SOLOPOS.COM - Gunoto Saparie, penyair, Sekretaris Dewan Kesenian Jawa Tengah (JIBI/SOLOPOS/Ist)

Gunoto Saparie, penyair, Sekretaris Dewan Kesenian Jawa Tengah (JIBI/SOLOPOS/Ist)

Setelah Kongres Bahasa Jawa (KBJ) V di Surabaya, apa yang harus dilakukan? Salah satu rekomendasi KBJ IV di Semarang pada 2006 adalah perlunya pembuatan dan pemberlakuan peraturan daerah (perda) di Jateng, Jatim dan DIY yang mengatur pembinaan bahasa dan sastra Jawa. Perda ini diharapkan menjadi payung agung sehingga catur pilar bahasa dan sastra Jawa bisa duduk bersama.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Catur pilar itu adalah eksekutif (gubernur, bupati/walikota, kepala dinas), legislatif (DPRD), pegiat (pelaku) bahasa dan sastra Jawa, dan dunia usaha (pers, penerbit). Mereka harus berjalan sinergis. Ternyata Perda itu tak kunjung dibuat dan diberlakukan sampai KBJ V di Surabaya. Provinsi Jawa Barat (Jabar) telah memiliki Perda Kebudayaan sejak 2003. Perda Kebudayaan itu mencakup tiga Perda yaitu Perda No 5/2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah, Perda No 6/2003 tentang Pemeliharaan Kesenian dan Perda No 7/2003 tentang Pengelolaan Kepurbakalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional dan Museum.

Sejak 1951 sampai sekarang, isu kepunahan bahasa menjadi perhatian dunia. Menurut catatan UNESCO, setiap tahun sedikitnya ada 10 bahasa punah. Apa saja yang bisa menyebabkan sebuah bahasa punah? Ada beberapa faktor dominan yang memengaruhi kepunahan bahasa.

Pertama, keberagaman bahasa yang tinggi. Contohnya bahasa Dayak yang berbeda antara satu subsuku dengan subsuku lainnya. Kondisi itu tidak memungkinkan orang Dayak yang berbeda subsuku untuk tetap memakai bahasa mereka masing-masing dalam berkomunikasi sehari-hari, bahkan di sebuah rumah tangga yang sama sekalipun. Kedua, kebijakan pendidikan yang tidak mendukung usaha pelestarian bahasa ibu.

Sering kali orang menganggap belajar bahasa daerah tak akan membawa banyak manfaat. Yang dibutuhkan seorang anak adalah bahasa asing untuk mencapai jenjang karier tertentu, bukan bahasa daerah. Sementara beberapa penelitian menunjukkan seorang anak justru akan lebih fasih mengungkapkan pikirannya jika mereka menggunakan bahasa ibu.

Ketiga, perkawinan campur. Banyak sekali anak yang tak bisa menggunakan bahasa daerah karena ayah dan ibunya menggunakan bahasa Indonesia karena berasal dari dua etnis berbeda. Kondisi seperti ini cenderung terjadi di daerah heterogen seperti perkotaan. Keempat, informasi yang terbatas tentang sebuah bahasa. Hal ini mengakibatkan sebuah bahasa susah diakses oleh peneliti atau orang-orang yang tertarik mendokumentasikannya.

Kelima, penjajahan. Menurut Melissa Nelson dan Philip Klasky, aktivis konservasi budaya di San Fransisco (Mander, 2006), ada dua strategi utama yang digunakan untuk menghapus sebuah budaya asli, yaitu cara cepat melalui genocide (perang), penyebaran penyakit dan kelaparan serta cara lambat melalui asimilasi budaya kolonial dan konversi agama.

Keenam, bencana alam. Di Indonesia, matinya sebuah bahasa bisa saja terjadi dengan sangat tiba-tiba karena wilayah Indonesia rawan bencana. Menurut para ahli geologi, Indonesia masuk ke dalam lingkaran cincin api dunia, wilayah yang rawan gempa bumi dan letusan gunung berapi. Menurut Crystal (1997), setidaknya ada lima tujuan upaya pelestarian bahasa ibu yaitu mewujudkan diversitas budaya, memelihara identitas etnis, memungkinkan adaptasi sosial, secara psikis menambah rasa aman bagi anak dan meningkatkan kepekaan linguistik. Kelimanya berkelindan dalam konteks kebudayaan.

Chaedar Alwasilah menganggap revitalisasi bahasa ibu harus ditempatkan sebagai bagian dari strategi kebudayaan dengan sejumlah alasan. Pertama, nilai bahasa terletak pada makna yang disimbolkannya. Bahasa Inggris, misalnya, dianggap sebagai simbol modernisme dan teknologi, sementara bahasa Arab dianggap sebagai simbol agama Islam. Dua contoh ini menguatkan asumsi bahwa bahasa adalah kendaraan kebudayaan.

Kedua, dalam konteks Indonesia, rujukan budaya nasional pada mulanya tiada lain adalah budaya-budaya etnis yang diklaim sebagai budaya nasional. Kita tidak boleh melupakan bahwa negara kesatuan Indonesia terbentuk atas kesepakatan kelompok-kelompok etnis untuk berhimpun diri dalam sebuah organisasi yang disebut negara kesatuan. Ketiga, pada umumnya orang asing yang mempelajari Bahasa Indonesia dan bahasa sebuah etnis lebih banyak didasari minat mempelajari budaya daripada bahasanya.

Terasing
Demikianlah, bangsa ini menjadi asing terhadap budaya etnisnya sendiri, sementara budaya pop global menerjang tanpa henti melalui berbagai media. Bagaimana caranya mempertahankan bahasa ibu kita? Provinsi Jateng, Jatim dan DIY patut mencontoh apa yang dilakukan Jabar dalam mempertahankan bahasa Sunda (kebudayaan Sunda). Meskipun Sunda adalah etnis kedua terbesar setelah Jawa, mereka sadar bahasa Sunda yang memiliki penutur lebih dari 21 juta itu tetap harus melakukan langkah-langkah pemertahanan.

Pertama, pada tataran kebijakan makro sudah terbit tiga Perda. Tiga perda itu merupakan fondasi kebijakan perencanaan politik bahasa yang menempatkan bahasa daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari strategi atau politik kebudayaan daerah. Kedua, telah membentuk sebuah lembaga bernama Kalang Budaya Jawa Barat yang berfungsi sebagai think tank pemerintah daerah dalam bidang kebudayaan.

Ketiga, telah berdiri Pusat Studi Sunda sebagai realisasi dari rekomendasi Konferensi Internasional Budaya Sunda. Keempat, sudah berdiri beberapa penerbit yang khusus menerbitkan buku-buku berbahasa Sunda dan buku karya sastra Sunda, seperti penerbit Kiblat Buku Utama dan Geger Sunten. Juga sudah terbit Ensiklopedi Sunda: Alam, Manusia, dan Budaya, Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi (Pustaka Jaya, 2000) setebal xv + 719 halaman. Ini merupakan ensiklopedia budaya etnis terbesar yang pernah terbit di Indonesia.

Kelima, sudah berdiri Yayasan Kebudayaan Rancage yang diketuai Ajip Rosidi. Lembaga ini memberikan Hadiah Sastra Rancage setiap tahun sejak 1989 kepada para sastrawan yang menulis dalam bahasa-bahasa daerah. Juga telah berdiri Yayasan Daya Budaya Pasundan yang memberikan Anugerah Seni RTA Soenarja, Hadiah Jurnalistik RH Muhammad Koerdie, Hadiah Sastra DK Ardiwinata dan Hadiah Pagajaran Basa R Soeria Diraja.

Nama-nama hadiah itu diambil dari nama-nama tokoh Sunda yang telah berjasa dalam memajukan seni, jurnalisme, sastra dan pengajaran bahasa Sunda. Keenam, sejak 1957 terbit majalah hiburan dan kebudayaan berbahasa Sunda Mangle dan terus bertahan sampai sekarang. Majalah ini isinya sebagian besar cerita pendek, cerita bersambung, sajak dan artikel berbagai isu kebudayaan.

Ketujuh, pada 1952 berdiri Lembaga Basa Jeung Sastra Sunda (LBSS) yang sejak 1989 sampai kini memberikan anugerah sastra. LBSS bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat menerbitkan Kamus Indonesia-Sunda dan Kamus Sunda-Indonesia.

Selain langkah seperti yang ditempuh pemangku kepentingan bahasa Sunda di atas, ada banyak cara lagi, misalnya, mulai dari keluarga masing-masing bahasa ibu dikenalkan kepada anak-anak. Yang paling penting, di sekolah, seperti yang direkomendasikan UNESCO sejak 1951, bahasa ibu sebaiknya menjadi bahasa pengantar. Saatnya sekarang kita menghilangkan citra buruk bahasa daerah adalah bahasa yang ketinggalan zaman. Kita tahu hampir separuh bahasa ibu di antara 6.000 bahasa di dunia tidak pernah hadir di arena publik.

Sebuah hasil survei menunjukkan hampir 55% komunikasi internasional (melalui e-mail dan pos) menggunakan bahasa Inggris, lebih 74% hasil penelitian menggunakan bahasa Inggris. Sekarang bahasa Inggris telah menjadi bahasa ibu untuk 450 juta orang di dunia. Bahasa merupakan jati diri setiap bangsa. Hilang jati diri suatu bangsa bila bahasa aslinya punah. Karena itu, Hari Bahasa Ibu Internasional setiap 21 Februari harus menjadi momentum untuk menunjukkan jati diri suku bangsa Jawa.

Sebagai masyarakat di tatar Jawa, kita mengharapkan warga Jateng, Jatim dan DIY bisa menggunakan, memelihara dan mengembangkan bahasa daerah atau bahasa Jawa dimulai di lingkungan keluarga masing-masing. Secara bertahap dijadikan alat komunikasi dengan tetangga, kemudian di lingkungan warga, kampung bahkan sampai provinsi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya