SOLOPOS.COM - Danang Nur Ihsan (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Pada  pekan lalu dua kali saya berkesempatan mengunjungi Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, yang sebenarnya untuk dua urusan yang berbeda. Entah mengapa setiap kali mendengar kata Blora, pikiran saya selalu teringat dengan Pramoedya Ananta Toer dan Randublatung.

Saya kemudian teringat dengan istilah kabupaten tersepi di Jawa Tengah yang merujuk pada Kabupaten Blora. Istilah ini melekat secara sosiologis dengan Kabupaten Blora karena lebih dari 50% wilayahnya berupa hutan.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

“Sebenarnya tidak sepi-sepi amat kok, Mas, kalau di pusat kotanya [ibu kota Kabupaten Blora]. Kalau urusan kuliner sebenarnya tidak pernah mati. Pagi ada kuliner pagi, siang ada, malam nanti ada warung lain yang berbeda,” ujar salah seorang kolega yang bekerja di Kabupaten Rembang, namun banyak beraktivitas di Kabupaten Blora, di salah satu restoran di Kabupaten Blora, kala itu.

Ada cerita menarik terkait “predikat” kota tersepi yang disandang Kabupaten Blora ini. Tahun lalu, Bupati Blora Arief Rohman sampai penasaran dengan istilah kota tersepi yang sempat menjadi pemberitaan di Solopos.com beberapa waktu lalu.

Akhirnya sang bupati bertandang ke Griya Solopos di Kota Solo. Bagi Arief, pandangan tentang Kabupaten Blora sebagai kabupaten tersepi itu menjadi celah untuk mengerek nama Blora dikancah nasional. Bahwa Kabupaten Blora masih punya potensi yang luar biasa besar dikembangkan.

Arief lantas berkisah upaya memberdayakan potensi Kabupaten Blora dengan menggenjot infrastruktur, khususnya jalan raya, termasuk harus berutang demi mempercepat perbaikan jalan. Total dalam dua tahun terakhir ada 156 kilometer jalan dibangun.

Meski begitu, hingga Mei 2023, masih ada 261 kilometer jalan kabupaten rusak di Blora dari total jalan 916 kilometer. Itulah yang sempat dikemukakan Arief Rohman kepada Presiden Joko Widodo saat mengunjungi Kabupaten Blora pada Maret 2023.

Kala itu, Presiden Jokowi melintasi jalan-jalan rusak di Kabupaten Blora selama kunjungan kerja itu. Logika yang melatarbelakangi itu sebenarnya sederhana, perbaikan infrastruktur, khususnya jalan rusak, akan berimbas ke mobilitas dan aksesibilitas di berbagai pelosok wilayah Kabupaten Blora.

Mobilitas dan aksesibilitas yang mudah dan lancar jadi pembuka jalan perputaran ekonomi, termasuk datangnya investasi di kabupaten itu. Dalam urusan investasi, Kabupaten Blora masih punya banyak pekerjaan.

Pada sepanjang 2022, Kabupaten Blora belum dilirik para investor baik berupa penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau penanaman modal asing (PMA). Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah menunjukkan Kabupaten Blora berada di peringkat bawah investasi di Jawa Tengah pada 2022.

Dalam konteks usaha menengah dan besar, PMA yang masuk ke Kabupaten Blora pada 2022 hanya Rp347,27 juta dari total PMA yang masuk ke Jawa Tengah senilai Rp33,9 triliun. Begitu pula dengan PMDN yang hanya sekitar Rp74,49 miliar dari total Rp24,99 triliun di seluruh Jawa Tengah.

Dalam konteks usaha mikro dan kecil, investasi di Kabupaten Blora pada 2022 tergolong kecil dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Tengah, yaitu Rp137,16 miliar dari total Rp9,52 triliun.

Langkah awal perbaikan infrastruktur harus seiring sejalan dengan kemudahan dalam berinvestasi karena ini menjadi salah satu kunci penting menggaet investor. Dua hal ini menjadi awal agar potensi yang dimiliki suatu daerah bisa optimal menggaet investor.

Di sinilah Kabupaten Blora harus berani mengambil posisi yang jelas dan tegas terkait investasi yang selaras dengan potensi. Misalnya, wilayah yang didominasi hutan—khususnya pohon jati—menjadi kekuatan untuk mengembangkan produk olahan hutan, bukan hanya dalam bentuk kayu gelondongan.

Populasi sapi di Jawa Tengah paling banyak di Kabupaten Blora juga menjadi celah usaha pakan ternak. Begitu juga dengan potensi wisata seperti Waduk Greneng di Kecamatan Tunjungan yang menawarkan pesona alam danau dikelilingi hutan jati.

Jangan lupakan pula bahwa Kabupaten Blora yang termasuk kawasan penghasil minyak dan gas bumi bersama Kabupaten Bojonegoro di Provinsi Jawa Timur. Potensinya bukan hanya eksplorasi minyak dan gas, namun juga geoheritage dan geopark.

Geoheritage di Kabupaten Blora sudah digagas Pemerintah Kabupaten Blora dengan menggandeng Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Strateginya mengembangkan geoheritage sektor petroleum system. Ini semua tentu tidak mudah dan butuh proses. Kita nantikan saja apakah Kabupaten Blora bisa berjalan menuju realisasi slogannya: Blora Mustika.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 12 Juni 2023. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya