SOLOPOS.COM - Suwarmin Direktur Bisnis dan Konten Solopos Group

Perayaan Kemerdekaan 17 Agustus sudah berlalu. Lebih dari setengah bulan yang lalu. Tetapi masih ada cerita yang tersisa. Siapa lagi kalau bukan Farel Prayoga. Si penyanyi cilik dari Kota Osing Banyuwangi. Dia mengejutkan peserta upacara, muncul seolah tiba-tiba, lalu mendendangkan Ojo Dibandingke. Lagu itu karya seniman asal Boyolali yang bernama panggung Abah Lala.

Vokal Farel yang jernih dan terampil di nada-nada tinggi, dengan musik khas dangdut koplo sanggup menggerakkan peserta upacara, termasuk para pejabat negara pun ikut bergoyang. Dengan lirik lagu berbahasa Jawa, lengkap sudah koplo Jawa semakin menggoyang istana. Dan setelah itu, nama Farel semakin viral dan terkenal.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Ada beberapa isu yang mengiringi penampilan Farel. Misalnya dia menyanyikan lagu yang belum sesuai dengan umurnya. Ada pula kritik tentang upacara kemerdekaan yang seharusnya sakral berubah laksana panggung hiburan.

Tetapi tulisan ini tak hendak membahas itu. Mari kita bahas sebuah fenomena, tentang dangdut koplo berlirik Bahasa Jawa, atau tentang Basa Jawa itu sendiri. Betapa musik berbalut dangdut koplo dengan syair berbahasa Jawa kini seolah mengokohkan diri sebagai tuan rumah di tengah serbuan musik luar negeri. Lagu-lagu pop Korea (K-Pop), misalnya, memang punya gelombangnya sendiri. Sampai-sampai bintang K-Pop dijadikan brand ambassador market place besar Indonesia. Tetapi musik rancak bersyair Bahasa Jawa dengan beragam dialeknya juga membangun pasar sendiri.

Dimulai dari popularitas Didi Kempot, yang berpulang di tengah kejayaannya. Saking populernya Didi, sampai-sampai dia mendapat julukan The Godfather of Broken Heart. Didi mengerek naik Basa Jawa sebagai syair lagu yang bisa dinikmati semua kalangan dari berbagai daerah, Jawa maupun luar Jawa. Lalu kini diteruskan dengan Denny Caknan dan puluhan penyanyi dari genre sejenis. Seperti diwariskan, Didi yang menjadi bintang iklan produk minuman kesehatan berbahan jahe merah, Denny Caknan pun sama.

Ya setidaknya ada perbandingan yang tidak terlalu njomplang. Sama-sama jadi bintang iklan. Kalau bintang K-Pop menjadi brand ambassador market place Indonesia, penyanyi daerah bisa jadi “brand ambassador” produk minuman kesehatan lokal.

Lima bulan lalu, saya didatangi dua peneliti BRIN atau Badan Riset dan Inovasi Nasional. Sebelumnya mereka peneliti LIPI atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Mereka tengah melakukan riset tentang konsumsi musik masyarakat lokal di Jawa. Pada kerangka yang lebih luas, mereka melihat masyarakat Jawa punya daya tahan yang kuat untuk mempertahankan jati diri kejawaannya dalam mengkonsumsi musik.

“Saya lihat di panggung-panggung hajatan, sangat kental musik bernuansa Jawa dalam kemasan yang popular. Para musisi dan penyanyinya masih muda. Mereka sudah beradaptasi dengan panggung offline dan online sehingga rekam jejaknya secara digital juga terlihat,” kata salah seorang peneliti, Nina Widyawati.

Semaraknya panggung konser hingga panggung hajatan, mendorong para musisi lokal menciptakan lagu-lagu berbahasa Jawa yang enak didengar. Dari yang kelas kampung hingga kelas kota dan kawasan yang lebih luas, muncul nama-nama musisi pencipta lagu. Di Sragen, misalnya, banyak bermunculan pencipta lagu dari komunitas cokekan atau karawitan khas Sragen. Di Jawa Timur, banyak bermunculan lagu-lagu daerah yang akhirnya “dikoplokan” dengan sukses.

Di laman berbagi video YouTube, banyak video lagu koplo Jawa yang punya viewer jauh lebih banyak dari penyanyi pop nasional yang mana pun. Misalnya video di akun resmi Denny Caknan berjudul Kartonyono Medot Janji, ditonton hampir 260 juta orang. Atau video Via Valen berjudul Sayang yang ditonton 204 juta kali.

Presiden Jokowi disengaja atau tidak, punya andil terhadap popularitas “musik rakyat” dangdut koplo di blantika musik Indonesia. Sebelum Farel Prayoga mengejutkan istana pada 17 Agustus 2022 lalu, pengakuan atas seniman dangdut koplo sudah didapatkan saat Via Valen didapuk menyanyikan theme song Asian Games 2018 berjudul Meraih Bintang. Di akun resmi Asian Games 2018 di YouTube, lagu Meraih Bintang yang didendangkan Via Valen sudah ditonton 151 juta kali.

Tren penggunaan Bahasa Jawa di kancah dunia hiburan Tanah Air cukup melegakan. Masih ada harapan Bahasa Jawa bisa laku secara komersial. Mulai bulan lalu, stasiun televisi SCTV menayangkan lokadrama atau drama bernuansa lokal berjudul Lara Ati. Acara yang diinisiasi sosok kreatif Bayu Skak ini menggunakan dialek Jawa dari beberapa daerah di Pulau Jawa. Meskipun kental dengan dialek Suroboyoan, Lara Ati juga memunculkan dialek Tegal (Jawa Tengah), dialek Jawa yang khas digunakan komunitas etnis Tionghoa Surabaya hingga dialek Jawa khas Jogja. Di Solo, komunitas Bakar Production juga aktif menghidupkan seri Balada Kampung Riwil dengan logat Solo yang kental. Penonton mereka di YouTube juga sangat menjanjikan.

Di tengah menurunnya penutur Bahasa Jawa di kalangan anak-anak, kemunculan Farel dan eksistensi lirik-lirik Bahasa Jawa di panggung musik yang sedang hits ini bisa menjadi pengingat bahwa Bahasa Jawa atau Basa Jawa masih bisa bertahan. Era digital terbukti memberi ruang tampil yang sempurna bagi semua jenis kreativitas termasuk yang mengusung konten-konten Jawa. Bisa melalui musik, sketsa atau drama, stand up komedi Jawa, dan lain-lain.

Kota Solo sebagai pusat budaya Jawa, termasuk Bahasa Jawa di dalamnya, mestinya bisa mengambil peran yang menentukan. Misalnya menggalakkan Basa Jawa secara lebih serius sebagai mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai pra sekolah sampai SMA atau SMK. Atau memberi ruang yang lebih besar bagi penggunaan Basa Jawa, misalnya simbol-simbol atau idiom khas Jawa sebagai bagian dari strategi marketing kota juga menarik dilakukan.

Ini penting, agar Basa Jawa tidak terdengar asing dan semakin asing di lingkungannya sendiri. Ben wong Jawa ora ilang Jawane. Agar orang Jawa tidak hilang kejawaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya