SOLOPOS.COM - Tendra Istanabi (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah pada akhir November 2022 adalah bukti nyata Kota Solo memang layak menjadi kota meeting, incentive, convention, and exhibition atau MICE.

Warga Muhammadiyah dari seluruh Indonesia menghadiri dan menggembirakan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah itu. Kesuksesan penyelenggaraan muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah itu menarik dilihat dari sudut pandang kota MICE.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah bisa dikatakan merupakan simulasi paling ekstrem dari penyelenggaraan event MICE yang mendatangkan orang sangat banyak atau bahkan mungkin paling banyak di Kota Solo dalam beberapa tahun terakhir.

Selama tiga hari Jl. Adisucipto dan meluas di Kota Solo dan sekitarnya mengalami kemacetan parah karena diperkirakan dikunjungi jutaan orang dari seluruh Indonesia. Beberapa jenis kegiatan atau event yang mencakup MICE dalah rapat, pertemuan atau persidangan, konferensi, dan pameran.

Secara sederhana kota MICE berfokus pada daya tarik kota dalam kemampuan menyelenggarakan berbagai kegiatan atau event yang menghadirkan pendatang atau tamu dalam jumlah besar.

Fokus utama konsep perjalanan wisata pada umumnya adalah keberadaan daya tarik objek wisata sehingga wisatawan datang. Jadi, dalam konsep MICE, keberadaan objek wisata merupakan penunjang.

Selain itu, MICE juga harus ditunjang dengan fasilitas atau infrastruktur dan sumber daya manusia penyelenggara event yang profesional. Kehadiran pendatang atau tamu dalam konsep MICE menjadi sangat penting karena akan memberikan efek berganda bagi berbagai sektor.

Para pendatang yang menghadiri suatu event tentu saja menginap di berbagai hotel dan penginapan. Para tamu pasti juga mengunjungi berbagai tempat favorit, menikmati kuliner, dan membeli oleh-oleh di sekitar venue.

Perputaran ekonomi akan meningkat karena kehadiran para tamu yang mengikuti berbagai kegiatan atau event yang diselenggarakan. Pemerintah Kota Solo sejak lama ingin menjadikan Kota Solo sebagai salah satu tujuan MICE di Indonesia.

Kota Solo sangat sering menggelar kegiatan berskala nasional maupun internasional. Salah satu event terdekat yaitu Piala Dunia U-20 pada 2023. Kota Solo memiliki potensi yang kompetitif dalam pengembangan MICE.

Setidaknya hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, lokasi Kota Solo cukup strategis karena berada di tengah Pulau Jawa dan menghubungkan kota-kota besar di sekitarnya. Kedua, aksesibilitas menuju kota Solo juga sangat mudah.

Saat ini Kota Solo mudah dijangkau dengan berbagai moda transportasi, baik pesawat, kereta, maupun bus dan kendaraan pribadi dengan keterhubungan jalan tol. Ketiga, secara fasilitas pendukung, Kota Solo cukup memadai.

Saat ini fasilitas utama untuk kegiatan MICE semakin lengkap di Kota Solo. Kota Solo memiliki banyak hotel, convention center, pusat pameran atau ekshibisi, pusat pebelanjaan, hingga objek wisata, kuliner, dan oleh-oleh khas yang menarik bagi tamu yang datang di Kota Solo.

Koridor Jl. Adisucipto

Potensi khusus yang dimiliki Kota Solo yaitu koridor Jl. Adisucipto. Ruas Jl. Adisucipto adalah jalan utama di Kota Solo yang menghubungkan pusat Kota Solo menuju Bandara Adi Soemarmo dan arah ke Semarang dan Jogja.

Secara fisik Jl. Adisucipto sangat memadai dengan badan jalan yang lebar dan memiliki jalur lambat serta ruang terbuka hijau sepanjang jalan. Selain itu, sepanjang Jl. Adisucipto berdiri berbagai fasilitas lengkap. Fasilitas MICE di Kota Solo banyak beraglomerasi di sepanjang Jl. Adisucipto.

Lokasi utama muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah tahun 2022 berada di sepanjang Jl.  Adisucipto. Muktamar terdiri atas kegiatan pertemuan, persidangan, konferensi, dan pameran atau ekshibisi. Kegiatan ceremony pembukaan dilaksanakan di Stadion Manahan,

Kegiatan persidangan dilaksanakan di convention center Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan kampus UMS. Kegiatan pameran dilaksanakan di De Tjolomadoe. Tiga venue tersebut menjadi paket komplet yang mampu mewadahi kebutuhan kegiatan dalam MICE skala besar.

Berdasarkan pantauan faktual, antrean parkir bus para penggembira muktamar Muhamamdiyah dan Aisyiyah memanjang hampir di sepanjang jalan dari Stadion Manahan hingga De Tjolomadoe sejauh kurang lebih tujuh kilometre.

Para penggembira muktamar harus berjalan beberapa kilometer dari tempat parkir bus menuju tiga venue muktamar. Selain itu, keberadaan bus yang diparkir di sepanjang bahu jalan menyebabkan lebar jalan berkurang dan berakibat semakin macet.

Kualitas Jl. Adisucipto seharusnya bisa lebih ditingkatkan untuk menunjang keterhubungan venue MICE di Kota Solo. Berdasarkan evaluasi dari muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah, keberadaan jalur pedestrian yang nyaman masih sangat dibutuhkan.

Jalur pedestrian dapat dibuat lebih lebar. Kursi-kursi dapat ditambahkan di sepanjang jalur pedestrian untuk membantu pejalan kaki beristirahat. Selain itu, peneduh jalur pedestrian dapat ditambah di beberapa lokasi.

Kantong-kantong parkir komunal juga dapat disediakan untuk menampung kendaran dalam jumlah besar. Keberadaan jaringan transportasi yang terpadu akan lebih memudahkan pergerakan. Saat ini Kota Solo memiliki Batik Solo Trans yang harus terus ditingkatkan.

Kerja Sama

Pengembangan Kota Solo tidak akan maksimal tanpa kerja sama dengan daerah tetanga,  khususnya Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Boyolali yang secara administratif berbatasan langsung.

Potensi keberadaan fasilitas dan infrastruktur pendukung yang disebutkan sebelumnya sebenarnya berada tidak hanya di wilayah administrasi Kota Solo, tetapi berada di wilayah administrasi kabupaten tetangga.



Jl. Adisucipto melintasi kewenangan Kota Solo dan Kabupaten Karanganyar di Kecamatan Colomadu. Bandara Adi Soemarmo berada di Kabupaten Boyolali. Fasilitas hotel yang memadai juga banyak terdapat di Kabupaten Sukoharjo, khususnya di kawasan Solo Baru.

Selain itu, banyak tempat tujuan wisata yang berada di kabupaten sekitar Kota Solo. Perlu kesadaran bersama menjadikan Kota Solo sebagai brand bersama yang mampu mendatangkan keuntungan bersama.

Ini seperti halnya brand Jogja yang keuntungannya tidak hanya dirasakan Kota Jogja, tetapi dirasakan oleh kabupaten sekitar, yaitu Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman. Brand Solo memudahkan wisatawan atau tamu yang datang untuk mengasosiasikan Kota Solo dan sekitarnya.

Kesimpulanya, Kota Solo memiliki potensi yang kompetitif menuju pengembangan kota tujuan MICE. Fasilitas penunjang MICE semakin lengkap tersedia di Kota Solo dan kabupaten sekitar. Pengembangan MICE masih memerlukan berbagai peningkatan.

Fasilitas dan infrastruktur, sumber daya manusia, keterhubungan atau integrasi transportasi, dan kerja sama antarwilayah akan mendukung peningkatan di berbagai sektor. Tulisan ini secara lebih detail memberikan studi kasus masukan pada salah satu koridor utama MICE di Kota Solo yaitu Jl. Adisucipto.

Masukan yang diberikan melalui esai ini diharapkan dapat semakin mengukuhkan potensi Kota Solo sebagai tujuan MICE. Pada 2023 Kota Solo akan menghadapi event internasional yang mendatangkan massa dalam jumlah besar yaitu Piala Dunia U-20 di Indonesia.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 10 Desember 2022. Penulis adalah dosen di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya