SOLOPOS.COM - Heri Priyatmoko (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Terdapat dua momentum penting yang relevan untuk dikabarkan kepada publik. Dua momentum yang terkait dengan Kota Solo. Peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan seabad organisasi sepak bola Persis Solo yang lahir pada 1923.

Ada benang merah atas pemaknaan dua peristiwa historis tersebut, yakni aksi pemuda di lapangan hijau. Tahun ini Persis Solo genap berumur 100 tahun, usia yang tak lagi enom. Para era kolonial Kota Solo menjadi salah satu arena penguatan nasionalisme.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

”Wabah” yang ditakuti pemerintah kolonial Belanda itu juga menyusup ke Stadion Sriwedari. Beberapa tahun lalu komunitas Solo Societeit mengajak puluhan pemuda penyuka sepak bola (lebih tepatnya pendukung Persis Solo) menjelajahi sejarah tim berjuluk Laskar Sambernyawa itu.

Stadion Sriwedari menjadi arena diskusi. Di stadion lawas ini Solo Societeit mendatangkan legenda Persis untuk berbagi pengalaman kala merumput: Hong Widodo. Ia bukan hanya mengerek nama Persis ke jagat nasional, tapi juga mendarmakan separuh umurnya untuk tim kebanggaan wong Solo itu.

Bertemali dengan urusan sepak bola dan pemuda, terdapat secuil kisah lokal yang belum terang, yakni ketokohan R. Maladi. Nama tersebut disematkan menjadi nama Stadion Sriwedari. Tatkala datang di Stadion Sriwedari, Anda menemukan papan nama R. Maladi yang diabadikan sebagai nama stadion legendaris itu.

Nama tersebut barangkali asing bagi generasi kekinian. Siapakah dia? Raden Maladi lahir pada Sabtu Pahing 31 Agustus 1912 di Matesih, Karanganyar. Ia berpindah mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai pengawas perdagangan garam. Pendidikan formal Maladi dimulai di voorklas (taman kanak-kanak) di Kota Solo pada 1916.

Ia kemudian bersekolah di Hollandsch Inlandsch School atau HIS (setingkat sekolah dasar) di Yogyakarta mengikuti orang tuanya yang pindah ke Yogyakarta pada 1918 lalu berpindah ke beberapa kota lain. Di Kota Solo, tahun 1926, Maladi melanjutkan sekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO (setingkat sekolah menengah pertama).

Nilai 10 dalam pelajaran olahraga diraih Maladi di MULO. Dia giat berolahraga dan menyukai sepak bola, atletik, renang, kasti, tolak peluru, dan anggar. Setiap sore hingga menjelang Magrib, ia sering bal-balan bersama teman-temannya di Kampung Gilingan, Banjarsari.

Di tanah lapang belakang Stasiun Solo Balapan, mereka bergembira bermodal bola biasa ukuran kecil atau bola kulit yang dipompa. Laiknya para sinyo yang membawa budaya olahraga bola sepak ke Hindia Belanda, Maladi mengajak kawan-kawan sebayanya melakoni pemanasan sebelum permainan dimulai.

Mereka berlari kecil atawa joging mengitari lapangan. Anak-anak singkong itu juga berlatih aneka teknik menendang bola tepat ke gawang dan menjadi penjaga gawang yang menangkap bola. Setelah pemanasan dirasa cukup, Maladi membagi sekumpulan bocah ini untuk bermain bola 11 orang lawan 11 orang.

Kegemaran bermain sepak bola berlanjut ketika dirinya bersekolah di Algemene Middlebare School atau AMS (setingkat sekolah menengah atas). Ia masuk AMS B Yogyakarta. Nilai 10  kembali dia raih dalam pelajaran olahraga.

Guru olahraga Johannes Christoffel Jan Mastenbroek mendorong Maladi belajar sebagai penjaga gawang. Ia meminjami Maladi buku perihal persepakbolaan dan buku biografi para penjaga gawang terkemuka di Eropa.

Selama bersekolah di AMS B tahun 1930-1932, Maladi bergabung dengan bond Indonesia Muda Mataram. Ketangkasan menjaga mistar gawang tim mendapat perhatian dari ketua PSSI Soeratin Sosrosoegondo.

Maladi bergabung ke Persis pada 1934. Prestasi Maladi makin moncer mengikuti kejuaraan yang diselenggarakan PSSI. Maladi membawa Persis juara berturut-turut pada 1939-1941. Dahulu banyak pemain ingin membobol gawang yang dijaga Maladi, tapi sering kali gagal.

Kareir di dunia birokrasi diawali ketika Menteri Penerangan Mr. Ali Sastroamidjojo mengangkat Maladi menjadi Kepala Djawatan Radio, meski status Djawatan Radio Republik Indonesia baru ditetapkan secara resmi pada 1 April 1946.

Di sini dia menorehkan prestasi berhasil memimpin siaran RRI di Balong, Solo, pada 1949-1950. Ketika awal hijrah ke Jakarta pada 1950, Maladi gusar. Ia berada di antara pilihan  mengembangkan mutu siaran radio atau menekuni dunia olahraga nasional.

Akhirnya, Maladi memilih dua jabatan birokrasi itu, yakni tetap menjadi Kepala Djawatan RRI dan menggarap bidang olahraga untuk mengusung semangat nasionalisme di bawah pemerintahan Presiden Soekarno.

Dalam catatan Auliya Urokhim (2017) terjelaskan bahwa posisi Maladi juga bertambah penting dalam dunia olahraga dan sepak bola Indonesia. Ia diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Olahraga pertama di Indonesia pada 1959.

Posisi sentral juga banyak dia lakoni, mulai dari Wakil Presiden FIFA untuk Asia hingga proyek mercusuar pembangunan kompleks olahraga Bung Karno sebagai wujud persiapan Indonesia sebagai calon tuan rumah Asian Games 1962.

Saat menjabat ketua umum PSSI, Maladi dikenal sebagai pemimpin berprinsip teguh. Ia mampu duduk berjam-jam, bahkan rapat sampai subuh. Ia memperjuangkan PSSI untuk menjadi kekuatan olahraga yang berlandaskan pada peraturan dan kekeluargaan, jiwa dan semangat kebangsaan, kerakyatan, dan didasari semangat ”sepi ing pamrih, rame ing gawe”.

Riwayat pemuda yang tumbuh di Kota Solo dan sepak bola itu patut dikisahkan dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda dan perayaan seabad Persis Solo. Keberhasilan Maladi di dunia olahraga tentu membuat bangga sekaligus menginspirasi masyarakat untuk mengangkat citra bangsa Indonesia di mata dunia.

Olahraga yang dikemas dalam bentuk kompetisi menjadi sarana yang tepat untuk menarik perhatian dunia. Dalam konteks kekinian muncul pertanyaan: apakah kejuaraan sepak bola tingkat internasional di Stadion Manahan yang segera diselenggarakan akan dimanfaatkan untuk kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden oleh salah seorang calon yang maju? Kita tunggu.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 28 Oktober 2023. Penulis adalah dosen Ilmu Sejarah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan pemrakarsa Solo Societeit)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya