SOLOPOS.COM - Suharsih (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Lebaran  2024 telah tiba. Tradisi yang sudah berlangsung bertahun-tahun bersamaan Lebaran adalah warga yang bekerja atau tinggal di perantauan mudik, pulang ke kampung halaman.

Di antara mereka ada yang mudik menggunakan kendaraan umum seperti kereta api atau bus. Banyak pula yang pulang kampung bersama keluarga menggunakan kendaraan pribadi. Wilayah Soloraya menjadi salah satu daerah tujuan mudik setiap Lebaran.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Puluhan ribu warga hingga ratusan ribu warga mudik dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Bogor, Depol, Tangerang, dan Bekalis maupun dari luar Jawa menuju Soloraya.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah bersama pihak-pihak terkait untuk membantu kelancaran, keamanan, serta kenyamanan perjalanan pemudik menuju kampung halaman.

Upaya itu berupa penyediaan sarana dan prasarana transportasi, misalnya memperbaiki jalan-jalan yang rusak dan pengoperasian jalur tol Solo—Jogja secara fungsional karena masih dalam tahap pembangunan.

Selain itu, pendirian pos-pos pengamanan, rest area, dan program mudik gratis bagi warga perantau yang bekerja di sektor informal. Jumlah warga yang mudik pada tradisi tahunan sangat banyak dan multiplier effects dari tradisi itu bagi perekonomian cukup besar.

Mudik adalah perpindahan uang dalam jumlah sangat besar dari kota-kota besar ke banyak daerah. Pemudik pasti akan membelanjakan uang di kampung halaman. Sektor pariwisata makin ramai karena pemudik yang pulang ke kampung halaman biasanya tak hanya bertemu keluarga, tapi juga berwisata.

Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta para pakar dan akademikus bidang transportasi telah mengadakan survei potensi pergerakan masyarakat selama Lebaran 2024.

Berdasarkan hasil survei itu, diperkirakan 193,6 juta orang melakukan perjalanan mudik pada Lebaran 2024. Angka ini sama dengan 71,7% dari jumlah penduduk Indonesia.

Data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menjelaskan jumlah pemudik Lebaran tahun ini 193,6 juta orang, berarti naik sekitar 60% dibanding pada Lebaran 2023.

Puncak arus mudik terjadi pada 5—7 April 2024 sedangkan puncak arus balik diprediksi terjadi pada 14—15 April 2024. Tiga provinsi tujuan pemudik paling banyak yaitu Jawa Tengah sebanyak 31,8% (61,5 juta orang), Jawa Timur 19,4% (37,5 juta orang), dan Jawa Barat 16,6% (32,1 juta orang).

Seandainya satu orang pemudik menghabiskan rata-rata Rp1 juta saja berapa triliun rupiah uang yang berputar dari para pemudik tersebut? Berapa juta unit usaha di daerah tujuan mudik yang diberdayakan olehtradisi tersebut?

Salah satu sektor yang bakal terdongkrak oleh pemudik yang berdatangan ke daerah adalah pariwisata. Bagi daerah tujuan pemudik, perantau yang pulang kampung saat Lebaran adalah peluang mendongkrak pendapatan dari sektor wisata dan yang terkait dengannya, seperti kuliner, oleh-oleh, parkir, dan lain-lain.

Para perantau yang pulang, setelah berlebaran bersama keluarga, mayoritas akan menghabiskan waktu libur Lebaran dengan berekreasi, mengunjungi tempat-tempat wisata sebelum kembali ke perantauan.

Peluang ini tak boleh dilewatkan oleh para pelaku usaha wisata, termasuk pemerintah, untuk menarik pengunjung ke objek wisata. Mayoritas pengelola dan pelaku usaha wisata memahami hal ini dan berupaya menangkap peluang itu.

Jauh-jauh hari telah melakukan berbagai persiapan dan pembenahan tempat wisata yang mereka kelola, menambah wahana baru, dan sebagainya. Banyak tempat wisata memanfaatkan momen libur Lebaran, memanfaatkan kedatangan para pemudik,  untuk mendongkrak pendapatan.

Ada yang menaikkan tarif atau harga tiket masuk objek wisata. Tarif parkir atau harga makanan juga jamak dinaikkan. Itu sah-sah saja asalkan kenaikannya wajar, tidak terlalu tinggi dan tidak aji mumpung hingga membuat para pemudik yang berwisata merasa dikepruk.

Para pemudik umumnya memahami ketika harga tiket masuk objek wisata dan harga makanan atau minuman naik dibandingkan kondisi normal. Apabila kenaikan harga terlampau tinggi dan terkesan aji mumpung, efeknya bisa berbuntut panjang hingga ke citra objek wisata itu di mata publik.

Para era serbadigital siapa saja bisa dengan mudah memviralkan sesuatu lewat media sosial sehingga informasi apa pun menyebar dengan cepat. Para pengelola tempat wisata tentu tidak ingin membuat para pengunjung kecewa dan kapok, tak mau datang lagi pada kemudian hari.

Mereka harus bijak dan berusaha menciptakan ekosistem pariwisata dan fasilitas pendukung yang baik agar para pengunjung merasa nyaman dan senang. Jangan sampai ada keluhan-keluhan, apalagi sampai viral.

Peneliti Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada, Destha Titi Raharjana, mengatakan pemerintah bersama penyedia jasa serta pelaku usaha wisata harus memastikan ekosistem pariwisata yang nyaman bagi pengunjung untuk mewujudkan destinasi wisata yang bertanggung jawab (puspar.ugm.ac.id).

Pelaku usaha jasa wisata harus melayani secara proporsional, jangan sampai merusak citra wisata hanya karena menaikkan harga dengan alasan aji mumpung atau memberikan layanan yang kurang baik.

Perlu dihindari perlakuan yang tidak nyaman kepada wisatawan. Penting bagi kelompok sadar wisata menjaga citra lokasi wisata dengan baik. Hal yang tak kalah penting diperhatikan adalah masalah sampah.

Semakin banyak orang beraktivitas akan semakin banyak pula sampah. Pemerintah dan pengelola tempat wisata wajib memperhatikan masalah ini dan mengantisipasi terjadinya penumpukan sampah yang bikin kumuh dan tidak nyaman.



Sediakan tempat-tempat sampah serta petugas yang rutin mengangkut sampah tersebut. Semua upaya itu adalah investasi jangka panjang bagi daerah tujuan mudik agar mampu mendongkrak perekonomian dari tradisi tahunan mudik tiap Lebaran.

Janganlah disia-siakan dengan perlakuan yang membuat kecewa para pemudik. Mereka ibarat tamu yang sedang berkunjung sehingga harus diperlakukan dengan baik.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 8 April 2024. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya