SOLOPOS.COM - Para pimpinan PLN bersama Wakil Bup Sragen menghidupkan jaringan listrik masuk sawah di persawahan Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Selasa (30/4/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mendorong listrik masuk ke area persawahan. Upaya ini untuk memasok energi demi modernisasi dan mekanisasi pertanian.

Berdasarkan berbagai pengalaman praktik dalam menggunakan energi untuk proses budi daya di sawah, petani merasakan lebih hemat menggunakan energi listrik dibandingkan bahan bakar minyak, gas, sedangkan energi solar cell belum begitu meluas di kalangan petani.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Listrik masuk sawah menjadi salah satu program mempercepat mekanisasi pertanian. Listrik terbukti menjadi sumber energi yang lebih murah dan mudah didapat.  Program Gerakan Listrik Masuk Sawah kemudian dikembangkan di banyak daerah, termasuk di Kabupaten Sragen.

Program listrik masuk sawah di berbagai wilayah itu mendukung penggunaan ribuan unit sumur submersible dari swadaya petani dan bantuan untuk mengairi lahan kering, lahan tadah hujan, sehingga bisa bertanam padi tiga kali dalam setahun.

Setiap unit sumur submersible bisa melayani pengairan untuk dua hektare hingga 30 hektare sawah dengan biaya pembuatan Rp8 juta hingga Rp150 juta, tergantung jenis dan ukuran pipa serta mesin pompa, kedalaman sumur, dan lainnya.

Listrik masuk sawah jangan sampai disalahgunakan dalam bentuk membuat jebakan tikus. Menggunakan listrik tentu bukan bagian dari gerakan listrik masuk sawah. Hal ini justru harus dihindari karena terbukti mencelakakan banyak orang hingga meninggal dunia.

Keberhasilan program listrik masuk sawah ini harus tetap memperhatikan aspek keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Jebakan tikus menggunakan listrik jelas lebih banyak aspek negatifnya daripada positifnya.

Perhatian lain harus dicurahkan pada aspek sumber daya air. Pembuatan sumur submersible yang makin masif—karena dukungan program listrik masuk sawah—harus diimbangi dengan pemetaan kawasan tangkapan air dan kelestarian kawasan hulu.

Ini penting agar pembuatan sumur submersible yang makin masif tidak malah merusak sumber daya air yang berujung gangguan atas keseimbangan lingkungan. Penggunaan listrik di sawah kemungkinan akan memunculkan inovasi baru lainnya yang bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian.

Aspek keseimbangan dan kelestarian lingkungan harus mendapat perhatian serius. Intervensi teknologi pasti memunculkan dampak positif dan negatif. Mitigasi dampak negatif ini yang harus diperhatikan serius.

Perubahan pola penggunaan tanah dan konflik sumber daya air bisa menjadi dampak negatif dari penerapan program ini. Partisipasi dan pelibatan berbagai pihak, terutama komunitas lokal,  menjadi langkah mitigasi dampak negatif.

Mengajak komunitas lokal seperti kelompok petani dalam proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi program harus terus dilakukan.

Perlu kolaborasi para pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, PLN, dan organisasi petani serta masyarakat luas untuk mengawal program ini sehingga tidak malah merusak lingkungan. Konservasi sumber daya air dan keseimbangan lingkungan harus menjadi prioritas perhatian.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya