SOLOPOS.COM - Heri Sulistianto (Istimewa)

Solopos.com, SOLO –Wis  wayahe prei sesasi…. Horeee….” Itulah kalimat yang jamak diucapkan siswa era 1990-an ketika waktu libur sekolah tiba. Sampai kini rasanya libur sekolah tetap menjadi momentum yang sangat ditunggu siswa di semua tingkatan sekolah.

Libur sekolah identik dengan hal yang menyenangkan. Mereka merasa akan terbebas untuk sementara dari segala rutinitas tugas-tugas sekolah dan “beban” pembelajaran. Libur sekolah merupakan situasi yang dapat memberikan penyegaran jasmani maupun rohani siswa sehingga memberikan semangat dan energi baru pada saat memulai proses pembelajaran pada tahun pelajaran berikutnya.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Libur sekolah tidak selalu identik dengan aktifvitas perjalanan jauh yang menghabiskan biaya jutaan rupiah. Libur sekolah dapat diisi dengan nilai-nilai pendidikan dan pembelajaran di lingkungan rumah tempat tinggal. Nilai-nilai pembelajaran yang tidak didapatkan di sekolah dapat diperoleh melalui kegiatan libur sekolah.

Seiring berkembangnya proses pendidikan libur sekolah hendaknya bukan hanya liburan bebas yang tiada memiliki tujuan pembelajaran. Sedapat mungkin dimanfaatkan siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam arti luas.

Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nomor 56/M/2022 tentang Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menyediakan kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan.

Agar kegiatan libur sekolah lebih bermakna, siswa dapat diarahkan berlibur sambil melakukan aktivitas yang erat kaitannya dengan target pencapaian projek penguatan profil pelajar Pancasila. Guru dapat memberikan rambu-rambu kegiatan libur sekolah yang disesuaikan dengan tujuan penguatan profil pelajar Pancasila.

Pertama, dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia adalah dimensi paling penting dan mendasar yang harus dimiliki siswa. Dalam masa libur sekolah siswa dapat diarahkan mengikuti kegiatan keagamaan sesuai dengan agama yang dipeluk.

Kedua, dimensi berkebinekaan global. Pada saat libur sekolah apabila peserta didik melakukan perjalanan wisata ke berbagai daerah di seluruh Indonesia dapat diberi tugas memberikan pendapat melalui tulisan tentang perbedaan-perbedaan bahasa, budaya, dan adat-istiadat di setiap daerah atau suku yang dikunjungi.

Ketiga, dimensi bergotong royong. Dimensi ini cukup mudah diterapkan pada masa libur sekolah. Siswa dibekali arahan untuk membaur dengan masyarakat sekitar dalam kegiatan di lingkungan rukun tetangga maupun kegiatan kemasyarakatan yang lebih luas. Mereka didorong aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan tersebut.

Keempat, dimensi mandiri. Maksud mandiri dalam profil pelajar Pancasila adalah pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Untuk menguatkan dimensi ini siswa diberi  penekanan agar selama libur sekolah melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan mandiri dan tidak selalu dibantu orang lain, sekaligus mengerjakan pekerjaan harian dengan penuh tanggung jawab.

Dukungan Keluarga

Siswa membuat catatan dan komentar dari aktivitas yang selama libur sekolah mereka laksanakan secara mandiri dan bertanggung jawab. Dengan membiasakan pola hidup yang mandiri diharapkan pada saat pembelajaran di sekolah mereka memiliki sikap yang tangguh dalam menghadapi kesulitan belajar.

Kelima, dimensi bernalar kritis. Bernalar kritis meliputi pemikiran kritis dan cara membedakan sesuatu yang akurat kebenarannya dengan sesuatu yang merupakan hasil rekayasa melalui kemampuan berpikir dalam menilai dan memahami sesuatu. Dalam proses bernalar kritis siswa diharapkan menilai suatu informasi berdasarkan pengumpulan data yang akurat sehingga terhindar dari informasi yang diduga mengandung kebohongan.

Penerapan dimensi bernalar kritis dalam libur sekolah dapat dilakukan dengan meningkatkan minat membaca, lewat media cetak maupun bacaan digital. Dari proses membaca akan muncul informasi baru yang diterima. Dengan kemampuan bernalar kritis, informasi yang diterima tidak secara langsung diterima mentah-mentah, tetapi disaring terlebih dahulu.

Setelah menyaring informasi ini mereka melakukan penelitian sederhana dan mencari data autentik tentang yang sudah mereka baca. Pada akhirnya mereka akan memutuskan sesuatu dengan tepat dan keputusan tersebut memberikan manfaat. Bernalar kritis penting untuk siswa agar mereka memiliki pemikiran yang rasional, mandiri dalam berpikir, dan menjadi pribadi yang berpikiran terbuka serta yakin dalam mengambil keputusan.

Keenam, dimensi kreatif. Pada saat libur sekolah karakter kreatif cukup mudah untuk diterapkan, karena saat libur sekolah tersedia waktu longgar yang relatif lama. Kreativitas dapat diwujudkan dengan membangun jiwa kewirausahaan melalui kegiatan jual beli atau menyediakan jasa dalam bentuk unik yang dapat menghasilkan keuntungan. Kreativitas juga dapat diwujudkan dengan membuat rintisan produk kreatif yang bermanfaat dan bernilai ekonomis serta menghasilkan keuntungan.

Untuk memperoleh manfaat baik dan maksimal dari libur sekolah, sangat penting peranan keluarga, khususnya orang tua, mendampingi peserta didik mengisi libur sekolah. Ki Hadjar Dewantara (1957:36) mengatakan keluarga mendapatkan tempat yang istimewa karena keluarga adalah lingkungan yang kecil, tetapi keluarga merupakan tempat yang suci dan murni dalam dasar-dasar sosial, oleh karena itu keluarga merupakan satu pusat pendidikan yang mulia.

Sebaik apa pun program dari sekolah untuk peserta didik dalam mengisi libur sekolah, niscaya tidak akan berhasil apabila keluarga tidak memberikan dukungan. Oleh karena itu, sekolah harus bersinergi dengan orang tua peserta didik untuk membimbing dan memantau kegiatan mereka dalam memanfaatkan libur sekolah.

Libur sekolah yang dikelola dengan baik akan mendukung proses pembelajaran di sekolah sehingga setelah selesai libur sekolah siswa, orang tua, dan sekolah diharapkan mendapatkan manfaat yang menyeluruh. Libur sekolah yang bermutu adalah libur sekolah yang tidak libur belajar, dalam rangka peningkatan kualitas diri.

Bimbingan guru dan orang tua selama libur sekolah akan mendukung siswa terus meningkatkan karakter-karakter yang baik sehingga menghasilkan generasi penerus yang menerapkan dan mengembangkan profil pelajar Pancasila agar pada masa mendatang mereka menjadi generasi yang kompeten dan amanah.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 24 Mei 2023. Penulis adalah guru di SMKN 2 Wonogiri, Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya