SOLOPOS.COM - Ilustrasi kampanye mencegah stunting atau tengkes pada anak-anak berusia di bawah lima tahun. (Antaranews.com)

Masalah tengkes atau stunting terus menjadi fokus pemerintah di tingkat nasional dan daerah. Bupati Klaten Sri Mulyani menjanjikan hadiah bagi tim pendamping keluarga (TPK) di kabupaten ini yang berhasil menurunkan angka kasus tengkes di wilayah kerja masing-masing dengan jumlah penurunan terbanyak.

TPK adalah sekelompok orang yang dibentuk untuk melaksanakan fungsi pendampingan terhadap keluarga. Unsur TPK adalah bidan, kader Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), dan kader Keluarga Berencana (KB).

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Inisiatif Bupati Klaten Sri Mulyani layak diapreasiasi dalam konteks menguatkan semangat mengatasi kasus tengkes. Langkah mengatasi dan mencegah tengkes butuh gerak cepat karena anak-anak yang mengalami tengkes harus terdeteksi sedini mungkin.

Penanganan anak tengkes hanya akan berhasil ketika dilakukan pada setahun pertama masa kehidupan anak. Ini menuntut deteksi sini. Para calon ibu, yaitu para perempuan sejak usia remaja, juga sudah dipantau kondisi kesehatan mereka agar kelak mengandung dan melahirkan anak-anak yang sehat.

Langkah mencegah tengkes kini memerlukan kepekaan mendeteksi gaya hidup yang berkorelasi dengan gaya pengasuhan anak. Dulu mayoritas anak tengkes jamak berasal dari keluarga miskin. Penyebab mereka menjadi tengkes karena kekurangan gizi sejak dalam kandungan ibu.

Kini anak-anak tengkes juga jamak muncul di keluarga-keluarga mampu, bahkan di kawasan urban. Penyebabnya adalah gaya hidup dan pengasuhan yang mementingkan ”kecepatan”, termasuk dalam urusan makanan yang berdampak ketidakseimbangan gizi.

Butuh kesadaran dan pengetahuan cukup agar para orang tua punya wawasan tentang pola konsumsi yang tepat dan sehat untuk anak. Penanganan tengkes membutuhkan strategi pencegahan dan penanganan di hulu, yaitu di keluarga. Yang lebih fokus lagi adalah pada pembangunan pola pikir orang tua dan pengasuhan anak.

Ini membutuhkan keterlibatan banyak elemen masyarakat. Inisiatif mendidik calon pengantin tentang pengasuhan anak juga bagian penting dari strategi mencegah kasus anak-anak tengkes.

Pada sisi yang lain, inisiatif Bupati Klaten Sri Mulyani itu juga layak dijadikan acuan untuk mempertanyakan sejauh mana efektivitas program-program penanganan dan pencegahan tengkes yang telah berjalan selama ini.

Jawaban akan diperoleh dengan penyelenggaraan evaluasi terus-menerus. Prinsip ”mengeroyok” tengkes adalah strategi yang bisa jadi terbaik untuk mencegah anak tengkes dan menangani anak tengkes.

”Mengeroyok” tengkes membutuhkan sinergi banyak pihak. Tentu dirigennya adalah lini pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat, yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu menggandeng berbagai pihak di luar elemen pemerintahan guna mempercepat dan memperluas jangkauan program pencegahan tengkes. Lembaga-lembaga pendidikan bisa digandeng untuk menyebarluaskan pemahaman soal pentingnya asupan gizi dan gaya hidup sehat sejak usia dini dan usia remaja.

Kalangan dunia usaha bisa diajak ikut serta mengampanyekan gaya hidup sehat di kalangan pekerja. Organisasi keagamaan, termasuk pengurus tempat-tempat ibadah, juga bisa digandeng untuk menyosialisasikan pentingnya kesehatan, khususnya kalangan perempuan, sejak usia dini, remaja, hingga dewasa di kalangan jemaah mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya