SOLOPOS.COM - Ivan Indra Kesuma (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Guru  seharusnya bisa digugu dan ditiru. Fakta menunjukkan banyak guru yang tidak pantas digugu dan ditiru. Banyak guru yang harus dibelenggu karena menjadi predator seksual.

Label predator seksual layak disematkan sebagai pengingat bagi anak-anak, orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, kepala dinas pendidikan, bahkan kepala daerah dan masyarakat umum.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Pengingat bahwa di sekolahan dan lembaga pendidikan lain masih terus terjadi kasus kekerasan seksual yang dilakukan guru kepada murid. Kasus kekerasan seksual bahkan penganiayaan yang dilakukan guru kepada siswa terus terjadi. Jamaknya oleh guru laki-laki kepada murid perempuan.

Berbagai kasus kekerasan seksual—tindakan cabul hingga perkosaan—yang dilakukan guru terhadap muridnya sendiri terus saja terjadi di berbagai daerah, di perdesaan maupun di perkotaan.

Peristiwa kekerasan seksual itu bukan hanya terjadi lingkungan pendidikan formal, tetapi juga di lingkungan pendidikan nonformal. Membuat miris sekaligus ironis. Guru yang seharusnya menjadi panutan, memberikan perlindungan, memberikan ilmu, malah berbuat sebaliknya: menjadi predator yang merusak fisik dan jiwa murid-murid.

Bukannya memberi pengayoman, malah menjadi sumber ancaman. Bukannya memberi perlindungan, justru merundung. Bukannya memberi ilmu, tapi malah bikin malu. Kasus di Kabupaten Wonogiri—guru dan kepala madrasah ibtidaiyah melakukan tindak kekerasan seksual kepada belasan siswa perempuan—menambah panjang daftar guru predator seksual di negeri ini.

Proses hukum sudah berjalan. Guru dan kepala madrasah itu kabarnya telah dinonaktifkan. Korbannya 12 siswa perempuan. Kasus seperti ini harus menjadi perhatian semua pihak. Betapa mengerikannya apabila predator seksual berbaju guru bebas berkeliaran di sekolah-sekolah, di lingkungan pendidikan formal maupun nonformal.

Sekolahan yang seharusnya menjadi lingkungan aman dan nyaman bagi anak-anak malah menjadi sarang predator seksual. Sungguh mengerikan. Pemerintah mengintensifkan pembentukan profil pelajar Pancasila, tapi malah ada guru yang yang berprofil predator seksual.

Guru seperti itu malah menghancurkan semangat membangun profil pelajar Pancasila. Kasus dan jumlah korban guru predator seksual yang ketahuan bisa dipastikan hanya puncak gunung es. Pasti masih banyak kasus kekerasan seksual yang belum ketahuan atau tak dilaporkan kepada aparat penegak hukum.

Pendidikan memang bukan hanya tanggung jawab pemerintah, sekolah, dan masyarakat, tapi juga keluarga atau orang tua. Pemerintah dan sekolah bertugas menyelenggarakan pendidikan sebaik-baiknya dengan segala fasilitas, infrastruktur, dan sumber daya manusia yang mumpuni.

Masyarakat berperan mendukung dengan menciptakan lingkungan yang nyaman maupun dukungan dalam kegiatan belajar mengajar. Orang tua atau wali murid menyiapkan biaya, membimbing atau memantau kegiatan belajar di rumah, dan berkomunikasi dengan guru dan anak tentang kegiatan di sekolah.

Peran pemerintah dan sekolah menyiapkan pendidik yang mumpuni seharusnya diikuti pembinaan dan pengawasan. Banyak cara yang bisa dilakukan pemerintah dan sekolah mencegah tindak kekerasan—terutama kekerasan seksual—di sekolah.

Pemerintah melalui dinas pendidikan dan sekolah melalui kepala sekolah seharusnya mencegah segala bentuk tindak kekerasan di lingkungan sekolah. Sesama guru bisa melihat atau mengamati perilaku satu sama lain.

Sekolah perlu secara rutin mengadakan konseling dengan murid-murid maupun orang tua dan wali murid untuk mengetahui perkembangan mereka dan hal-hal lainnya. Sinergi semua pihak setidaknya bisa mencegah terjadinya tindak kekerasan seksual di sekolahan dan menyingkirkan guru-guru predator seksual.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 5 Juni 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya