SOLOPOS.COM - Jafar Sodiq Assegaf (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Topik  childfree sedang naik daun. Jadi perbincangan riuh rendah di kalangan warganet Indonesia. Ini sebenarnya tema lawas. Mengemuka lagi karena salah satu pemicunya pernyataan pesohor media sosial Gita Savitri.

Gita Savitri sebenarnya melontarkan rasan-rasan tentang childfree setahun terakhir. Topik ini mengemuka lagi gara-gara jawaban dia atas pertanyaan dalam sebuah tayangan langsung di akun media sosial.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Jawaban itu membuat banyak warganet yang tiba-tiba meradang. Gita menjawab sebuah pertanyaan ihwal resep sehingga dirinya tampak awet muda. Pertanyaan itu dilontarkan warganet. Gita menyebut childfree adalah resep utamanya.

”Tidak punya anak memang antipenuaan alami. Anda bisa tidur selama delapan jam setiap hari, tidak stres mendengar teriakan anak- anak, dan saat Anda akhirnya keriput, Anda punya uang untuk membayar botox,” kata Gita Savitri saat membalas komentar di Instagram.

Pernyataan Gita itu memang bernada seperti bercanda, namun pernyataan itu ternyata menjadi viral di Instagram dan Tiktok. Pernyataan ini bukan hanya ditanggapi serius oleh kalangan konservatif, namun juga jadi bahan bercanda di kalangan komedian seperti Kiki Saputri hingga Arif Brata.

Komika Sastra Silalahi punya serangkaian konten berseri di Tiktok membahas konsekuensi hidup ketika seseorang menjadi penganut childfree. Childfree lebih dahulu berkembang dari negara Barat. Di Indonesia termasuk hal baru.

Masyarakat Indonesia mayoritas masih menjadikan tujuan menikah adalah memiliki keturunan sehingga reaksi negatif terhadap pandangan childfree tentu wajar. Di Indonesia sebenarnya telah terjadi pergeseran nilai ihwal anggapan lawas bahwa banyak anak banyak rezeki.

Childfree adalah kondisi ketika pasangan suami-istri atau seseorang memutuskan memilih tidak memiliki anak. Menurut Cambridge Dictionary, ada dua kelompok childfree. Pertama, pasangan yang memutuskan tak punya anak. Kedua, memang mempunyai kondisi yang memaksa tak bisa memiliki anak.

Hingga kini banyak yang menilai childfree bertentangan dengan budaya dan norma agama. Ada anggapan keputusan tersebut digunakan oleh perempuan untuk mendukung kebebasan enggan menjadi ibu atau enggan mengalami proses kehamilan hingga melahirkan.

Lantas, apakah childfree bisa dihubungkan dengan keuntungan awet muda? Tentu sulit serta-merta menjawab pernyataan ini, namun jika melihat argumentasi yang berseliweran sepertinya ada sejumlah kondisi yang bisa menjadi pemaaf.

Di negara-negara Barat, kondisi depresi akut dan kecemasan berlebihan dijadikan alasan pemaaf [atau permakluman] untuk childfree. Seseorang disarankan childfree karena gangguan medis atau kondisi psikis tertentu, misalnya depresi berat bisa memengaruhi kondisi anak dan ibu.

Biaya

Pada beberapa kasus seseorang yang diperlakukan tidak baik oleh orang tua pada masa lampau menjadi tidak ingin memiliki anak karena khawatir akan bertindak dengan perlakuan yang sama kepada anak.

Argumentasi semacam ini barangkali akan tampak lemah jika dihadapkan dengan kultur masyarakat Indonesia. Argumentasi lain yang sering mengemuka adalah ihwal faktor ekonomi. Di Jepang dan Korea Selatan, childfree mulai merebak satu dekade terakhir.

Biaya membesarkan anak hingga masa belajar di perguruan tinggi tergolong besar. Belum termasuk uang untuk hiburan, kesehatan, dan pengeluaran lain-lain untuk anak tersebut.

Banyak tipe pasangan yang bekerja keras sepanjang weekdays dan menginginkan perjalanan liburan tanpa ribet hanya bersama pasangan saat  weekend.

Di dua negara tersebut bahkan banyak warga yang memilih tidak menikah atau menikah pada usia yang relatif tua menurut masyarakat Indonesia. Dalam pandangan masyarakat Timur seperti di Indonesia, memiliki anak atau bahkan banyak anak adalah sebuah keberkahan.

Merawat anak memang pekerjaan yang memakan waktu dan terbilang melelahkan, namun ketika anak mulai tumbuh besar, orang tua memiliki orang lain untuk membantu meneruskan pekerjaannya, yakni anaknya.

Ketika memiliki anak kedua, anak tertua bisa membantu mengawasi adiknya. Banyak orang yang merasa mendapatkan cinta kedua kepada anak setelah orang tuanya meninggal, apalagi kepada cucu.

Ada sensasi menyayangi yang muncul lagi ketika mempunyai cucu. Memiliki cucu seolah-olah memberikan pengulangan rasa senang saat punya anak. Jadi orang tua sangat senang ketika anak-anaknya tumbuh dewasa dan menikah, kemudian memberikan mereka cucu. Masa tua akan lebih menyenangkan.

Saat mulai menua dan tidak menjadi siapa-siapa, seseorang cenderung dikunjungi lebih sedikit orang, kecuali oleh keturunannya. Anak cucu dan turunan inilah yang akan datang tanpa harus melihat status sosial atau jenis pekerjaan yang Anda miliki.

Terlepas dari untung ruginya, pilihan menikah tanpa memiliki anak adalah hak setiap individu dan harus dihormati. Bisa jadi ini pilihan yang bertentangan dengan gaya hidup masyarakat Indonesia, namun ketika faktor-faktor yang mencetuskan pemikiran untuk childfree muncul, orang lain tidak berhak untuk menghakimi keputusan tersebut.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 14 Februari 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya