SOLOPOS.COM - Tanaman padi menunggu dipanen. (freepik)

Indonesia mulai mengalami akibat buruk fenomena cuaca ekstrem yang dibawa El Nino. Cuaca ekstrem  ini terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur yang menjadi lebih hangat daripada biasanya.

Dampak buruk yang terjadi, antara lain, kekeringan dan penurunan kualitas tanaman budi daya akibat kekurangan pasokan air. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena El Nino di Indonesia terjadi hingga Desember 2023.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Dampak  buruk di sektor pertanian akan meningkat karena saat ini para petani mulai masuk pada musim tanam ketiga. Mengaktualkan lagi urgensi asuransi pertanian—terutama asuransi usaha pertanaman padi—menjadi penting sebagai mitigasi sekaligus solusi bagi para petani menghadapi dampak cuaca ekstrem akibat El Nino.

Asuransi pertanian membantu para petani menghadapi risiko gagal panen. Ketika terjadi kegagalan panen, para petani menghadapi risiko kerugian atas berbagai biaya produksi pertanian yang telah dikeluarkan, seperti biaya pengadaan bibit, biaya pembelian pupuk, biaya pembelian pestisida, dan tenaga sejak penanaman dan perawatan.

Asuransi pertanian hadir sebagai penanggung risiko yang seharusnya ditanggung oleh para petani akibat fenomena cuaca ekstrem sebagai dampak El Nino. Ketika terjadi kegagalan panen para petani tidak perlu khawatir karena kerugian telah ditanggung oleh pelaksana asuransi pertanian.

Dampak nyata dari cuaca ekstrem dampak El Nino adalah kekeringanan di mana-mana. Kawasan persawahan yang tak dilengkapi dukungan irigasi teknis jelas akan terdampak langsung  berupa kekurangan air.

Kawasan persawahan yang dilengkapi sumur dalam juga masih menghadapi risiko gagal panen ketika debit air sumur dalam mengecil dan tak memadai sebagai sumber pengairan. Di kawasan yang didukung irigasi teknis juga menghadapi risiko serangan hama akibat cuaca ekstrem.

Muaranya sama: ancaman gagal panen. Di sinilah asuransi pertanian menjadi pilihan logis dan relevan. Sejauh ini masih sedikit petani yang memahami urgensi asuransi pertanian ketika menghadapi potensi nyata gagal panen akibat cuaca ekstrem.

Di kalangan mayoritas petani—terutama kalangan petani gurem dan petani penggarap—yang mereka butuhkan hanyalah dana tunai yang diperoleh setelah panen. Dana itu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan modal bertanam musim tanam berikutnya.

Mereka menilai tidak logis keluar dana tunai untuk membayar premi asuransi, padahal dana itu tidak akan kembali ketika mereka panen. Pemahaman tentang aspek risiko belum diterima oleh mayoritas petani. Di sinilah butuh peran pemerintah dengan program asuransi pertanian yang didukung dana pemerintah.

Butuh peran aktif pemerintah daerah bersama kelompok tani dan gabungan kelompok tani memetakan hamparan persawahan berisiko tinggi terdampak cuaca ekstrem akibat El Nino dan berisiko gagal panen.

Peran aktif pemerintah juga diperlukan dalam alokasi anggaran untuk membayar premi asuransi, terkecuali para petani sanggup secara inidividual atau ditanggung kelompok tani membayar premi asuransi itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya