SOLOPOS.COM - Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Syarifuddin (dua dari kiri) berfoto bersama perwakilan penyusun buku saat acara Peluncuran 110 Judul Buku Cerita Anak Dwibahasa Jawa-Indonesia Bergambar 2023 di Hotel Grand Semarang pada Selasa, (21/11/2023).(Istimewa)

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah kini mengintensifkan bimbingan teknis pengajar utama revitalisasi bahasa daerah tingkat sekolah dasar. Ini bagian ikhtiar menguatkan bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa.

Tujuan mendasar adalah membangkitkan komitmen seluruh pemangku kepentingan untuk menguatkan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah sekaligus bahasa ibu.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Menekan laju kemunduran bahasa daerah—khususnya bahasa Jawa—membutuhkan peran banyak pemangku kepentingan. Mereka ada di sektor pendidikan formal, pendidikan informal, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan kalangan swasta.

Upaya yang dilakukan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah itu cara menguatkan kompetensi para pengajar bahasa Jawa di sekolah dasar. Ini langkah strategis dan sangat penting karena siswa sekolah dasar memang fondasi bagi penguatan bahasa daerah atau bahasa itu.

Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada 2022 pernah menyampaikan data dari 718 bahasa daerah di Indonesia sebagian besar kondisinya terancam punah dan kritis. Regenerasi penutur jati bahasa daerah tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Para penutur jati bahasa daerah banyak yang tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa daerah kepada generasi berikutnya. Khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan bahasa daerah terancam punah.

Pada tahun yang sama kementerian ini juga mencatat terdapat 1.491 komunitas penutur bahasa daerah di Indonesia. Apabila menengok ke komunitas paling kecil, yaitu di lingkungan keluarga, harus diakui penguatan bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, benar-benar tereduksi sangat banyak.

Berapa banyak keluarga yang mengajarkan berbahasa Jawa secara benar kepada anak-anak? Tidak bisa dibayangkan apabila kita sampai berucap kalimat “kersanipun Bapak sare rumiyin, nembe kula siram” untuk menyampaikan maksud “biar Bapak tidur lebih dulu, baru saya mandi.”

Sejak kecil kebanyakan orang tua lebih senang menggunakan dialog dengan bahasa nasional maupun internasional dan sangat minim, bahkan tidak sama sekali, memakai bahasa daerah. Banyak faktor penyebab kondisi tersebut.

Bisa saja orang tua merasa nyaman berkomunikasi tanpa memakai bahasa daerah. Bisa juga disebabkan orang tua tidak tahu bahasa daerah karena tidak diwarisi oleh orang tua. Bisa jadi pula regenerasi pengguna bahasa daerah ternyata terputus dari orang tua.

Bahasa Indonesia jelas harus dikuasai dengan baik dan benar, tetapi juga perlu mendukung sepenuhnya agar bahasa daerah menjadi bahasa kearifan lokal. Butuh dukungan keluarga untuk menguatkan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dan bahasa ibu.

Bahasa daerah akan selalu menjadi bahasa ibu dan lestari apabila selalu digunakan di kehidupan keluarga sehari-hari. Sangat penting menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu dalam komunikasi dengan anak-anak.

Ketika penggunaan bahasa daerah menjadi praksis harian di keluarga, pengajaran bahasa daerah di sekolah dasar dan sederajat akan menguatkan praksis itu. Pendidikan bahasa daerah di sekolah dasar akan menguatkan posisi bahasa Jawa sebagai bahasa daerah sekaligus bahasa ibu dalam kehidupan keluarga.

Aspek akademis bahasa daerah dipelajari di sekolahan, aspek praksis menjadi keseharian. Ini modal dasar menguatkan bahasa daerah agar terhindar dari kemunduran dan kepunahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya