SOLOPOS.COM - Anik Sulistyawati (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Mendengar kata ”pahlawan” jamak yang terlintas dalam benak kita adalah seseorang atau tokoh yang berjasa bagi bangsa dan namanya diabadikan dalam buku-buku sejarah, dijadikan nama jalan, hingga dibuatkan monumen atau patung di ruang publik agar mudah dikenang.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.  Setiap 10 November bangsa kita memperingati Hari Pahlawan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah mempersembahkan hadiah sekaligus warisan paling berharga untuk negeri ini, yakni kemerdekaan.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Untuk memperingati Hari Pahlawan, kita biasanya menggelar upacara hingga tabur bunga ke taman makam pahlawan. Namun, hal yang lebih penting dari peringatan atau seremonial Hari Pahlawan adalah mewarisi kemerdekaan hasil perjuangan para pahlawan dengan menjaga dan memberikan hal yang terbaik untuk negeri ini agar menjadi bangsa yang besar dan disegani.

Setelah lebih dari 77 tahun merdeka, negara kita nyatanya masih terbelenggu banyak masalah seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, pendidikan yang belum merata, hingga korupsi.

Negeri ini masih butuh pahlawan-pahlawan modern yang berjuang di segala bidang untuk kemakmuran warga bangsa ini. Tak perlu harus berjuang di medan perang untuk menjadi pahlawan.

Tak harus menunggu menjadi pejabat, tak harus menjadi tokoh, tak perlu menjadi orang penting, tak hanya menjadi orang berpengaruh, dan tak hanya punya jutaan followers di media sosial untuk ikut berperan dalam perjuangan memperbaiki negeri ini.

Namun, alih-alih menjadi pahlawan untuk bangsa, generasi bangsa ini ternyata punya masalah sendiri yang butuh segera ditangani. Sebenarnya ada cara yang bisa dilakukan oleh siapa saja di level manapun kedudukan sosial mereka untuk menjadi pahlawan, yaitu menjadi pahlawan untuk diri sendiri.

Berdasarkan hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang dirilis belum lama ini, satu dari tiga remaja berusia 10 tahun hingga 17 tahun di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir.

Jumlah itu setara dengan 15,5 juta remaja di negeri ini. Sebanyak satu dari 20 remaja berusia 10 tahun hingga 17 tahun di Indonesia juga mengalami gangguan mental. Angka ini setara dengan 2,45 juta remaja di negeri ini.

Menolong Diri Sendiri

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Selain itu, berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2016, diperoleh data bunuh diri per tahun sebanyak 1.800 orang atau setiap hari ada lima orang melakukan bunuh diri.

Sebanyak 47,7% korban bunuh diri berusia 10 tahun hingga 39 tahun yang merupakan usia anak, remaja, dan usia produktif. Negara ini butuh pahlawan-pahlawan yang bisa menolong diri sendiri di tengah maraknya masalah kesehatan mental yang menghantui sebagian besar generasi muda di negeri ini.

Rasanya akan sulit menjadi pahlawan untuk keluarga, bahkan bangsa, jika penduduk negeri ini masih belum mampu menjadi pahlawan untuk diri sendiri. Langkah awal untuk menjadi pahlawan untuk diri sendiri adalah dengan mencintai diri sendiri atau self love.

Ini adalah salah satu aspek penting  kesehatan, baik fisik maupun mental. Mencintai diri sendiri berarti kita menyayangi, menghargai, dan menerima segala hal yang ada pada diri kita.

Apabila seseorang bisa menerima kelebihan dan kekurangan diri, berdamai dengan diri sendiri, menyeimbangkan hidup, akan lebih mudah menerima realitas karena dia juga bisa mengendalikan emosi.

Untuk mencintai diri sendiri atau self love tentu terlebih dulu kita harus mengenal  dan bersahabat dengan diri  sendiri. Menurut Julie Hanks, terapis dari PsychCentral, langkah pertama mulai bersahabat dengan diri sendiri adalah dengan memperhatikan kebutuhan fisik, rohani/psikis, dan mental kita sendiri.

Untuk mewujudkan self love sebenarnya bisa dilakukan dengan hal-hal sederhana. Usahakan memenuhi kebutuhan fisik dengan baik dan teratur seperti mengonsumi makanan sehat hingga memberikan jatah istirahat bagi tubuh secara adil atau cukup dan berolahraga.

Jangan lupa memenuhi kebutuhan mental, psikis, dan rohani kita secara seimbang. Melakukan hobi bersama teman, menyenangkan diri sendiri dengan bersosialisasi, atau melakukan kegiatan sosial bisa meredakan stres dan menambah imunitas mental kita dengan cara bersyukur atas kehidupan yang kita miliki.

Jangan lupakan meluangkan waktu spesial untuk beribadah dan melakukan self talk, introspeksi, dan mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan dan apa yang akan kita rencanakan. Namun, perlu diingat,  segala kebutuhan tersebut seharusnya dipenuhi dengan cara-cara yang baik, sehat, dan berimbang.

Self love juga bisa dilakukan dengan cara membahagiakan diri dengan hal-hal kecil. Tak perlu banyak dana atau usaha untuk self healing karena kesenangan dan kebahagiaan bisa dipetik dari hal-hal sederhana, misalnya berjalan-jalan di sekitar rumah atau taman, berendam dengan air hangat, berkebun, membaca buku yang diminati, atau menonton film yang disukai.

Seperti ujar Mariah Carey dalam lagu Hero, ketika kita mencintai dan memahami diri, kita akan menemukan hero atau pahlawan di dalamnya. So when you feel like hope is gone // Look inside you and be strong // And you’ll finally see the truth // That a hero lies in you…

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 10 November 2022. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya