air laut menyebabkan banjir di 134.509 hektare sawah wilayah pesisir Indonesia, 51% di antaranya di Pulau Jawa.

Tingginya kandungan garam air laut akibat pasang air laut menyebabkan pencemaran tanah, menghambat pertumbuhan tanaman, dan mengurangi produksi beras tahunan hingga 976.688 ton.

Tanaman hortikultura berbasis pohon seperti perkebunan dan penghasil buah-buahan merupakan pertanian penting di Indonesia. Tanaman tahunan ini relatif lebih tahan cuaca ekstrem seperti kekeringan, banjir, dan angin kencang.

Perkebunan berfungsi menyimpan cadangan karbon, menopang fungsi konservasi tanah, pengendali erosi, perlindungan keanekaragaman hayati, dan pengaturan air. Mitigasi melalui penghentian penggunaan bahan bakar tak terbarukan perlu dilakukan secara bertahap.

Pertanian cerdas berketahanan iklim berfokus pada adaptasi mengurangi kadar emisi CH4 dan N2O. Salah satu langkah efektif yaitu menggunakan varietas padi rendah emisi. Varietas unggul ini ditargetkan ditanam di 926.000 hektare lahan pada dasawarsa mendatang.

Varietas superior tahan tekanan iklim juga mampu meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Varietas pangan yang rendah emisi CH4 menjadi intervensi pengembangan genetik padi masa depan. Emisi satu siklus padi varietas populer IR64 sebesar 202,3 kg CH4 per hektare.

Varietas Ciherang yang biasa digunakan petani memiliki laju emisi CH4 57% dari IR64. Sayangnya, faktor emisi CH4 saat ini belum menjadi pertimbangan utama pemilihan varietas padi unggul oleh pemerintah maupun petani. Seharusnya ini menjadi fokus pengembangan varietas selain potensi produksi tinggi dan kualitas beras.

Penerapan pengelolaan air berselang juga efisien menekan emisi metana (22% hingga  64%) pada pertanaman padi sawah. Program ini diharapkan tercapai pada 820.000 hektare lahan pada 2030 dan meningkatkan hasil padi hingga 48%.

Manajemen pupuk kandang untuk biogas dan pakan tambahan ternak pada 2,5% populasi sapi juga perlu diadopsi untuk kualitas lingkungan dan mencapai dimensi ketahanan pangan global.

Adaptasi skala makro pertanian mendukung adaptasi pertanian terhadap iklim. Langkahnya meliputi pembangunan infrastruktur berupa penampungan air (bendungan, parit, long storage), jaringan irigasi, serta konstruksi pelindung banjir di areal pertanian.

Ekstensifikasi lahan pertanian di lahan telantar menjadi alternatif inklusif pertanian cerdas iklim. Tata kelola pendanaan melalui asuransi dampak iklim, akses kredit, kemudahan pembiayaan, dan skema padat karya memperkuat regulasi adaptasi iklim pertanian.

Kebijakan inklusif cerdas iklim khususnya pada ranah pertanian sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan sesuai kesepakatan KTT PBB tentang Perubahan Iklim. Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 menekankan pentingnya nilai ekonomi karbon dan berkomitmen untuk mencapai net zero emisi pada 2050.

Aktivitas manusia yang menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) global harus turun sekitar 45% dari tingkat emisi tahun 2010 pada 2030 agar mencegah kenaikan suhu udara di bawah 1,5º C dan mencapai net zero pada 2050.

Stabilisasi pertanian penting ditingkatkan dengan langkah adaptasi iklim sehingga dapat mempertahankan peran menjamin swasembada dan ketahanan pangan global. Upaya inklusif ini juga berpotensi mengurangi kerugian ekonomi negara sebesar 1,15% produk domestik bruto.

(Penulis adalah doktor dan peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya