SOLOPOS.COM - Warga mengambil air pada kubangan di Ngasinan, Garangan, Wonosamodro, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (6/9/2023). Menurut warga setempat, selain mengharapkan bantuan distribusi air bersih untuk memenuhi kebutuhan air saat musim kemarau, warga juga mencari air ke lokasi lain untuk mengambil sisa air pada kubangan. (Antara/Aloysius Jarot Nugroho)

Pemerintah Kabupaten Boyolali mengalokasikan anggaran lebih dari Rp2 miliar untuk pembuatan sumur uji. Ini langkah membuat sumur dalam untuk mengatasi krisis air bersih di daerah tertentu.

Terutama daerah langganan krisis air bersih tiap kemarau dan daerah dengan akses terhadap air bersih yang belum 100%. Apresiasi harus diberitakan kepada pemerintah daerah yang mau mengalokasikan anggaran besar untuk kebutuhan dasar rakyat. Air bersih adalah kebutuhan dasar yang harus terpenuhi setiap hari.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Teknik membuat sumur uji belum tentu 100% berhasil menemukan sumber air dalam. Ada risiko gagal, namun keberanian mengalokasikan anggaran cukup besar adalah langkah baik mengatasi krisis air secara permanen.

Sumur uji akan dibuat di Kelurahan Kemiri di Kecamatan Mojosongo, Desa Mliwis di Kecamatan Cepogo, Desa Ngagrong di Kecamatan Gladagsari, Desa Ngleses di Kecamatan Juwangi, Desa Sumberagung di Kecamatan Klego.

Kemudian, Desa Karangnongko di Kecamatan Mojosongo, Desa Tlogolele di Kecamatan Selo, Desa Winong di Kecamatan Boyolali, Desa Sukorejo di Kecamatan Musuk, Desa Jaten di Kecamatan Klego, dan Desa Jlarem di Kecamatan Gladagsari.

Desa-desa ini kerap mengalami kekeringan setiap musim kemarau. Di beberapa wilayah dengan elevasi tinggi, seperti kawasan lereng Gunung Merapi, kekeringan terjadi lebih cepat lantaran permukaan air tanah yang terlalu dalam.

Kekeringan di kawasan seperti ini semestinya bisa dimitigasi sejak lama. Pemerintah daerah cenderung enggan mencari solusi permanen bagi persoalan itu dan memilih solusi jangka pendek seperti bantuan air bersih.

Mengalokasikan anggaran besar apabila berhasil menemukan sumber air dalam tentu menjadi murah apabila dibandingkan mengalokasikan anggaran rutin tiap musim kemarau untuk bantuan air bersih. Teknologi yang semakin maju memungkinkan tingkat keberhasilan pembuatan sumur uji makin besar.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah lama memetakan potensi cadangan air di cekungan-cekungan Pulau Jawa. Semestinya peta cadangan air itu menjadi modal untuk memastikan kebutuhan air seluruh warga terpenuhi.

Dengan sumber daya yang lebih besar, pemerintah pusat punya tugas membangun infrastruktur dasar pemenuhan kebutuhan air seperti bendungan dan akuaduk besar. Pemerintah daerah harus menggunakan anggaran yang terbatas untuk mencari solusi jangka panjang atas kekeringan.

Proyek mencari sumber air baru seperti yang dilakukan di Kabupaten Boyolali harus menjadi bagian upaya penemuan solusi jangka panjang itu. Tentu membuat sumur uji—yang kelak akan dilanjutkan dengan pembangunan sumur-sumur dalam—bukan satu-satunya solusi.

Harus ada upaya lain yang lebih ramah lingkungan seperti pemanfaatan sumber-sumber air permukaan. Sejalan dengan itu perlu dipersiapkan basis manajemen pengelolaan air bersih ketika pembuatan sumur uji berhasil. Manajemen berbasis partisipasi warga yang menjamin pemerataan manfaat air bersih dan aksesnya serta manajemen pelestarian sumber air bersih itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya