SOLOPOS.COM - Lilis Anisah (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Berapa  jumlah petani di Indonesia? Bagaimana persebaran dan karakteristik pertanian Indonesia sampai level terkecil? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dari hasil sensus pertanian tahun 2013, jumlah petani Indonesia 31,70 juta orang.

Porsi terbesar di subsektor tanaman pangan, sebanyak 20,40 juta orang, dan paling sedikit di subsektor perikanan kegiatan penangkapan ikan, sebanyak 0,93 juta orang. Sepuluh tahun yang lalu terdapat 26,14 juta rumah tangga usaha pertanian dan 4.209 perusahaan pertanian berbadan hukum.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Kini tentu usaha pertanian dalam wujud rumah tangga makin surut, namun usaha pertanian dalam bentuk perusahaan yang berbadan hukum makin meningkat yang ditunjukkan hasil pendataan pada 2013, bahwa rumah tangga usaha pertanian turun sebesar 16,32%, namun perusahaan pertanian berbadan hukum meningkat 4,96%.

Dalam dua periode sensus 2003 dan 2013, Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat menjadi tiga provinsi dominan dari total rumah tangga usaha pertanian Indonesia. Kondisi ini sejalan dengan jumlah penduduk. Ttiga provinsi tersebut adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak secara nasional.

Sensus pertanian pada 2013 mencatat sebesar 55,33% dari total rumah tangga pertanian pengguna lahan atau sebanyak 14,25 juta rumah tangga adalah rumah tangga petani gurem. Jumlah tersebut turun 25,07% dibandingkan tahun 2003. Petani gurem adalah kelompok rumah tangga pengguna lahan dengan penguasaan kurang dari 0,5 hektare.

Dalam jumpa pers hasil sensus pertanian pada 2013, Badan Pusat Statistik menjelaskan penurunan jumlah tersebut diduga karena petani gurem meninggalkan usaha pertanian guna mencari penghidupan di sektor lain. Penurunan jumlah petani gurem bisa jadi karena lahan dijual atau disewakan.

Dalam dua periode sensus 2003 dan 2013, komposisi petani gurem masih belum banyak berubah. Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah petani gurem terbanyak, yaitu 25,74%  (sensus pertanian 2003: 4,89 juta) dan 26,36% (sensus pertanian 2013: 3,76 juta).

Posisi kedua ditempati Provinsi Jawa Tengah sebesar 24,35% (sensus pertanian 2003: 4,63 juta) dan 23,25% (sensus pertanian 2013: 3,31 juta). Jawa Barat menempati posisi ketiga, yaitu sebesar 18,42% (sensus pertanian 2003: 3,50 juta) dan 16,13% (sensus pertanian 2013: 2,30 juta).

Kondisi tersebut menunjukkan dalam dua periode sensus pertanian itu lebih dari separuh petani gurem berada di tiga provinsi besar tersebut. Pertanian menjadi tiga besar sektor dominan penopang perekonomian yang patut diperhitungkan  di tiga provinsi itu.

Gambaran serupa seharusnya kita peroleh dari hasil sensus pertanian 2023. Pertanian menjadi sektor tumpuan hidup penduduk Indonesia mengingat sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian.

Meski menyerap paling banyak tenaga kerja, kontribusi sektor pertanian dalam ekonomi nasional yang tercermin dalam produk domestik bruto (PDB) kalah jauh jika dibandingkan dengan sektor industri pengolahan dan perdagangan.

Menjawab Isu Strategis

Artinya nilai tambah dari sektor ini tidak sebesar sektor industri pengolahan dan perdagangan. Pertanian menjadi sektor strategis yang memastikan penyediaan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia.

Sektor pertanian memiliki ketahanan luar biasa. Ketika dilanda pandemi Covid-19 yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi, sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif.

Semua kondisi tersebut menunjukkan pentingnya sektor pertanian dalam menopang perekonomian bangsa. Sektor pertanian selayaknya memiliki basis data yang lengkap dan akurat. Data pertanian yang presisi dan berkelanjutan sangat penting menjadi landasan perumusan kebijakan di bidang pertanian.

Ketersediaan data inilah yang berupaya dihadirkan dengan pelaksanaan sensus pertanian secara berkala setiap 10 tahun sekali. Sensus pertanian adalah kegiatan untuk memotret kondisi pertanian di Indonesia dan menangkap perubahan yang terjadi di sektor pertanian.

Sensus pertanian yang saat ini tengah berlangsung menjadi sensus pertanian yang ke tujuh sejak kali pertama dilaksanakan pada 1963. Sensuis pertanian 2023 bertujuan  menyediakan data struktur pertanian, terutama unit-unit administrasi terkecil, menyediakan data yang dapat digunakan sebagai tolok ukur statistik pertanian saat ini, serta menyediakan kerangka sampel untuk survei pertanian selanjutnya.

Dalam kurun waktu dua bulan, 1 Juni 2023 hingga 31 Juli 2023, terdapat banyak data strategis yang akan dihasilkan dari sensus pertanian, yaitu data pokok pertanian nasional dilengkapi data yang dapat menjawab isu strategis terkini di sektor pertanian.

Sektor srategis itu seperti urban farming, perhutanan sosial, petani milenial, petani gurem, indikator SDGs pertanian, small scale food producer (petani skala kecil) sesuai standar FAO, dan geospasial statistik pertanian.

Data tersebut diperoleh dari seluruh responden sensus pertanian 2023, yaitu usaha pertanian di rumah tangga, usaha pertanian berupa perusahaan, dan usaha pertanian lainnya. Mengacu World Programme for the Census of Agriculture (WCA) yang dikawal oleh Food and Agriculture Organization (FAO), sensus pertanian 2023 dirancang berstandar internasional.

Standardisasi internasional ini upaya agar negara kita bisa menyediakan data pertanian yang lengkap dan dapat dibandingkan antarnegara. Sensus pertanian 2023 sesungguhnya menghadapi tantangan dalam pelaksanaannya.

Medan pendataan yang tidak semuanya mudah dijangkau oleh moda transportasi serta sikap responden dalam menerima petugas merupakan contoh tantangan yang akan dihadapi oleh pejuang data sensus pertanian 2023.

Beberapa tantangan tersebut diantisipasi oleh BPS. Perekrutan petugas yang berasal dari wilayah setempat menjadi salah satu solusi menghadapi tantangan geografis dan penerimaan responden. Responden tentu lebih menerima dengan tangan terbuka jika petugas yang datang adalah warga setempat yang mereka kenal.

Petugas sensus pertanian 2023 mengenakan atribut sehingga mudah dikenali, yaitu topi, identitas resmi berupa badge, surat tugas dan kuesioner untuk memastikan responden terutama dari kalanngan pengusaha, bahwa petugas adalah petugas resmi.

Mereka juga dibekali pelatihan pendataan yang mencakup ilmu teknik komunikasi dengan responden, alur pendataan dan tata cara berwawancara dengan menciptakan suasana yang nyaman, serta pemahaman tentang isian kuesioner sehingga mereka siap saat melakukan pendataan.



Keberhasilan sensus pertanian 2023 adalah tanggung jawab kita semua. Pelaksanaan sensus pertanian 2023 adalah milik bangsa, milik kita bersama. Partisipasi aktif kita semua menjadi kunci keberhasilan membangun data pertanian Indonesia untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani Indonesia.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 15 Juni 2023. Penulis adalah Statistisi Muda Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya