SOLOPOS.COM - Rohmah Ermawati (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Pengelolaan  sampah masih menjadi masalah serius yang dihadapi banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Meskipun sudah banyak upaya dilakukan untuk mengatasi, tantangan yang kompleks dan faktor-faktor seperti pertumbuhan populasi, pola konsumsi berlebihan, dan kurangnya infrastruktur yang memadai membuat pengelolaan sampah menjadi sulit.

Menanamkan kebiasaan membuang sampah di tempatnya bukanlah tugas yang mudah. Banyak orang terbiasa membuang sampah sembarangan karena merasa praktis, malas, atau kurangnya kesadaran akan dampak negatif terhadap lingkungan.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Untuk mengubah pola pikir ini, diperlukan edukasi sejak dini di lingkungan keluarga, sekolah, serta saluran lainnya. Sampah yang dibuang sembarangan, terutama sampah plastik, dapat mencemari tanah, udara, dan air.

Sampah yang tidak dibuang dengan benar dapat menjadi tempat berkembang biak vektor penyakit, seperti nyamuk dan lalat. Plastik yang dibuang ke sungai atau laut dapat menyebabkan kerusakan ekosistem air dan berdampak buruk pada ekosistem air.

Beberapa waktu terakhir saya merasa kagum dengan aksi pemulihan lingkungan oleh Bencheghib bersaudara bersama komunitas Sungai Watch yang mereka dirikan. Sungai Watch pada dasarnya komunitas yang memiliki tujuan menjaga, memelihara, dan memperjuangkan kebersihan sungai.

Saat ini mereka memang lebih fokus melancarkan gerakan di Pulau Dewata. Pendirian Sungai Watch diinisiasi aktivis lingkungan asal Prancis, Gary, Kelly, dan Sam Bencheghib pada 2020. Berawal dari fakta sekitar 80% sampah di lautan berasal dari sungai, kelompok ini berupaya memberantas sampah langsung di hulu.

Mereka menghadirkan inovasi berupa trash barrier atau penghalang sampah yang terbukti efektif menjaga kebersihan sungai. Cara kerjanya, tim pembersih mengambil sekaligus mengumpulkan sampah yang terhalang trash barrier yang dipasang di lokasi-lokasi tertentu di sungai-sungai tertentu.

Sampah tersebut melalui proses penyortiran untuk dianalisis serta ditelusuri sumbernya. Sampah yang tersortir dicuci serta dipersiapkan menjadi material yang siap diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis.

Laman sungai.watch yang saya akses pada Minggu (25/6/2023) menginformasikan Sungai Watch telah memasang 180 penghalang sampah dan berhasil mengumpulkan 1.287.256 kilogram sampah plastik serta 438.826 kilogram sampah organik.

Kayak dari Botol Plastik

Sungai Watch menargetkan memasang 1.000 penghalang sampah untuk membersihkan sungai-sungai di Indonesia. Sebelum membangun organisasi di Bali, Bencheghib bersaudara telah melakukan berbagai aksi membersihkan sungai di Pulau Jawa.

Aksi mereka menyusuri Sungai Citarum dengan kayak yang terbuat dari botol-botol plastik viral pada 2017. Aksi mereka mendapat perhatian Presiden Joko Widodo. Saat itu ia berjanji Sungai Citarum akan menjadi sungai paling bersih dalam waktu tujuh tahun.

Dalam wawancara dengan Kompas TV yang disiarkan pada 30 Januari 2022, Gary Bencheghib menyatakan selama 20 tahun tinggal di Indonesia dirinya merasa prihatin dengan kondisi sungai-sungai di Indonesia yang penuh sampah.

Salah satunya Sungai Citarum yang menjadi sungai terkotor di dunia pada 2017. Hal itu memicu aksi bersih-bersih sungai bersama saudara dan rekan-rekannya. Kepedulian Bencheghib bersaudara bersama Sungai Watch menjadi sentilan dan teladan bagi kita, khususnya saya, untuk lebih peduli pada lingkungan.

Orang Prancis saja peduli dengan sungai di Indonesia, bagaimana dengan kita? Sebagai orang yang terlahir dan dibesarkan di Indonesia tentu kita memiliki tanggung jawab lebih besar terhadap kelestarian sungai dan lingkungan di negeri ini.

Kita bisa mulai dengan membiasakan diri membuang sampah di tempatnya sekecil apa pun itu. Pemilahan sampah sejak di rumah bisa kita lakukan secara disiplin untuk memudahkan pengelolaan sampah di level berikutnya.

Kita juga perlu memiliki pengetahuan tentang 3R, yakni reduce, reuse, recycle (mengurangi, menggunakan ulang, mendaur ulang) sampah dan menerapkannya. Kita bisa terlibat dalam mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah yang benar, terutama kepada generasi muda di lingkungan terdekat.

Jika memungkinkan, tak ada salahnya bergabung dengan kelompok-kelompok yang peduli terhadap lingkungan dan berpartisipasi dalam aksi-aksi nyata menjaga kelestarian lingkungan. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta harus bekerja sama mengatasi masalah sampah di sungai.

Investasi dalam infrastruktur pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, seperti sistem pengolahan sampah terpadu dan fasilitas daur ulang, harus menjadi prioritas. Tak kalah penting adalah regulasi yang ketat tentang pembuangan sampah secara sembarangan dan sanksi bagi pelanggar.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 27 Juni 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya