SOLOPOS.COM - Algooth Putranto (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Beberapa waktu lalu saya menyambangi Kota Solo. Itu hanya hitungan hari setelah calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo ditemani Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPC PDIP) Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo alias Rudy meresmikan sejumlah pos pemenangan pasangan calon presiden-calon wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md..

Pos pemenangan yang diresmikan, antara lain, di  Pasar Notoharjo (Kecamatan Pasar Kliwon) dan di Kelurahan Banyuanyar (Kecamatan Banjarsari). Sebagai mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode, Ganjar Pranowo memang patut memberi perhatian lebih untuk merawat massa PDIP  di wilayah itu.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Tugas yang berat karena kota itu dipimpin Wali Kota Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden nomor urut 2, berpasangan dengan calon presiden Prabowo Subianto. Saya nyatakan berat bukan hanya berdasar hasil bertanya kanan kiri sambil jagongan menyesap teh nasgithel di angkringan tak jauh dari perlintasan kereta api Palur, tapi menggunakan patokan data yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Pertama, data yang dirilis Program Studi Magister Administrasi Publik Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo tentang survei indeks kepuasan masyarakat (IKM) tahun kedua pemerintahan pasangan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa.

Survei yang dirilis pada Februari 2023 itu menemukan tingkat kepuasan masyarakat Kota Solo pada dua tahun pemerintahan Gibran-Teguh mencapai 96%. Ini naik 2% daripada tahun sebelumnya. Bisa disimpulkan hampir seluruh warga Kota Solo yang menjadi sampling penelitian menyatakan puas terhadap kinerja anak mbarep Presiden Joko Widodo itu.

Kedua, tingkat kepuasan publik terhadap Gibran linier dengan tren kepuasan terhadap figur Presiden Joko Widodo (sang ayah) serta kepuasan publik terhadap pemerintah yang dirilis banyak lembaga survei sejak Juni 2023 hingga Agustus 2023, selalu berada di atas 73%.

Tidak mengherankan Gibran saat menjelang Ganjar lengser menenggelamkan citra eks Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen dan mantan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Dua tokoh yang lebih senior sekaligus—konon—paling ngebet menempati Puri Gedeh, rumah dinas Gubenur Jawa Tengah.

Ketiga, setelah ”karpet merah” dari paklik, eh Mahkamah Konstitusi, terbentang ternyata popularitas dan elektabilitas Gibran justru makin melejit. Isu dinasti politik hanya menjadi angin lalu. Litbang Kompas menyebut pada Agustus 2023 popularitas Gibran nyaris tak terdengar, namun per Desember 2023 tingkat pengenalan masyarakat terhadap Gibran mencapai 85,1%.

Itu lebih tinggi daripada calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md. yang sebesar 72,2% dan calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dengan 55,3%. Sedangkan pada tingkat elektabilitas, Gibran memimpin di angka 37,3%. Disusul Mahfud di peringkat kedua sebesar 21,6% dan Cak Imin hanya 12,7%.

Melihat angka-angka ini, pantas jika Ketua DPC PDIP Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo pening. Alasannya jelas tidak sekadar karena sakit hati setelah ”kena sodok” Presiden Joko Widodo yang tak lain adalah mantan bosnya saat jadi Wali Kota Solo.

Lebih dari itu, Kota Solo adalah panggung gengsi bagi partai berlambang banteng hitam bermoncong putih itu. Sebagai Ketua DPC PDIP Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo punya beban memenangkan bukan hanya pasangan Ganjar-Mahfud.

Target terpenting tentu saja adalah menyumbang suara sebanyak mungkin demi kemenangan dua calon anggota DPR dari PDIP di daerah pemilihan Soloraya, yakni Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP Puan Maharani dan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jawa Tengah Aria Bima.

Kedua sosok ini bertarung di daerah pemilihan Jawa Tengah (dapil Jateng) V yang meliputi Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Solo. Puan pasti ketir-ketir dengan kiprah putri sulungnya, Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari atau Pinka Hapsari, yang bertarung di dapil Jateng IV yang meliputi Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen.

Pada Pemilu 2019 lalu Puan—putri sulung Megawati Soekarnoputri—berhasil meraup 404.034 suara dari dapil Jateng V alias menjadi calon anggota legislatif atau caleg dengan perolehan suara terbanyak pada Pemilu 2019, disusul Aria Bima dengan 123.529 suara.

Melihat peta struktur partai, bagi Rudy, kemenangan Puan dan Aria Bima adalah tiket bagi Andreas Rheo Yuliana Fernandez. Rudy ”tampak malu-malu” menyodorkan putra keduanya itu bertarung di Pemilu 2024 untuk merebut kursi di DPRD Kota Solo dari dapil Kota Solo V yang meliputi Kecamatan Jebres.

Seberapa besar peluang PDIP  memenangi peroleh suara di Kota Solo? Seharusnya berpeluang sangat besar! Ini berkaca pada hasil sapu bersih kemenangan dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2020 di Soloraya yang meliputi Kota Solo, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Boyolali.

Dari seluruh wilayah itu, hanya di Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten pasangan calon kepala daerah dari PDIP menghadapi perlawanan ketat dari lawan-lawan mereka. Toh, kemenangan tetap diraup para calon yang diusung PDIP.

Kemunculan Gibran yang ibarat kartu joker dalam permainan remi membuka ingatan saya pada kisah kekalahan PDIP dalam pertarungan pilkada Provinsi Bali pada 2023. Saat itu tujuh kabupaten dari sembilan kabupaten di Provinsi Bali dikuasai PDIP, tetapi partai ini justru gagal memenangi pemilihan gubernur.

Faktor lain yang perlu diperhitungkan adalah mayoritas pemilik suara di Soloraya adalah generasi milenial atau kelahiran 1981-1996. Kaum ibu dan bapak muda ini berjumlah sekitar 31% hingga 35% dari seluruh daftar pemilih sementara (DPS) dan memiliki tingkat literasi yang baik serta berkecederungan terhadap kepastian masa depan mereka.

Artinya secara langsung PDIP harus mampu meramu strategi kampanye dengan dukungan bukti yang sahih. Ini pertarungan memersuasi pemilih. Inilah yang berat mengingat Gibran sebagai Wali Kota Solo memiliki prestasi memuaskan.

Bagaimana dengan Ganjar? Saya berpandangan Ganjar masih gamang memosisikan diri karena bertahun-tahun sekadar mengekor Presiden Joko Widodo kemudian harus menjadi sosok calon presiden yang mandiri sekaligus harus vis a vis dengan Presiden Joko Widodo.

Ini belum lagi kebiasaan Presiden Joko Widodo yang meski memiliki track record sangat baik sebagai mantan Wali Kota Solo, dalam kapasitas sebagai presiden aktif kerap turun ke Jawa Tengah membayang-bayangi gerak Ganjar ketika berkampanye sehingga secara langsung memengaruhi aspek kognitif pemilih.

Dengan segala tantangannya, PDIP kini harus mampu merebut kemenangan di Soloraya. Kemenangan di kandang banteng ini adalah mutlak, terlebih tren statistik menunjukkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo-Gibran selalu diunggulkan. Ibarat sepak bola, pertandingan kandang (home) hukumnya wajib menang!

(Esai ini terbit du Harian Solopos edisi 4 Januari 2024. Penulis adalah doktor Ilmu Komunikasi dan pengajar di Program Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya