SOLOPOS.COM - Abdullah Faishol (FOTO/Ist)

Abdullah Faishol (FOTO/Ist)

Dosen IAIN Surakarta sedang mengikuti                                                                                          Peacebuilding Training di Mindanao Pilipina.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Sekalipun tutur katanya tidak mudah dipahami oleh mitra tutur, namun tidak menghalangi untuk melakukan transformasi sosial. Transformasi sosial dimulai dari diri sendiri dan keteladanan menjadi kunci utama.

 

K.H. Muslim Rifa’i Imampura (Pengasuh Pesantren Al-Muttaqien Pacasila Sakti) yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Liem adalah figur sentral di pesantren tersebut serta di mata masyarakat Sumberejo-Klaten dan sekitarnya. Dalam hal berkomunikasi secara verbal, organ wicara beliau kurang mampu mengeluarkan perkataan yang mudah didengar oleh pihak lawan bicara (mitra tutur). Jika melakukan orasi di depan publik dalam melakukan aktivitas dakwah billisan-nya selalu didampingi penerjemah, yang bertugas menjelaskan apa yang dikatakan oleh beliau. Tidak seperti umumnya para dai, kiai, politisi, dan lain-lain mampu melakukan mobilisasi dan mempengaruhi massa dengan menggunakan kemasan bahasa yang indah, menarik, dan retorik.

Sekalipun demikian, namun kenyataannya beliau telah mampu melakukan transformasi sosial di daerah Sumberejo dan sekitarnya yang semula menyandang predikat ”daerah merah” kini telah berubah menjadi daerah hijau (santri). Secara teologis, kepercayaan masyarakatnya pada awal mula beliau berhijrah di desa ini masih banyak kepercayaan-kepercayaan mistis dan belum mengenal Islam dengan baik. Kondisinya ketika itu, suka minum-minuman keras dan berjudi. Pos ronda setiap malam dipakai sebagai tempat perjudian (main kartu). Bagi kalangan muslim yang taat dan sadar akan pentingnya masa depan anaknya, mereka menyuruh anaknya mengaji (belajar agama Islam) di desa lain seperti Ceper (ke arah timur desa) dan Tegal Arum (sebelah Selatan) dari Desa Sumberejo.

Perubahan yang demikian cepat, sehingga pesantren ini menjadi rujukan orang-orang Islam di Klaten terutama kalangan warga NU. Ini berarti telah terjadi perubahan persepsi dan image masyarakat muslim di Klaten dan sekitarnya yang semula tertuju pada popularitas basis-basis Islam yang telah mapan sebelumnya. Mbah Liem lebih dikenal sebagai sosok yang low profil dan lebih suka berperan di balik layar dalam segala hal, seperti menampilkan orang di depan publik atau memberikan kepercayaan kepada orang lain untuk melakukan amar makruf nahi munkar, beliau berperan memberikan dorongan dan motivasi seperti layaknya seorang dalang.

Pondok Pesantren Al-Muttaqien yang didirikannya bersama masyarakat mengalami perkembangan yang sangat unik, seperti terbangunnya relasi pesantren dengan masyarakat yang sangat familier. Hal ini dapat dipahami bahwa visi Mbah Lim yang dikembangkan dalam membangun pesantren tidak terbatas pada sebuah lembaga yang dibatasi oleh bangunan fisik dalam bentuk gedung pesantren, tetapi lebih mengupayakan pola ke-wilayahan agar suatu desa bisa mengubah diri menjadi kawasan santri. Hal ini tampak dengan adanya penempatan rumah-rumah para putra-putri beliau yang berada di lokasi yang menyebar dan berbaur dengan masyarakat dalam radius yang tidak terlalu jauh antara satu dengan lainnya. rendah bila ditanya tentang konsep pengembangan pesantren saat itu, hingga menjadi bentuk yang sekarang kita lihat, dia mengatakan dengan singkat: Ini semua hanya qodrat ’kuasa’ dan iradat ’kehendak’ Allah, karena semuanya bi yadihi ’atas kuasa-Nya’. Manusia hanya sebagai wayang, sedang yang mengendalikan adalah dalang, ungkapnya.

Dusun Sumberejo-Troso semula bernama Krambakan Tegal Bedrek, kemudian berubah namanya menjadi Sumberejo Wangi yaitu sumber kemakmuran dan banyak orang nilai universalitasnya. Perubahan nama ini dilakukan untuk memperbaiki aspek mentalitas dan religiositas, cara berpikir dan berperilaku sampai kepada tatanan kehidupan ekonomi masyarakat. Harapannya adalah agar daerah ini menjadi maju dan memiliki pengaruh yang kuat di daerah lain.

Sumberejo Pengabdian Terakhir

Mbah Liem yang berasal dari Desa Pengging Boyolali, dia yang suka melakukan pengembaraan akhirnya menetapkan dan tinggal di Desa Sumberejo. Mula-mula beliau tinggal di rumah Kiai Kholil (Tegalrejo, orangtua Marwan Kholil) untuk beberapa waktu. Rumah yang berdekatan dengan mesjid selalu dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan pengajian. Namun, dia tidak betah tinggal di sini. Alasannya adalah tempat ini pada saat itu dipergunakan untuk aktivitas gerakan Darul Hadis (DH) yang lebih berorientasi politis, sehingga beliau tidak kerasan yang akhirnya pindah ke Sumberejo. Alasan lain mengatakan, bahwa beliau ketika berada di sana selalu sakit-sakitan yang membuatnya dijauhi kawan-kawannya. Bahkan sering diejek karena penyakit kulit yang dideritanya. Seorang kawan yang setia kepadanya Muji Hamdani mengajak untuk tinggal di rumahnya Dusun Sumberejo, tempat pesantren sekarang ini.

Di Sumberejo, awalnya Mbah Lim tinggal di atas sepetak tanah hasil pemberian Iman Dikromo. Mbah Lim memang menganggap Iman Dikromo sebagai orangtuanya sendiri. Bahkan Mbah Iman menganggapnya sebagai anaknya yang ke-9 dari delapan bersaudara. Di rumah ini Mbah Lim, biasa tidur bersama anak-anaknya. Agaknya, setelah di Sumberejo itu, agaknya Mbah Lim mulai istiqamah tinggal dan menetap di desa ini.

Mbah Liem juga pernah tingga di rumah Lurah Desa Troso Klaten, H.Maisuri, yang hingga kini dia akui sebagai kakaknya sendiri sehingga putra-putrinya hingga sekarang memanggilnya dengan sebutan Pak Dhe (paman). Entah dari mana akhirnya beliau dipertemukan dengan kawan seangkatannya ketika di Pondok Pesantren Nirbitan Solo yang diasuh oleh Kiai Siradj. Kiai Najib Herucokro ini yang kemudian menjadi patner di dalam dakwah.

Sekalipun sudah menetapkan tinggal di Desa Sumberejo, namun kebiasaan mengembara terus dia lakukan. Naik sepeda keliling kota Solo mulai pagi hingga malam sering dia lakukan. Bahkan kebiasaannya itu hingga kini masih sering dilakukan. Naik sepeda unta, mengenakan sarung dan bersepatu dia lakukan setiap pagi dan sore mengelilingi desa yang berdekatan dengan tempat tinggal untuk menyapa setiap orang yang ditemui. Mbah Lim memiliki kesenangan jalan-jalan dan tidak mau menetap lama. Di Madura, di Jakarta, di Sukabumi, dan lain-lainnya tidak membuat dia kerasan, maka kemudian dia memilih tempat di bawah pohon Gayam. Waktu itu Mbah Lim bertempat di bawah pohon Gayam, seperti Yuyu yang memiliki liang di bawah pohon, kelihatannya kecil, namun di dalamnya ternyata lebar.

Lima Prinsip

Mbah Lim, selalu berpesan kepada setiap orang yang diberi wewenang untuk mengelola masjid atau lembaga di luar pesantren. Di antaranya adalah (1) Ikhlas bekerja, sebagai kata kunci, (2) mendahulukan kerja dan sedikit bicara, (3) jangan pamer, tapi bungkus rapat-rapat perbuatan baik, (4) kebaikan orang lain sebagai tempat berkaca (refleksi) untuk memperbaiki diri, (5) mendahulukan kepentingan orang lain.

Pengalaman seseorang merupakan proses pembelajaran yang dapat dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses perubahan sosial. Maka refleksi ke aksi dan dorongan nilai-nilai spiritualitas merupakan kekuatan tersendiri.

Falsafah hidup Mbah Lim di dalam upaya transformasi sosial tidak terlepas dari interkoneksitas antara nilai-nilai dasar Islam yang diyakini dengan falsafah Jawa. Ini cukup kental di dalam gerakan sosialnya. Pada satu sisi dia selalu menyerahkan diri (pasrah secara totalitas kepada Allah) dengan bersandar pada qodrat ’kuasa’ dan iradat ’kehendak’ Allah, karena semuanya bi yadihi ’atas kuasa-Nya’. Manusia hanya sebagai wayang, sedang yang mengendalikan adalah dalang, ungkapnya.

Transformasi sosial dimaknai sebagai transformasi diri menuju ke perubahan sosial yang lebih kompleks. Maka dia membedakan dua konsep antara pengembangan pesantren dan berdakwah (mengajak orang kepada kebenaran). Jika mengajak berarti orientasi kepada diri lebih didahulukan dan menjadi skala prioritas. Sedangkan membangun yang bersifat fisik seperti pesantren harus didahulukan pihak lain, seperti membangun basis-basis di luar pesantren. Selamat jalan Mbah Lim.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya