SOLOPOS.COM - Siswa SDN Randu, Jelok, Cepogo, Boyolali saat menghabiskan liburan dengan bermain wayang dan menari tradisional di halaman sekolah, Kamis (29/12/2022). (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Kelompok Kerja Penguatan Literasi Sekolah Kementerian Kesehatan mengingatkan urgensi para guru membagikan literasi tentang 22 topik kesehatan kepada anak-anak usia sekolah.

Ini terkait dengan Survei Kesehatan Indonesia 2023 yang menunjukkan anak-anak di Indonesia kurang gerak dan suka makanan dan minuman manis.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Data itu dikemukakan dalam lokakarya secara daring bertema Penguatan Pendidikan Kesehatan di Satuan Pendidikan Serta Pemanfaatan Perangkat Ajar Kesehatan yang diselenggarakan di Jakarta pada Sabtu (8/6/2024).

Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan 58% anak berusia 10 tahun hingga 14 tahun kekurangan aktivitas fisik dan mereka suka mengonsumsi makanan dan minuman manis atau gula.

Kondisi ini berimbas pada prevalensi diabetes rata-rata warga Indonesia yang meningkat pada 2023. Literasi topik-topik kesehatan menjadi penting untuk menyadarkan anak, orang tua siswa, wali siswa, dan kalangan guru tentang kebutuhan dasar anak untuk menjaga kesehatan mereka.

Anak-anak jelas membutuhkan intervensi orang dewasa—orang tua, wali, guru—agar dapat menjaga kesehatan mereka sehingga tumbuh menjadi manusia dewasa yang sehat.

Kekurangan gerak fisik pada anak-anak tentu sangat berbahaya bagi tumbuh kembang jiwa dan fisik mereka. Kebutuhan dasar anak-anak salah satunya adalah bermain.

Dalam bermain anak-anak bisa bergerak secara optimal, memberdayakan fisik dan energi, sehingga fisik mereka tumbuh dengan sempurna. Dalam bermain mereka juga mengembangkan aspek psikis, yaitu bekerja sama, berkompetisi, menghargai perbedaan, rekonsiliasi, dan sebagainya.

Guru, orang tua, atau wali murid harus bersinergi terus-menerus mengidentifikasi penyebab 58% anak-anak di Indonesia kekurangan gerak. Pengelola sekolah wajib menyediakan arena bermain bagi anak-anak.

Mayoritas waktu anak kini habis di sekolahan. Ini meniscayakan sekolah menyediakan ruang dan waktu yang cukup bagi anak-anak untuk bergerak, bermain bersama kawan-kawan sebaya.

Kalau salah satu penyebab anak-anak kekurangan gerak fisik adalah mereka terlalu asyik dengan gadget yang terhubung Internet, sudah saatnya orang tua, wali, pengasuh, dan guru bersinergi membatasi akses anak pada gadget.

Banyak sekolah yang berhasil membatasi akses anak ke gadget. Kiat mereka bisa ditiru dan direplikasi di sekolahan-sekolahan lain. Tentu dukungan orang tua, wali, atau pengasuh sangat penting agar keberhasilan membatasi akses ke gadget di kalangan anak-anak berlanjut saat di rumah.

Cita-cita mewujudkan Indonesia Emas 2045 terancam tak terwujud kala realitas 58% anak Indonesia yang kekurangan gerak fisik itu tak dianggap sebagai persoalan serius kemudian dicarikan solusinya.

Anak-anak berusia 10 tahun hingga 14 tahun yang kini kekurangan gerak fisik, suka makanan dan minuman manis, itu bisa jadi pada 2045 justru menjadi beban bangsa karena menjadi generasi yang penyakitan. Ini masalah serius yang harus dicegah sejak kini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya