SOLOPOS.COM - Ahmad Baihaqi (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Naturalisasi pemain sepak bola yang dilakukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam beberapa waktu terakhir begitu gencar. Proyek naturalisasi pemain ini berbeda dengan era sebelumnya karena untuk tim nasional semua kelompok umur.

Ketika mengingat beberapa tahun yang telah berlalu, kita diperkenalkan dengan pemain sepak bola Cristian Gonzales, Jhon van Beukering, Tonnie Cusell, Sergio van Dijk, Raphael Maitimo, dan Irfan Bachdim yang membela tim nasional Indonesia senior.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Para pemain hasil naturalisasi tersebut diharapkan bisa mengangkat prestasi tim nasional Indonesia. Mereka diharapkan menunjukkan kemampuan dan keterampilan yang lebih mumpuni dan membuat performa tim semakin baik.

Beberapa pemain yang dinaturalisasi memang memiliki kemampuan yang apik dan terlihat menonjol, namun ada sejumlah pemain naturalisasi lainnya yang justru tak lebih baik daripada pemain asli Indonesia.

Proyek naturalisasi itu pada akhirnya belum bisa memberikan prestasi bagi tim nasional Indonesia. Tim sepak bola Indonesia belum juga mampu menjuarai kompetisi sepak bola antarnegara Asia Tenggara, yakni Piala AFF yang dulu bernama Piala Tiger.

Prestasi terbaik tim Garuda dalam kejuaraan tersebut adalah menjadi runner up enam kali pada 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020. Meski gagal memberikan prestasi, proyek naturalisasi untuk tim nasional Indonesia tetap dilakukan.

Sejak tim nasional Indonesia dilatih Shin Tae-yong sejak Januari 2020, naturalisasi pemain bahkan dilakukan lebih gencar. Naturalisasi tak cuma untuk tim nasional Indonesia level senior.

Semua kelompok umur tim nasional Indonesia merasakan proyek naturalisasi tersebut. Skuad tim nasional Indonesia U-17 di Piala Dunia U-17 yang dilatih Bima Sakti terdapat tiga pemain keturunan asing, yaitu Ji Da Bin (pemain berdarah Indonesia-Korea Selatan), Welber Jardim (Indonesia-Brasil), dan Amar Rayhan Brkic (Indonesia-Jerman).

Di arena Piala Dunia U-17 ini Indonesia tampil cukup apik meski gagal lolos dari fase grup. Di tim nasional U-20 dan U-23 juga ada beberapa pemain naturalisasi, seperti Rafael Struijk, Ivar Jenner, Elkan Baggott, dan Shayne Pattynama.

Mereka juga membela tim nasional Indonesia senior bersama Jordi Amat dan Sandy Walsh. Proyek naturalisasi besar-besaran ini terlihat lebih menjanjikan dibandingkan dengan era sebelumnya.

PSSI lebih memilih menaturalisasi pemain muda ketimbang pemain yang sudah berusia 30 tahun atau lebih. Artinya, para pemain keturunan itu bisa membela tim nasional Indonesia dalam jangka waktu panjang.

Meskipun proyek naturalisasi kali ini dapat memberikan kontribusi positif bagi tim nasional, PSSI juga perlu menunjukkan keseriusan dalam pengembangan pemain muda. Jangan selalu mengandalkan naturalisasi dan menganggap itu sebagai solusi mutlak memajukan sepak bola Indonesia.

Naturalisasi harus dibarengi pengembangan pemain muda lokal yang baik. Pengembangan bisa dilakukan dengan memberikan wadah yang tepat bagi para pemain muda untuk mengasah skill seperti di akademi hingga kompetisi.

Di Indonesia, ada kompetisi Elite Pro Academy (EPA) yang merupakan kompetisi sepak bola untuk usia muda. Kompetisi ini mempertandingkan level U-16, U-18, dan U-20 yang diikuti oleh klub-klub di negeri ini.

Sayangnya kompetisi ini tak konsisten dalam semua kelompok umur. Pada tahun 2022, kompetisi ini tak berlanjut. Performa tim nasional Indonesia U-17 pada Piala Dunia 2023 seharusnya membuka mata PSSI untuk lebih serius mengembangkan para pemain muda.

Jadi bukan hanya naturalisasi yang menjadi solusi memajukan sepak bola nasional. Pengembangan pemain muda adalah investasi jangka panjang. Program pembinaan dan pengembangan bakat sejak usia dini menjadi fondasi penting dalam menciptakan basis pemain yang berkualitas.

Dengan fokus pada pemain muda, Indonesia dapat menciptakan fondasi yang kukuh untuk masa depan sepak bola nasional. Program pendidikan, akses terhadap fasilitas pelatihan yang baik, serta perhatian terhadap pengembangan teknik, taktik, dan aspek mental merupakan faktor-faktor penting dalam mendukung pertumbuhan pemain muda.

Investasi dalam liga dan kompetisi lokal juga dapat menjadi wadah yang baik untuk mengekspresikan dan mengasah bakat-bakat muda. Pengembangan pemain muda harus tetap menjadi fokus utama sambil tetap membuka pintu bagi naturalisasi pemain yang dapat memberikan kontribusi positif bagi tim nasional.

Bagaimanapun kombinasi antara pengalaman dan kualitas pemain naturalisasi dengan dedikasi dan bakat pemain muda lokal dapat membawa tim nasional Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 28 November 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya