SOLOPOS.COM - Rini Yustiningsih (Istimewa/Dokumen pribadi)

Delapan kali permintaan maaf terlontar dari Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Solo, saat berbicara kurang lebih 13 menit ketika Refleksi 3 Tahun Pemerintahan Gibran – Teguh di Pendapi Gede, Balaikota Solo, Rabu (28/3/2024) sore itu. Permintaan maaf itu disampaikan di hadapan 400-an tamu undangan dari kalangan pemangku kepentingan di Kota Solo seperti pejabat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), pelaku usaha di bidang pariwisata, hotel, resto, pelaku UMKM, industri, lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK), komunitas, Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin) Solo, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Solo, organisasi kemahasiswaan. Tak luput pula puluhan pelajar yang datang sejak siang dan bertahan hingga sore untuk mengikuti ajang sambungrasa yang dihadri Mas Wali dan Wawali.

Mas Wali, sapaan akrab Gibran, memanfaatkan momentum itu untuk menjelaskan capaian tiga tahun bersama Wakil Wali (Wawali) Solo, Teguh Prakoso menjalankan roda pemerintahan. Delapan permintaan maaf dilontarkan Mas Wali untuk menanggapi berbagai pertanyaan audiens yang hadir. Sebagian besar mereka mengapresiasi kinerja Gibran-Teguh selama memimpin Solo, di sisi lain mereka juga mencatat pekerjaan rumah (PR) Solo di masa-masa datang.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Maaf pertama diungkapkan Gibran terkait Masjid Sriwedari yang mangkrak. Status tanah Sriwedari yang masih sengketa, membuat pembangunan masjid harus terhenti. Padahal tinggal 20% lagi masjid kelar. Sebenarnya sudah ada beberapa dana-dana corporate social responsibility (CSR) yang berniat parkir di masjid itu, sayangnya lagi-lagi status tanah belum clear and clean. “Saya dan Pak Teguh sudah menyelesaikan [masalah] hukumnya. Tinggal panitia masjid diaktifkan kembali menerima [dana] CSR itu. Mohon maaf kemarin Sriwedari tidak masuk prioritas karena terkendala hukum,” ujar Mas Wali.

Maaf kedua disampaikan Mas Wali soal titik kemacetan baru di kawasan Masjid Sheikh Zayed Gilingan Solo. Sejak dibuka untuk umum pada 28 Februari 2023 lalu, kepadatan lalu lintas di Gilingan melonjak tajam. Hari-hari macet sering terjadi di kawasan itu, apalagi jika akhir pekan dan masa liburan. Macet yang membawa berkah. Hotel, restoran, transportasi turut terdampak dengan kunjungan ke Masjid Zayed. Kini masjid di lahan seluas 26.581 meter persegi itu menjadi destinasi favorit wisatawan.

Maaf ketiga disampaikan Mas Wali karena beberapa program belum selesai, seperti Sriwedari dan Benteng Vastenburg. Vastenburg kini disita Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat pada 26 Juli 2023 terkait kasus tindak pidana korupsi atas pengelolaan keuangan dan dana investasi oleh PT Asuransi Jiwasraya dengan terpidana Benny Tjokrosaputra (Bentjok). Salah satu aset Bentjok di Solo yakni bangunan Benteng Vastenburg. Privatisasi benteng yang punya nama asli Fort De Grootmoedigheid  ini dilakukan sejak 1986. Pemkot Solo telah mengirimkan surat ke Kementerian Hukum dan HAM untuk bisa memanfaatkan bangunan benteng seluas 17.600 meter persegi.

Maaf keempat dan kelima terkait beberapa wilayah yang tergenang banjir. Seperti di kawasan Joglo khususnya di belakang Universitas Slamet Riyadi (Unisri). Genangan saat hujan deras ini muncul sebagai imbas dari proyek rel layang Joglo.  Permintaan maaf keenam karena telah membuat warga Solo berkorban selama dua hingga tiga tahun ini merasakan macet dan ketidaknyamanan lainnya.

Permintaan maaf ketujuh yakni terkait pendapatan asli daerah (PAD) Kota Solo 2023 yang tidak mencapai target, yakni terealiasi Rp632 miliar dari target Rp782 miliar.  Jika dibandingkan dengan capaian 2022, realisasi di 2022 lebih tinggi yakni Rp647 miliar dengan target Rp740 miliar. Hinga kini kontribusi PAD Solo hanya mengandalkan pajak dan retribusi. Jurus jitu Gibran untuk mencari sumber-sumber pendanaan Pembangunan yakni mencari dana-dana hibah dari luar negeri seperti Abu Dhabi, dana CSR, investor serta memanfaatkan tanah-tanah hak pakai (HP) Pemkot untuk kegiatan produktif.

Pernohonan maaf terakhir Mas Wali yakni terkait ngebutnya penuntasan 17 program prioritas pembangunan Kota Solo yang harus diselesaikan dalam rentang tiga tahun. Kepemimpinan Gibran-Teguh (2021-2024) tidak genap lima tahun, karena adanya pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada September 2024 ini.

Forum Refleksi 3 Tahun Gibran-Teguh itu pada akhirnya seperti ajang pamitan buat keduanya. Berkali-kali Gibran-Teguh mengucapkan terima kasih kepada warga Solo yang mau bersama-sama membangun Solo.

Totok, Ketua LPMK Purwosari mengutarakan apa yang dirasakannya. “Kami sebagai warga Solo sedih karena Mas Wali ini akan meninggalkan Solo, tapi juga bahagia selamat menjadi RI 2 versi quick count [hitung cepat]. Harapannya jangan tinggalkan Solo, sering-sering ke Solo. Agar Solo lebih hebat lagi,” pintanya disambut tepuk tangan audiens yang hadir.

Refleksi 3 Tahun Gibran-Teguh juga meninggalkan catatan yang menjadi PR Solo ke depan. Bagaimana memelihara 17 proyek prioritas pembangunan yang sudah ada? Bagaimana tetap menjaga pertumbuhan ekonomi tetap on the track selama tiga tahun ini di angka 5,5% hingga 5,9% di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Bagaimana memperkuat infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM)? Bagaimana memperpendek disparitas kesenjangan kawasan kota (Solo) dengan daerah sekitar? Bagaimana mengadopsi teknologi (digitalisasi) untuk percepatan pembangunan? Bagaimana memperluas kantong-kantong kreativitas untuk mengembangkan ekonomi kreatif? Bagaimana menekan angka kemiskinan dan pengangguran?

“Enggak perlu sedih. Saya masih di sini [Solo] sampai Pilkada. Saya pasti akan sering-sering nengok Solo. Solo tidak akan kekurangan orang pintar,” tutup Mas Wali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya