SOLOPOS.COM - Sigit Dwi Maryanto (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Musim hujan di wilayah Indonesia pada periode 2022/2023 datang lebih cepat dibandingkan keadaan normal. Menurut penjelasan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), awal musim hujan di Indonesia terjadi pada September sampai November 2022.

Sedangkan puncak musim penghujan di Indonesia diperkirakan terjadi pada Desember 2022 sampai Januari 2023 dan diperkirakan akan memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau pada Februari hingga April 2023.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Seiring datangnya musim hujan yang lebih cepat, berbagai potensi persebaran penyakit akan meningkat pada akhir 2022 ini. Salah satu ancaman serius yaitu peningkatan persebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di berbagai wilayah Indonesia.

Menurut Kementerian Kesehatan, peningkatan kasus DBD terus terjadi terutama saat musim hujan karena nyamuk sebagai vektor pembawa penyakit mampu berkembang biak dengan pesat.

Berdasar catatan Kementerian Kesehatan pada 2022, jumlah kumulatif kasus DBD di Indonesia sampai bulan Juni dilaporkan sebanyak 45.387 kasus. Sementara jumlah kematian akibat DBD di seluruh Indonesia mencapai 432 kasus. Angka ini bisa saja terus meningkat seiring datangnya puncak musim hujan pada akhir 2022 ini.

Tingginya angka kasus kesakitan dan angka kematian menjadikan penyakit DBD merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Pada 2016 tercatat sebagai tahun dengan angka kasus tertinggi dalam kurun periode satu dekade ini, yaitu mencapai 204.171 kasus kumulatif dan mengalami penurunan namun masih bersifat fluktuatif sampai dengan tahun 2021 yang mencapai angka 73.518 kasus.

Seumlah kasus pada 2021 menunjukkan angka kesakitan kasus DBD di Indonesia diperkirakan sebesar 27 kasus per 100.000 jumlah penduduk. Penyakit DBD adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan serangan virus dengue.

Virus jenis ini tergolong arthropod-vorne virus dari genus Flavivirus dan termasuk famili Flaviviridae. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui perantaraan atau vektor gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang membawa virus ini.

Penyakit DBD biasanya muncul sepanjang tahun dan akan meningkat kasusnya pada musim hujan. Penyakit ini menyerang seluruh manusia dari semua kalangan umur dengan kasus pengidap terbanyak terutama pada golongan anak-anak.

Seseorang yang mengalami demam berdarah pada awalnya tidak terdapat tanda-tanda yang nyata, bahkan mirip dengan gejala penyakit lain seperti flu. Biasanya gejala akan mulai kelihatan pada hari ke-4 hingga ke-10 hari setelah gigitan nyamuk pembawa virus dengue.

Pengidap akan mengalami demam tinggi hingga mencapai 40 derajat Celcius. Gejala lain yang muncul biasanya berupa sakit kepala, nyeri pada otot, nyeri tulang dan sendi, mual dan muntah, sakit di belakang mata, pembengkakan pada kelenjar, serta munculnya ruam pada kulit.

Gejala akan makin memburuk dan dapat mengancam jiwa apabila pengidap demam berdarah mengalami sindrom syok dengue. Tingkat keparahan terjadi saat pembuluh darah mengalami kerusakan dan bocor.

Kondisi ini akan menyebabkan jumlah sel trombosit dalam aliran darah turun drastis. Hal ini bisa memicu terjadinya kejang, kerusakan pada organ hati, jantung, otak, dan paru-paru, penggumpalan darah, syok, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Perlu Kesadaran

Sampai sekarang belum ada vaksin yang ampuh dapat mencegah seseorang terkena virus dengue tersebut. Pencegahan hanya dapat dilakukan dengan upaya preventif yaitu dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus.

Gerakan ini dapat dilakukan di lingkungan rumah, sekolah, tempat umum, perkantoran, dan area tempat ibadah. Gerakan 3M meliputi langkah pertama, menguras atau membersihkan bak mandi, vas atau pot bunga, tempat minum binatang peliharaan, atau tempat yang memungkinkan ada tampungan air yang menggenang.

Langkah kedua, menutup rapat tempat penampungan air seperti toren air atau kolam. Tempat penampungan air yang tidak mungkin dikuras atau ditutup dapat diberi  larvasida.

Langkah ketiga, menyingkirkan serta mendaur ulang barang-barang bekas seperti botol plastik, kaleng bekas, dan berbagai wadah yang memungkinkan menjadi tempat nyamuk bersarang.

Perlu ditambahkan dengan upaya memberantas larva melalui pemberian larvasida, memelihara ikan pemakan jentik-jentik di bak penampung air, memasang ovitrap/larvitrap/ mosquitotrap.

Masyarakat juga dapat menghindari gigitan nyamuk dengan usaha menanam pohon pengusir nyamuk, memakai kelambu, dan penggunaan repellent antinyamuk. Pola hidup bersih dan sehat juga harus digalakkan dalam pemberantasan sarang nyamuk.

Perlu kesadaran dari seluruh elemen masyarakat untuk mencegah dan memberantas penyakit DBD. Pemerintah sebaiknya terus mendorong masyarakat dengan sosialisasi yang masif kepada masyarakat terutama di daerah-daerah endemik dengan kasus DBD yang sangat tinggi.

Pemerintah juga perlu menyiapkan sumber daya kesehatan yang baik, antara lain, penyiapan fasilitas kesehatan yang memadai, tenaga kesehatan yang siap dan profesional, dan stok obat-obatan yang mencukupi dalam rangka mengantisipasi kemungkinan ledakan kasus DBD di Indonesia.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 12 Desember 2022. Penulis adalah mahasiswa Program Studi Doktor Biologi Universitas Gadjah Mada dan peneliti bioteknologi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya