SOLOPOS.COM - Uri Christian Sakti Labeti (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Bagi umat Kristen hari Jumat tanggal 29 Maret 2024 adalah hari istimewa. Pada hari tersebut seluruh umat Kristen mengenang peristiwa kematian Yesus Kristus. Menilik peristiwa itu ada nilai kepemimpinan yang baik untuk diteladani.

Kematian Yesus Kristus dapat dipandang sebagai perjuangan melawan realitas sosial yang sarat diskriminasi. Dalam struktur masyarakat Yahudi kala itu terdapat golongan sudra yang kehilangan martabat sebagai insan sosial maupun insan agamais.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Golongan yang terdiri atas insan cacat fisik, cacat mental, bahkan cacat sosial (pemungut cukai, pelacur, pengemis) tidak layak untuk mendapatkan penghargaan sebagai manusia ciptaan Tuhan. Masyarakat sah jika mengabaikan eksistensi mereka.

Di tempat peribadatan yang sakral kaum itu tidak layak mendapatkan layanan oleh para pejabat agama. Stigma kaum sudra tersebut adalah golongan yang dikutuk Tuhan Allah. Kehadiran Yesus Kristus bukan mendekati para pejabat Romawi sebagai penguasa.

Justru kaum sudra itu disapa dan ditolong. Tujuannya agar martabat kaum itu dipulihkan. Ia tidak segan-segan menjamah orang kusta yang dianggap najis. Mata orang buta dicelikkan meski kebutaan dinilai kutukan dari Tuhan.

Pelacur yang hendak dirajam batu Dia bela dari kaum laki-laki yang merasa suci tanpa dosa. Pemungut cukai si antek-antek penjajah yang memeras rakyat Dia panggil agar bertobat. Ia dapat bangkitkan Lazarus setelah berhari-hari dikubur kaum keluarganya.

Ke mana pun Dia pergi selalu menyapa dan menolong kaum marginal. Banyak orang selalu menanti kehadiran-Nya sekadar untuk menghibur dengan mendengar perkataan-Nya. Demikian juga selalu dinanti mukjizat yang dilakukan-Nya.

Kebaikan-Nya itu tidak disukai oleh kaum rohaniwan Yahudi. Iri hati menguasai hati mereka sehingga makin bencilah kepada Yesus. Mereka bersengkongkol menggunakan segala cara untuk menghabisi nyawa Yesus agar kebaikan kepada kaum sudra tidak mengganggu kenyamanan para rohaniwan.

Puncaknya terjadilah peristiwa berdarah di Bukit Tengkorak alias Golgota. Di situ kepuasan hati para rohaniwan menjulang. Mereka berhasil melakukan tipu muslihat memperalat rezim. Pidana mati yaitu salib akhirnya diberikan kepada Yesus.

Kedua tangan dipakukan di palang kayu. Kedua telapak kaki pun demikian. Disatukan kemudian dipaku di satu titik. Tatkala salib ditegakkan di lambung-Nya menancap tombak. Harapan para pembenci adalah Dia benar-benar mati.

Mengosongkan Diri

Fondasi kuat Sang Guru (panggilan akrab murid-murid) membela martabat kaum sudra tertulis dalam Kitab Filipi 2: 8, ”… dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.

Ayat tersebut menunjukkan spirit Sang Guru untuk mengosongkan diri. Pengosongan diri itu tampak dalam watak kepemimpinan yang egaliter. Hakikatnya di hadapan Sang Pencipta semua manusia sederajat. Eksistensi Sang Guru sebagai manusia memperkuat misi memulihkan martabat kaum sudra.

Akibat sistem keagamaan yang diciptakan rohaniwan Yahudi, kaum sudra dicap golongan terkutuk. Sang Guru berjuang menghapus stigma kaum terkutuk. Ia bertindak dengan cara memulihkan dan menyembuhkan penyakit-penyakit terkutuk.

Kaum sudra kembali didudukkan dalam posisi sebagai manusia yang dimuliakan Tuhan. Sang Guru ikhlas berkurban. Peristiwa penyaliban merupakan puncak pengurbanan. Saat Sang Guru digelandang ke medan pembantaian, Ia diam tanpa marah. Sendirian tanpa teman. Ia nglurug tanpa bala.

Mulut terkunci tanpa kata hanya merasakan perihnya tubuh dan luka-luka karena sesah. Tergantung di kayu salib tidak membuat-Nya marah. Ia ikhlas menerima hukuman mati, meski tidak ada bukti satu pun pelanggaran hukum positif.

Meski Ia mampu membangkitkan orang mati, kuasa-Nya tidak digunakan untuk membela diri sendiri. Berbagai penyakit dapat disembuhkan, namun Ia tidak menggunakan kuasa agar para pembenci ditimpa tulah sakit parah.

Pengurbanan demi kaum sudra mendapatkan kemuliaan. Pengurbanan bagi Sang Guru adalah kebesaran hati untuk membalas kebaikan atas kejahatan yang ditimpakan orang lain. Menyembuhkan dan mengampuni bersinergi melahirkan kepasrahan diri untuk berkurban.

Salah satu kunci tetap setia menanggung derita salib tatkala Sang Guru mampu mengampuni. Seluruh rakyat Yerusalem telah dikuasai kebencian akibat konspirasi jahat para pejabat agama. Ketika digiring ke luar Yerusalem menuju Bukit Tengkorak, Sang Guru diludahi, dicemooh, dilempari batu.

Sesekali Ia juga dicambuk oleh prajurit Romawi. Tidak ada seorang pun yang membela-Nya, bahkan murid-murid pun tidak berani mendekat sebab mereka takut mati. Dalam kondisi fisik lemah juga psikis yang tertekan hebat justru muncul energi besar dari hati Sang Guru.

Energi terbesar-Nya saat disalib teruntai sepenggal doa ”ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Ketulusan menanggung derita dibalas dengan doa pengampunan untuk para pembenci.

Harapan bagi Pemimpin

Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi telah menetapkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2024-2029. Apabila rakyat ditanya ”pemimpin seperti apa yang diharapkan?” dapat dipastikan jawabannya adalah sosok pemimpin bangsa yang berpihak kepada wong cilik.

Sosok demikianlah yang diharapkan membawa perubahan signifikan untuk Indonesia. Program prioritas Prabowo-Gibran seperti swasembada pangan, sistem penerimaan negara, reformasi politik-hukum, penguatan pendidikan-digitalisasi, dan 13 program lainnya kiranya sekadar retorika saat kampanye.

Ketika telah resmi menduduki kursi jabatan, rakyat berharap mereka tetap eling janji-janji kampanye dan berusaha tidak mencederai kepercayaan rakyat.  Semua program niscaya terwujud jika mereka memiliki jiwa kepemimpinan yang ideal.

Menurut Robert K. Greenleaf, keberhasilan sebagai pemimpin dibangun dari spirit pribadi bahwa ia adalah seorang pelayan. Spirit pemimpin sebagai pelayan terbangun di antaranya, pertama, berempati terhadap realitas sosial.



Pemimpin yang abai terhadap kondisi sosial niscaya kehilangan visi. Pemimpin yang pelayan harus memiliki kepekaan terhadap situasi sosial di sekelilingnya. Kedua, berdedikasi untuk sesama. Diawali dengan empati muncullah pengabdian diri secara total untuk kepentingan pihak lain.

Ketiga, mau bekerja. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memberi contoh kepada anak buah. Ia memosisikan diri bukan sebagai bos. Ia tidak segan-segan terjun langsung bekerja bersama dengan timnya.

Keempat, murah hati. Etos kerja suatu tim akan tumbuh tatkala pemimpin mau nguwongke timnya sendiri. Sikap menghormati martabat manusia tersebut menjadi energi besar sebab jati diri manusia lebih diperhatikan melampaui kepandaian maupun talenta.

Gaya pemimpin sebagai pelayan maupun kepemimpinan Sang Guru setidaknya layak untuk membekali pasangan Prabowo-Gibran dalam membawa gerbong bangsa ini lima tahun ke depan. Rakyat sangat berharap Prabowo-Gibran memfokuskan kerja terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan, keadilan, dan kedamaian bagi rakyat.

Memperjuangkan kepentingan rakyat di atas kepentingan sendiri atau kelompok adalah langkah bijak meski tidak mudah dilakukan. Era kepemimpinan Prabowo-Gibran adalah kesempatan emas untuk memperhatikan kaum sudra. Puluhan juta orang yang masih miskin.

Puluhan ribu buruh terkena pemutusan kerja atau PHK. Puluhan desa dalam kategori desa tertinggal. Permasalahan stunting anak-anak Indonesia. Golongan minoritas yang masih kesulitan untuk beribadat. Semoga Prabowo-Gibran berani membela mereka demi pemulihan martabat manusia.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 30 Maret 2024. Penulis adalah dosen di Universitas Kristen Teknologi Solo dan pendeta Gereja Kristen Jawa Danukusuman, Kota Solo, Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya