SOLOPOS.COM - Wakil Dekan 2 FTIK UIN Salatiga, Prof. Dr. Rasimin, S.Pd, M.Pd.(Istimewa)

Pierre Bourdie, dalam bukunya “Bahasa dan Kekuasaan Simbolik” menulis bahwa praksis sosial masyarakat tidaklah kosong, melainkan ada sistem sosial yang menghegemoni, salah satunya adalah ideologi.

Mengacu pada proposisi tersebut, pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, sebagai satu wujud praksis sosial sudah barang tentu juga ada idelogi yang bermain. Bawah sadar saya lalu memunculkan pertanyaan akademis, ideologi pendidikan macam apa yang mempengaruhi praksis pendidikan di UIN Salatiga?

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Memecahkan misteri ini, saya putuskan untuk melibatkan pendekatan interdisipliner, utamanya meminjam teori dan konsep dari kajian filsafatdan pemikiran relevanuntuk menyingkap ideologi pendidikan UIN Salatiga.

Pencarian ini saya mulai dengan menelusuri jejak genealogi filsafat Barat klasik, yang diwakili oleh adicita Plato dan Aristoteles. Dua filosof besar tersebut menggagas konsep peralihan pikiran mitos ke logos (demitologi). Konsep demitologi ini nampaknya muncul sebagai pijakan yang mengarahkan pendidikan di UIN Salatiga.

Dengan beraneka ragam perspektif, saya mengeksplorasi cara demitologi membentuk pola pikir kritis dan sistematis, menciptakan landasan bagi mahasiswa UIN Salatiga untuk memandang dunia dengan lapisan pemikiran rasional berbasis akal sehat.

Selanjutnya, kerumitan ideologis pendidikan di UIN Salatiga tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa melibatkan pemikiran Islam khususnya era pencerahan. Disitu, keterlibatan cendekiawan Muslim seperti Al Kindi, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Shina yang membuka jendela ke pemahaman tentang integrasi akal dan wahyu juga menjadi pondasi dalam praksis pendidikan UIN Salatiga.

Saya berusaha mengurai bagaimana nilai-nilai ini memainkan peran kunci dalam membentuk karakter dan pemikiran mahasiswa, menciptakan lulusan yang tidak hanya terdidik secara intelektual tetapi juga bermoral.
Kemudian saya juga membawa pemikiran filsafat kontemporer.

Dari sudut pandang filsafat kontemporer, seperti Albert Camus dan Michel Foucault, saya mencari jejak kritisisme dan dekontruksi yang mungkin memengaruhi cara UIN Salatiga membentuk paradigma pendidikannya. Dalam upaya ini, saya berusaha menangkap bagaimana lembaga ini menerapkan pemikiran kontemporer untuk memastikan relevansi dan adaptabilitasnya di tengah gelombang perubahan zaman. Melalui pandangan inilah UIN Salatiga terus bertumbuh memajukan ilmu pengetahuan.

Pandangan terakhir dalam pencarian saya melibatkan filsafat Timur, yang memberikan sentuhan lokal dan nuansa antropologi. Filsafat Timur, dengan penekanannya pada merawat local genius, memberikan perspektif penting tentang bagaimana UIN Salatiga tetap terhubung dengan nilai-nilai dan identitas lokalnya.

Daya Tahan Terhadap Perubahan

Saya berusaha menggali bagaimana pendekatan ini memberikan daya tahan terhadap perubahan dan membantu lembaga ini tetap relevan di tengah-tengah dinamika globalisasi namun tetap menjaga marwah jati diri sebenarnya, sehingga UIN Salatiga tetap memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki kampus-kampus yang lain.

Dengan membuka pintu ke berbagai disiplin kajian, saya merasa semakin mendekati pemahaman yang lebih tajam dan komprehensif tentang ideologi pendidikan di UIN Salatiga. Setiap sudut pandang memberikan lapisan baru pada narasi ini dan membentuk gambaran yang lebih kaya akan esensi serta tujuan pedagogi lembaga ini. Dalam perjalanan ini, pendekatan interdisipliner tidak hanya menjadi sarana untuk mengungkap misteri ideologis, tetapi juga merupakan pengalaman pengetahuan yang bernas.

Temuan-temuan ini mengungkapkan bahwa lembaga ini bukanlah sekadar kampus biasa. UIN Salatiga, dengan pendekatan interdisipliner yang dicurahkan dalam kurikulumnya, telah mampu mengadaptasi nilai-nilai klasik Barat, pemikiran Islam pencerahan, kritisisme kontemporer, dan kearifan lokal Timur menjadi satu kesatuan yang kokoh.

Hibrida pemikiran-pemikiran tersebut bukan hanya membantu lembaga bertahan di tengah arus perubahan zaman, tetapi juga menjadikannya kampus Islam yang diperhitungkan secara internasional. Membentuk lulusan yang bukan hanya cerdas secara akademis tetapi juga dilengkapi dengan moralitas dan kecerdasan spiritual. UIN Salatiga menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan Islam dapat berkembang dan bersinergi dengan nilai-nilai global tanpa kehilangan identitasnya.

Sebagai konklusi, UIN Salatiga berhasil melangkah sebagai wujud nyata dari bagaimana perpaduan berbagai filosofi dan pemikiran dapat menciptakan institusi pendidikan yang unggul. Dalam visinya untuk memberikan kontribusi nyata pada masyarakat dan dunia, UIN Salatiga telah membuktikan bahwa pendidikan yang diakar pada prinsip-prinsip klasik, nilai-nilai Islam, pemikiran kontemporer, dan kearifan lokal dapat menciptakan lulusan yang mampu tidak hanya menjadi intelektual, tetapi juga agen perubahan positif yang diperhitungkan di kancah dunia.

Artikel ini ditulis oleh Guru Besar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, Prof. Dr. Rasimin, S.Pd, M,Pd

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya