SOLOPOS.COM - Rohmah Jimi Solihah (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Eksistensi lagu dan musik pop—segala genre—di Indonesia dengan pembawaan yang ringan berkombinasi lirik serta makna yang dalam membuat lagu-lagu tersebut sangat mudah dihafal.

Seringnya lagu-lagu tersebut diputar dan disebarluaskan di media sosial membuat anak-anak juga sangat familier. Bisa dikatakan lagu-lagu tersebut lebih mudah diingat daripada pelajaran yang diajarkan di sekolah. Lagu maupun musik dapat memberikan dampak yang besar terhadap jiwa dan kepribadian seseorang, termasuk pada anak-anak.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Lagu yang dijadikan sebagai sarana pengungkapan emosi atau cara berkomunikasi ternyata dapat memberikan rangsangan yang besar bagi otak. Dampak baiknya adalah lagu-lagu yang kita dengar dapat menjadi sumber ketenangan pikiran hingga memberi energi pada tubuh.

Data Skala Survei Indonesia (SSI) menunjukkan musik dangdut adalah salah satu genre musik yang paling disukai masyarakat Indonesia pada 2022 dengan presentase penggemar sebesar 58,1%. Genre lagu lain seperti pop, RnB, dan hiphop juga disukai oleh masyarakat.

Fenomena penyanyi cilik yang viral membawakan lagu-lagu bergenre dangdut juga semakin membuat musik ini makin digandrungi, meskipun lagu-lagu yang dibawakan bukanlah lagu nasional atau lagu-lagu yang sesuai dengan usia anak-anak, melainkan lagu-lagu dengan lirik untuk orang dewasa.

Maraknya fenomena tersebut telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang siswa sekolah dasar. Siswa yang masih duduk di jenjang sekolah dasar belum memiliki kematangan dalam mengelola emosi.

Lirik-lirik lagu dewasa yang menyiratkan rasa galau, marah, sedih—terutama karena masalah percintaan dan pengalaman pahit dalam hidup—belum saatnya dikenal oleh siswa-siswa sekolah dasar. Di sisi lain, musikus memang memiliki kebebasan dalam mengekspresikan apa yang dirasakan dalam sebuah lagu.

Lirik yang unik dan menjurus pada sesuatu yang negatif justru menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Sayangnya, viralnya lagu-lagu tertentu menjadi magnet juga untuk para siswa sekolah dasar dan mereka ikut-ikutan mendendangkan lagu-lagu tersebut.

Apa saja dampak yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung pada diri siswa sekolah dasar yang sering mendengar lagu-lagu untuk orang dewasa? Terlalu sering mendengarkan lagu-lagu bernuansa dewasa tanpa pendampingan akan membuat seorang anak cenderung lebih cepat dewasa daripada perkembangan seharusnya.

Lagu-lagu untuk orang dewasa akan membuat anak menyimpulkan secara subjektif, padahal mereka belum memiliki pola pikir yang matang. Dalam kondisi demikian anak-anak akan merasakan simpati yang berlebihan hingga menyentuh ranah trauma karena terlalu dalam menghayati lagu-lagu bernuansa sedih dan menyayat hati.

Hal tersebut tentu sangat berseberangan dengan lagu-lagu anak yang seharusnya identik dengan rasa senang, riang, dan gembira yang dapat memberikan energi positif bagi yang mendengarkannya.

Peran Sekolah

Para guru semestinya tahu kebiasaan siswa-siswa di sekolah, termasuk seringnya mereka mendengarkan atau menyanyikan lagu-lagu yang belum seharusnya dinyanyikan atau didengarkan anak-anak. Realitas demikian harus segera disikapi dengan baik.

Disadari atau tidak, sekolah seharusnya berperan dalam memfilter lagu-lagu yang didengarkan para siswa—terutama di jenjang sekolah dasar—dan mengintensifkan pengenalan lagu-lagu untuk anak-anak yang seharusnya mereka dengarkan. Ada cara sederhana yang bisa dilakukan para guru.

Pertama, pembiasaan menyanyikan lagu-lagu nasional sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Banyak lagu nasional yang asing di telinga siswa-siswa. Dengan pembiasaan ini mau tidak mau anak akan-anak ikut menyanyi dan bahkan dengan sendirinya menghafal lirik-liriknya.

Kedua, pembiasaan menyanyikan lagu-lagu daerah setelah akhir pembelajaran. Lagu-lagu daerah adalah salah satu aset bangsa yang harus terus dilestarikan agar tidak tergerus zaman. Dengan pembiasaan ini siswa mengenal lebih dekat keragaman lagu-lagu daerah di seluruh Nusantara. Selain sebagai sarana untuk memfilter dan meminimalisasi dampak lagu-lagu dewasa, cara ini juga dapat meningkatkan rasa nasionalisme dalam diri siswa.

Ketiga, memutar lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah pada waktu-waktu tertentu, misalnya sebelum bel masuk kelas dan pada saat istirahat. Semakin sering anak-anak mendengarkan lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah, mereka lagu-lagu itu akan semakin familier di telinga anak-anak.

Lagu-lagu yang diputar tersebut tidak akan mengganggu siswa karena di luar pelajaran. Keempat, menggelar lomba menyanyikan lagu daerah dan nasional yang dilakukan secara beregu maupun personal. Dengan lomba siswa-siswa dipaksa untuk mencari tahu lalu menghafalkan lagu-lagu tersebut.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi Rabu 4 Januari 2023. Penulis adalah guru SDN 2 Tasikhargo, Kabupaten Wonogiri, dan penulis buku)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya