SOLOPOS.COM - Petani merawat tanaman porang di Dusun Babakan, Desa Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Kementerian Pertanian menargetkan luas tanam umbi porang pada tahun 2024 akan mencapai 100.000 hektare. (Antara/Adeng Bustomi)

Dalam beberapa tahun terakhir umbi-umbian spesise Amorphophallus muelleri atau lebih dikenal dengan sebutan porang naik daun. Di Kabupaten Wonogiri kini muncul inovasi membikin mi dengan bahan baku porang, bukan bahan baku utama memang.

Mi porang bisa menjadi alternatif mengurangi ketergantungan terhadap gandum impor. Kini mayoritas mi untuk aneka keperluan dibuat dari gandum impor itu. Inisiatif membuat mi porang butuh dukungan banyak pihak agar tak layu sebelum berkembang.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Porang yang juga dikenal dengan sebutan  iles-iles atau coblok layak menjadi makanan alternatif selain beras. Kabupaten Wonogiri menjadi salah satu sentra porang nasional bersama Kabupaten Madiun di Jawa Timur dan Kabupaten Bandung di Jawa Barat.

Di Kabupaten Wonogiri porang dibudidayakan, antara lain, di Kecamatan Karangtengah, Kecamatan Slogohimo, Kecamatan Baturetno, Kecamatan Jatisrono, Kecamatan Jatipurno, dan Kecamatan Jatiroto.

Hasil panen porang di Kabupaten Wonogiri pada 2021 mencapai 5.000 ton, namun turun drastis menjadi 2.500 ton pada 2022 karena sebagian petani porang beralih menanam tanaman lain. Harga porang yang anjlok juga menjadi penyebab panen porang turun.

Porang yang kian dikenal beberapa tahun terakhir menjadi momentum memperhatikan serius umbi-umbian ini agar memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan sekaligus menjadi pangan alternatif.

Kini di Kabupaten Wonogiri dikembangkan mi berbahan porang. Dalam beberapa bulan diuji coba dan produksinya belum skala besar. Porsi porang dalam pembuatan mi hanya 30% dan dipadukan dengan bahan baku lainnya.

Inisiatif membuat mi porang selayaknya didukung dan dikembangkan. Inisiatif membuat mi berbahan porang—yang menggantikan gandum—secara otomatis akan berdampak positif bagi petani porang karena produksinya terserap ke pasar.

Inilah yang akan menggerakkan ekonomi Kabupaten Wonogiri di sektor pertanian. Mi porang yang dikembangkan di Kabupaten Wonogiri telah memiliki target pasar jelas, yaitu jaringan pedagang mi ayam Wonogiri yang dikenal di berbagai wilayah Indonesia.

Pedagang mi ayam asal Kabupaten Wonogiri tersebar di berbagai daerah di negeri ini. Mi porang telah dikenalkan kepada pedagang dan konsumen mi ayam Wonogiri.

Dengan dukungan publikasi dan sosialisasi, mi porang ini bisa dimanfaatkan para pedagang mi ayam Wonogiri sebagai bahan baku. Pemerintah seharusnya menangkap potensi ini dengan menyediakan sarana pengembangan, misalnya penyediaan sarana dan teknologi sehingga produksi mi porang bisa memasuki skala besar, skala industri.

Mi porang harus dipromosikan secara gencar karena bisa menjadi produk khas Kabupaten Wonogiri. Perpaduan porang dengan nama besar mi ayam Wonogiri yang terkenal di seluruh negeri ini akan menciptakan efek ekonomi yang besar.

Ini sekaligus bisa menciptakan ikon baru: mi ayam porang Wonogiri. Ikhtiar demikian akan memberdayakan inisiatif membuat mi porang sehingga tak berujung layu sebelum berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya