SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang menonton film di bioskop. (Freepik)

Film Agak Laen yang dirilis pada 1 Februari 2024 berhasil masuk deretan tiga besar film Indonesia terlaris sepanjang masa. Film bergenre horor komedi ini ditonton lebih dari tujuh juta orang dari 24 hari penayangan di bioskop.

Film KKN di Desa Penari yang dirilis jauh hari lebih dulu mampu menghimpun 10 juta lebih penonton di bioskop. Fenomena ini menjadi sinyal positif bagi industri perfilman Indonesia yang mulai bangkit dari keterpurukan.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Pandemi Covid-19 membuat industri perfilman Indonesia terpuruk dan kemudian bangkit sejak 2022. Menurut data Badan Perfilman Indonesia (BPI), industri film Indonesia menyedot 51,2 juta penonton pada 2019, kemudian anjlok menjadi hanya sekitar 19 juta penonton pada 2020 akibat pandemi Covid-19.

Jumlah penonton makin merosot pada 2021, yaitu hanya 4,5 juta penonton, dan baru kembali menggeliat pada 2022 dengan 24 juta penonton. Tren positif itu juga terjadi pada 2023 ketika film-film dalam negeri berhasil menarik 55 juta penonton ke bioskop. Tahun 2024 menjadi tantangan bagi industri film Indonesia untuk lebih berkembang.

Di balik kualitas cerita, pengambilan gambar, dan teknis sinematik lain, ada hal penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan industri film Indonesia. Salah satu yang paling krusial adalah pemerataan bioskop di seluruh negeri ini.

Saat ini 60% bioskop terkonsentrasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Situasi ini jelas tak ideal. Ada ketimpangan yang mencolok dalam persebaran bioskop di Indonesia. Belum semua kabupaten/kota memiliki bioskop.

Kondisi ini membuat jumlah layar bioskop sangat terbatas dan film-film Indonesia yang diproduksi mendapatkan jatah tayang yang minim. Jumlah layar sedikit menyebabkan jumlah film yang diproduksi tidak semua mendapat tempat. Terlalu banyak film dan daya tampung bioskop tidak cukup.

Potensi penonton film di bioskop Indonesia sebenarnya bisa menembus 80 juta penonton apabila pemerataan bioskop terwujud. Proporsi penonton film di Indonesia saat ini tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia.

Kondisi tersebut menyebabkan film-film Indonesia—meskipun populer—ketika diputar di bioskop hanya mampu meraih paling banyak 10 juta penonton. Jumlah layar bioskop di Indonesia saat ini mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan era 1980-an yang mencapai 6.600 layar.

Sekarang menuju 2.500 layar saja ngos-ngosan. Ketika tersedia 6.600 layar berarti di kertas seluruh kabupaten/kota ada bioskop. Artinya ada lapisan bioskop juga, bioskop kelas A, B, C. Sekarang seolah-olah bioskop itu harus kelas A, harus mewah.

Menurut Badan Perfilman Indonesia, saat ini terdapat 517 bioskop dengan jumlah layar 2.145 yang tersebar di 115 kota/kabupaten di seluruh wilayah Indonesia. Melihat tren positif industri film dalam negeri itu butuh partisipasi pengusaha bisnis hiburan denagn dukungan pemerintah untuk membangun bioskop-bioskop di daerah. Tak harus sekelas XXI, yang penting penonton bisa nyaman dengan harga tiket terjangkau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya