SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Pasal 3 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1956 tentang Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia menjelaskan demi kepentingan nasional yang dikhususkan pada kepentingan perdamaian dan umat manusia, wajiblah untuk membimbing dan memajukan dengan usaha belajar mendalami ilmu pengetahuan yang komprehensif.

Dengan ilmu pengetahian tersebut manusia mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk kehidupan pada masa depan. Pada 3—9 Agustus 1958 di Malang, Jawa Timur, diselenggarakan Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Kongres tersebut dibuka dengan pidato ketua panitia penyelenggara, ketua panitia kongres, kepala daerah swatantra tingkat I Jawa Timur, panglima Teritorium V Brawijaya, dan kepala daerah swatantra tingkat II Kotapraja Malang.

Presiden Soekarno memberikan amanat pada akhir sesi sidang, yakni sidang penutup Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional 1958. Pada pidato itu Presiden Soekarno mengatakan dirinya tidak pernah mengetik tulisan karena ia tidak bisa mengetik.

Ia juga mengatakan bahwa dirinya menganggap sebuah treble work ketika harus membaca, mengumpulkan laporan singkat maupun panjang dari kementerian, dan menganalisis. Hasil dari semua itu ia tulis dengan menggunakan pena, meskipun sangatlah banyak.

Dalam pidato yang berapi-api itu, Presiden Soekarno mengatakan walau sudah tidak lagi  berada dalam hall of sciences tetap merasakan bahwa ilmu pengetahuan sangat penting dan sangat diperlukan.

Ini berkesinambungan dengan Undang-undang Dasar 1945 mengenai masyarakat adil dan makmur. Dalam penyelenggaraan masyarakat yang adil dan makmur ini perlu kesadaran bahwa seiring bergantinya hari maka memerlukan bantuan ilmu pengetahuan.

Soekarno juga mengatakan ilmu pengetahuan harus revolusioner. Tidak hanya dalam materi yang harus revolusioner, namun dalam pengimplementasian juga harus revolusioner. Ilmu pengetahuan harus mencari; agama berdasarkan atas kepercayaan. Di atas beberapa kepercayaanlah didasarkan agama.

Ilmu pengetahuan berdasarkan atas ketidakpercayaan. Tercapai satu hasil, tidak percaya bahwa hasil inilah kebenaran, cari lagi. Tercapai lagi satu hasil, tidak percaya, belum percaya bahwa hasil ini adalah kebenaran. Mencari lagi, demikian seterusnya.

Pada akhir pidato Soekarno berpesan untuk segera meninggalkan free fight liberalism, segera memperbarui segala aspek ilmu pengetahuan untuk menyongsong realiseren dunia baru yang dicita-citakan, serta harus mengadakan retooling for the future.

Setidaknya, duduknya ilmu  pengetahuan itu di atas tempat yang sangat penting. Pidato pembuka dimulai oleh ketua panitia penyelenggara Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo. Mulanya dia menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta kongres yang hadir.

Setelah itu dilanjutkan permintaan maaf karena tempat yang digunakan untuk kongres kurang memadai dan juga penginapan yang ala kadarnya. Setelah pidato ketua panitia dilanjutkan sambutan ketua panitia kongres Prof. Dr. Sardjito.

Dalam pidato sambutan Sardjito menyampaikan bahwa Kongres Ilmu Pengetahuan ini suatu peristiwa yang mempunyai arti yang sangat besar untuk kita semua karena hasil kongres ini akan dapat dipakai sebagai ukuran dari tinggi rendahnya taraf ilmu pengetahuan para sarjana Indonesia.

Sardjito juga menyerukan dalam pidato itu untuk membaca kembali ikhtisar-ikhtisar yang masuk ke dalam Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia. Setelah membaca ikhtisar-ikhtisar itu dapat membuat kesimpulan bahwa hampir semua lembaran kerja dapat dimasukkan dalam golongan ilmu pengetahuan dangan tujuan untuk dipraktikkan (applied science) dan hanya satu dua karangan saja yang membahas hal teori.

Sekarang sukar sekali mengetahui sungguh-sungguh batas antara buah-buah pikiran yang ditujukan pada teori saja dan yang lain dimasukkan dalam golongan applied science. Pada akhir pidato Sardjito mengarakan para sarjana senantiasa memperlihatkan dan mencari pengupasan soal-soal yang langsung atau tidak langsung mengenai kehidupan atau praktik.

Dengan jalan demikian para sarjana di samping pekerjaan rutin sebagai pegawai, senantiasa turut serta dengan keilmuannya dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Setelah ketua kongres menyampaikan pidato dan membuka kongres tersebut dilanjutkan pidato sambutan yang disampaikan Panglima Teritorium V Brawijaya Kolonel M. Sarbini.

Perwira menengah TNI itu menyampaikan bahwa manusia dan alam merupakan unsur dwitunggal yang tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut akan menarik jika dipelajari dan diketahui segala rahasia-rahasianya dengan sempurna karena alam merupakan jaminan hidup bagi manusia.

Jika ditarik dengan pandangan sosiologis akan bertemu dengan ”mind” dan ”matter” yang merupakan ”bipolar determinism”. Itulah pangkal perkembangan ilmu pengetahuan, merupakan kegiatan manusia sebagai sandaran utama untuk membentuk kehidupan sosial.

Ilmu pengetahuan itu ditinjau dari sudut pandang sosial-psikologi hanyalah perkembangan atau sublimasi dari rasa persaudaraan. Ilmu pengetahuan pada hakikatnya suatu wujud kerja jiwa manusia untuk melindungi sesama dari bencana dan mara bahaya serta untuk memberikan kebahagian dari kesejahteraan hidup bagi sesama umat manusia.

Dari beberapa pidato sambutan tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan sangat penting bagi kehidupan manusia. Menjadi kewajiban umat manusia untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Ketika membaca buku Laporan Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional Pertama 1958 jilid pertama yang diterbitkan Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Kementerian Penerangan niscaya dapat menyadarkan kita bahwa dalam memahami ilmu pengetahuan mencakup segala hal dalam kehidupan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 13 Februari 2024. Penulis adalah mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Kota Solo dan aktif di PMII)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya