SOLOPOS.COM - Ponco Suseno (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Setiap kali memasuki musim pesta demokrasi alias pemilihan umum (pemilu), saya terkenang dengan lagu Mars Pemilu ciptaan Mochtar Embut. Dulu lagu itu menjadi lagu resmi pemilu di negeri ini.

Lirik lagu itu sederhana, tapi sangat membekas bagi generasi zaman itu. Pemilihan umum telah memanggil kita / seluruh rakyat menyambut gembira / hak demokrasi Pancasila / hikmah Indonesia merdeka…

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Grup band Slank pernah menyanyikan lagu tersebut. Mars Pemilu menjadi lebih mengentak dan kekinian. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan hari pemungutan suara Pemilu 2024 pada Rabu 14 Februari 2024.

KPU juga sudah membuka pendaftaran calon presiden) dan calon wakil presiden pada 19 Oktober—25  Oktober 2024. Ada tiga pasang yang akan maju ke Pemilu 2024.

Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar diusung Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Ummat.

Ganjar Pranowo-Moh. Mahfud Md. diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka diusung Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Garda Republik Indonesia (Garuda), dan Partai Rakyat Adil Makmur (Prima).

Pada era serbadigital ini penggalangan suara juga dilakukan di media sosial. Para pendukung mulai menjaring massa dengan membangun citra pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Mestinya seluruh rakyat harus menyambut gembira pemilu karena itu merupakan hak demokrasi Pancasila. Memperebutkan suara rakyat tentu akan kian masif saat memasuki masa kampanye pada 28 November 2023 sampai 10 Februari 2024.

Jika nanti terjadi dua putaran, KPU membikin jadwal kampanye pada 2—22 Juni 2024. Dalam politik ada istilah seni kemungkinan alias the art of the possible. Dalam politik tak ada kawan dan lawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan.

Tak mengherankan selalu ada “perang gajah” di jajaran elite partai politik. Mereka yang berada di tampuk kekuasaan biasanya membekali diri dengan kemampuan sumber daya manusia mumpuni dan kesadaran memahami perbedaan dalam pemilihan.

Meski terlibat saling gontok-gotokan saat kampanye, orang-orang di level elite partai politik itu akan kembali bersalaman dan berangkulan satu sama lain. Di level akar rumput tak segampang itu mengajak kembali bersatu.

Yang terjadi adalah permusuhan di akar rumput berlangsung dalam tempo lama. Tak percaya? Tengok saja saat berlangsung pemilihan kepala desa. Antara pemilihan presiden dan pemilihan kepala desa itu sama-sama memilih langsung.

Fakta menunjukkan masih ada yang congkrah antartetangga, bahkan antarsaudara,  hanya gara-gara berbeda pilihan saat pesta demokrasi. Upaya islah antarpendukung jarang dilakukan karena antarkubu yang berlawanan itu bersikap menutup diri meski pesta demokrasi sudah rampung.

Di sinilah peran keluarga sangat dibutuhkan. Ruang pendidikan politik perlu dibuka hingga ke tingkat keluarga agar melek politik. Seorang ayah, misalnya (selaku pemimpin keluarga), perlu mengajak anggota keluarga yang memiliki hak pilih berbincang ringan soal pemilu.

Hal yang paling ditekankan dalam esensi setiap obrolan itu adalah perbedaan itu fitrah manusia. Berbeda pilihan tak jadi soal asalkan tetap saling menghormati. Dalam politik semua memang serbamungkin, termasuk para pemilih.

Hari ini mungkin mantap memilih si A, bisa jadi esok hari memilih si B karena berbagai pertimbangan dan perkembangan. Di satu keluarga bisa jadi pula memiliki pilihan yang berbeda satu sama lain.

Hal itu bisa terjadi karena politik kadang-kadang ada area abu-abu. Dibutuhkan kejelian dan kecermatan dalam membacanya. Semangat menciptakan pemilu damai harus dihidupkan di lingkungan keluarga.

Upaya menciptakan pemilu damai tak cukup hanya membebankan pada penyelenggara pemilu atau aparat keamanan. Semangat itu harus digelorakan di tengah lingkungan masyarakat, di berbagai tempat tongkrongan warga, termasuk di media sosial dan terutama lagi di lingkungan keluarga.

Urusan pemilih saat pesta demokrasi tak hanya memilih pemimpin. Pada era media sosial dan perkembangan teknologi, setiap pemilih juga dituntut menjadi pemilih cerdas.

Pemilih yang punya pendirian dan selalu risi saat melihat kampanye hitam, hoaks, dan sekadar menjelek-jelekkan yang lain karena atas dasar tidak suka. Pemilih cerdas bisa menyaring informasi dengan baik.

Tak mudah terjerumus menjelek-jelekkan orang lain hanya karena beda pilihan. Suhu politik di Indonesia hampir pasti akan kian memanas hingga hari pencoblosan. Suhu itu akan tetap memanas setelah pencoblosan.

Berbagai daerah padat penduduk sudah hampir pasti menjadi “medan pertempuran” bagi mereka yang menginginkan suara rakyat. Di setiap keluarga harus mulai membiasakan diri dengan arti penting perbedaan agar semua berjalan kondusif,.

Sejarah bangsa mencatat, sejak Indonesia lahir, para founding fathers menyampaikan Indonesia terdiri atas berbagai macam agama, suku bangsa, adat-istiadat, budaya, bahasa, dan ragam perbedaan lainnya.



Guna menyatukan perbedaan itu dibutuhkan Pancasila yang di dalamnya mengajarkan tentang Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua. Nilai-nilai luhur dalam Pancasila harus terus dihidupkan hingga lingkungan keluarga.

Dengan Pancasila, Indonesia menjadi bangsa yang berketuhanan. Di ajaran agama manapun, kasih sayang dan saling menghormati sangat dianjurkan. Adat ketimuran mengutamakan perdamaian.

Semoga, sebagai bangsa yang besar, Indonesia bisa melalui setiap tahapan Pemilu 2024 dengan damai dan riang gembira. Keluarga punya peran penting mewujudkan harapan tersebut.

Mari rayakan pesta demokrasi dengan sukacita. Ingatlah lirik lagu Mars Pemilu ciptaan Mochtar Embut: Pemilihan umum telah memanggil kita / seluruh rakyat menyambut gembira / hak demokrasi Pancasila / hikmah Indonesia merdeka…

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 6 November 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya