SOLOPOS.COM - Ichwan Prasetyo (Istimewa/Dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO – Kita harus prihatin karena sedang dalam cuaca budaya politik dan sosial yang laksana matahari tertutup gerhana. Memang ada—bahkan banyak—yang tidak merasakan keprihatinan itu dan malah memanfaatkan situasi demi memenuhi ambisi berkuasa, ambisi pribadi, ambisi kelompok.

Itu makin menambah kelam cuaca budaya politik dan sosial kita. Wacana dan praksis membangun manusia Indonesia berkeadaban makin sering absen. Pada 2021, Microsoft memublikasikan hasil survei yang seharusnya menjadi tamparan bagi orang Indonesia yang sering bangga dengan keramahan dan kesantunan.

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Di dunia digital adab orang Indonesia terburuk di antara negara-negara di Asia Tenggara. Indeks keadaban digital itu hasil survei dengan 16.000 reponden di 32 negara. Apabila dibandingkan dengan negara-negara di luar Asia Tenggara, Indonesia masih di kuartil terbawah, peringkat ke-29 dari 32 negara.

Keadaban yang dimaksud adalah perilaku di dunia maya, di Internet, di media sosial, termasuk penyebaran berita bohong, ujaran kebencian, penipuan, diskriminasi, merusak reputasi orang lain, dan sejenisnya. Orang Indonesia miskin adab kala menggunakan Internet dan media sosial.

Kemunduran keadaban digital ini ketika dibandingkan dengan indeks pada 2016 paling banyak didorong oleh kalangan dewasa, berusia di atas 18 tahun. Pengguna Internet berusia 13 tahun hingga 17 tahun tidak berkontribusi pada kemunduran adab digital dalam rentang waktu lima tahun itu.

Remaja di tingkat global justru pendorong kenaikan positif keadaban digital. Apakah ini bayangan cermin keadaban di dunia nyata? Tampaknya demikian. Keadaban sering tidak selalu jelas artinya. Keadaban adalah kata yang taksa.

Dalam kehidupan sehari-hari keadaban dianggap sama dengan etiket, tata krama, sopan santun. Ini barangkali alasan banyak orang tak menggunakan lensa keadaban saat membahas kemerosotan moralitas publik dan moralitas politik, seperti di Indonesia hari-hari ini.

Adab dan keadaban dianggap hanya memperkarakan urusan kesopanan, padahal negeri ini sedang mengalami krisis: menjauh dari tujuan menyejahtetrakan rakyat. Banyak yang berpandangan dalam kondisi demikian kok malah mengurusi sopan santun.

Sesungguhnya itu hanya pengertian formal bahwa beradab adalah memiliki sopan santun. Kesopanan dalam kehidupan sehari-hari sering mengecoh. Banyak koruptor, pelanggar hak asasi manusia, pembunuh dan penculik, atau manipulator hukum demi kekuasana tampil dengan santun.

Menurut filsuf Karlina Supelli, makna substansial keadaban bisa kita peroleh dari kata turunannya, yaitu peradaban, yang menunjuk pola kehidupan masyarakat relatif maju atau sangat maju dalam beragam bidang, rohaniah maupun jasmaniah. Semua bidang kehidupan menunjukkan ciri-ciri yang canggih.

Keadaban bukan melulu etiket pergaulan. Keadaban menyangkut tata hidup bersama. Tolok ukurnya adalah warga dan pemimpin bertindak sesuai norma yang disepakati. Norma ada yang jadi hukum. Ada yang tetap menjadi kesepakatan sosial budaya.

Makna taksa atas keadaban ini membingungkan: sopan santu dalam pergaulan pribadi atau keadaban publik. Keadaban publik, keadaban dalam arti luas, itulah yang harus diperbincangkan hari-hari ini.

Ciri-ciri keadaban adalah, pertama, senantiasa mengedepankan sikap hormat terhadap kesetaraan, kebebasan orang lain, kebebasan berpendapoat, kebebasan beragama, dan kesetaraan hak-hak di muka hukum.

Kedua, toleransi terhadap yang berbeda. Ketiga, arif dalam arti penuh pertimbangan dalam berhadapan dengan berbagai gejala kehidupan. Di dalamnya terkandung etos bagi kehidupan bersama, yaitu jujur, kemanusiaan, menghormati kedaulatan hukum demi kehidupan bersama, bukan demi kehidupan sendiri dan keluarga.

Keadaban mudah disalahpahami karena mengandung ketegangan. Satu sisi, keadaban bergantung pada tafsir budaya dan sistem kebudayaan. Gratifikasi bisa saja dianggap warjar, padahal garis batas antara gratifikasi dan korupsi tidak jelas.

Di sisi lain, dalam perspektif Karlina, keadaban sebagai kepatuhan sosial budaya menuntut kelaziman tersebut untuk memenuhi tuntutan moral yang sifatnya universal. Keadaban berada di antara sosial budaya yang kontekstual dan tuntutan normatif yang sifatnya universal.

Keadaban politik bagian penting dari keadaban publik. Di situlah keadaban sebagai keutamaan, bukan sekadar kebiasaan atau perilaku. Politik miskin adab sangat jelas ketika politikus, elite negara, mengatakan berpolitik kok bicara etika, politik itu kepentingan dan kompromi, bukan urusan etika dan keadaban.

Dampak politik miskin adab kelihatan hari-hari ini. Korupsi, autokrasi, intimidasi, manipulasi hukum, dan sebagainya adalah dampak nyata politik nirkeadaban. Miskin adab merusak nalar publik. Nalar publik adalah penyeimbang antara yang baik dan yang buruk atas perkembangan kemaslahatan bersama.

Sastrawan besar Italia, Durante degli Alighieri (Dante Alighieri), memberikan gambaran kerusakan nalar publik, kesesatan nalar publik, yang merusak masyarakat, merusak peradaban, dalam Inferno yang merupakan bagian pertama dari Divina Commedia yang ditulis pada 1308.

Inferno menunjukkan dua ciri yang relevan dengan kehidupan kiwari: penurunan kepercayaan terhadap institusi dan otoritas dan fenomena ”masyarakat pasca-kebenaran.” Menurut Dante, mereka yang mempunyai otoritas tidak berarti dapat melakukan apa pun yang mereka suka.

Mereka harus memenuhi tugas yang diberikan kepada mereka dengan keseriusan dan tanpa pamrih. Dante percaya bahwa pada kekuatan besar (kekuasaan) ada tanggung jawab yang besar. Setiap orang yang diberi banyak akan dituntut banyak dan dari orang yang diberi banyak kepercayaan akan dituntut lebih banyak lagi.

Siapa pun yang merusak atau mendiskreditkan lembaga-lembaga yang mendukung masyarakat (merusak keadaban) berarti melakukan sesuatu yang sangat jahat. Lingkaran neraka bawah bagi mereka yang mengkhianati hal yang paling penting, termasuk mengkhianati keadaban publik.

Inferno dalam bahasa Italia berarti neraka. Inferno yang ditulis Dante menggambarkan visi tatkala berjalan-jalan di neraka. Di neraka bagian bawah banyak raja, pemimpin politik, dan pemuka agama.

Dante menempatkan para penasihat yang curang, orang-orang yang menjual jabatan politik demi uang, wartawan yang berbohong, dan para pemuka agama yang munafik dalam lingkaran neraka bagian bawah, dihukum lebih keras daripada pembunuh.



Pelajaran dari neraka Dante adalah banyak tindakan yang benar-benar jahat bukanlah tindakan yang menjadi berita utama. Kejahatan demikian dilakukan orang-orang yang mempunyai otoritas. Mereka menyalahgunakan hak istimewa mereka dan mengabaikan tanggung jawab mereka dengan cara yang tampaknya biasa-biasa saja.

Perhatian dan kecaman kita cenderung tertuju pada perbuatan salah yang tidak perlu dipermasalahkan lagi. Kita mudah menjadi mati rasa terhadap tindakan dan pola perilaku kecil yang, jika digabungkan, akan mencemari masyarakat kita (merusak keadaban publik).

Neraka Dante mewakili bentuk-bentuk korupsi yang dinormalisasi sedemikian rupa sehingga membantu kita mengenali warna aslinya. Orang baik secara moral tidak bisa menjadi warga negara yang baik di negara yang buruk.

Bagaimana cara keluar dari neraka Dante? Bagaimana membentuk manusia Indonesia yang berkedabanan dalam cuaca budaya seperti saat ini? Berkeadaban itu butuh pembiasaan. Seseorang menjadi adil bukan karena belajar konsep keadilan.

Orang menjadi adil karena terbiasa bertindak adil. Orang jujur karena terbiasa bertindak jujur. Inilah tantangan untuk keluar dari neraka Dante. Masyarakat sipil jadi aktor utama. Kekuatan civil society adalah pada kata-kata, pada pengetahuan. Civil society itulah penjaga keadaban publik, pencegah terperosok ke neraka Dante.

(Versi lebih singkat esai ini terbit di Harian Solopos edisi 22 Desember 2023. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya