SOLOPOS.COM - Bambang S. Pujantiyo (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Angkutan  umum yang sangat dikenal di Kota Solo adalah Batik Solo Trans atau biasa disingkat BST. Ini adalah angkutan umum massal di dalam kota yang cukup diandalkan di Kota Solo. Sampai saat ini melayani enam koridor dan didukung feeder teman BST sebagai pengumpan yang juga melayani enam koridor.

BST juga didukung 72 halte pemberhentian. Ditinjau dari sisi perbandingan dengan luas Kota Solo, seluruh koridor tersebut sebetulnya cukup memadai sebagai angkutan umum. Dalam rangka menarik minat dan membiasakan masyarakat menggunakan BST, pernah diterapkan subsidi tarif gratis.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Hal ini cukup ampuh sehingga terjadi peningkatan pengguna BST secara signifikan. Kondisi ini ternyata belum cukup ampuh mengatasi pertumbuhan penggunaan kendaraan pribadi, terutama mobil dan sepeda motor, yang masih banyak menimbulkan kemacetan lalu lintas di beberapa ruas jalan.

Dari sisi biaya, penggunaan kendaraan pribadi belum tentu lebih murah dibandingkan dengan menggunakan BST. Oleh karena itu, untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, sangat perlu optimalisasi pelayanan BST di Kota Solo.

Pelayanan angkutan umum di mana pun pada prinsipnya dibuat untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas. Apabila pelayanan angkutan umum tidak cukup memadai, muncul masalah meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi.

Ini yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Ini adalah masalah yang sangat mendasar dalam pengetahuan tentang transportasi. Dalam memberikan pelayanan angkutan umum, banyak faktor yang harus terpenuhi.

Ada enam aspek pelayanan yang harus dipenuhi angkutan umum, yaitu aspek keamanan, keterjangkauan, kesetaraan, kenyamanan, dan keteraturan. Aspek keterjangkauan adalah kemudahan akses bagi pengguna di setiap simpul.

Aspek kesetaraan adalah prioritas bagi penumpang lanjut usia atau ibu hamil. Kenyamanan mencakup kebersihan di dalam kendaraan. Aspek keteraturan adalah waktu tempuh yang pasti. Pemenuhan keamanan dan keselamatan, antara lain, adanya kamera CCTV di dalam unit angkutan umum serta adanya prosedur operasional standar keadaan darurat.

Secara keseluruhan sebetulnya angkutan umum BST sudah cukup memenuhi aspek-aspek tersebut. Khusus dalam aspek keterjangkauan atau kemudahan di setiap simpul, sepertinya masih dapat ditingkatkan secara optimal.

Dalam pengetahuan transportasi dikenal istilah pelayanan door to door yang merupakan prinsip dalam sistem pelayanan angkutan barang yang sangat efisien. Prinsip ini sangat penting untuk dipertimbangkan dalam pelayanan angkutan orang.

Prinsip ini menginterpretasikan bahwa simpul pergantian moda/transit seperti stasiun kereta rel listrik (KRL), terminal, dan halte bus bukan merupakan akhir perjalanan, tapi justru adalah kelanjutan dari perjalanan.

Prinsip pemilihan jenis moda angkutan umum sangat tergantung pada jumlah perjalanan yang ditimbulkan. Berdasarkan daya angkut, urutannya adalah heavy railway atau KRL (30.000-60.000 orang/jam), monorail (10.000-20.000 orang/jam), light railway (5.000-10.000 orang/jam), bus besar (3.000-5.000 orang/jam), dan bus kecil (kurang dari 3.000 orang/jam).

Prinsip ini juga menginterpretasikan sistem ketika moda angkutan yang kecil mendukung operasi angkutan yang lebih besar. Dengan demikian terbentuk suatu jaringan angkutan umum yang terintegrasi. Ini telah diakomodasi dan diterapkan di beberapa negara maju, seperti Jepang.

Kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa juga dikenal sebagai salah satu pusat industri kreatif dan sebagai tempat wisata budaya serta wisata kuliner. Menurut Dinas Perhubungan Kota Solo, berdasarkan data traffic counting 2021, lebih dari 500.000 kendaraan yang melintas di tujuh pintu masuk Kota Solo pada hari normal.

Jumlah tersebut bisa naik 15 kali lipat pada libur nasional atau momentum besar oleh banyaknya wisatawan dan menimbulkan kepadatan lalu lintas. Pertumbuhan kendaraan 4% per tahun memunculkan perkiraan lalu lintas akan stuck (berhenti total) pada 2030.

Pertimbangan

Keterbatasan anggaran pemerintah menyebabkan angkutan umum kapasitas besar seperti heavy railway/KRL belum dapat direalisasikan untuk dioperasikan di dalam kota. Pertumbuhan jalan raya tidak dapat mengikuti pertumbuhan kendaraan pribadi.

Dengan semua keterbatasan itu sangat penting untuk optimalisasi pelayanan angkutan umum yang sudah ada. Keberadaan enam koridor BST dan enam koridor teman BST, yang memiliki 72 halte, sebetulnya merupakan jaringan angkutan yang cukup memadai.

Sangat penting untuk meninjau tingkat kemudahan pada simpul transit seperti stasiun, terminal, dan halte. Khusus di halte BST seharusnya menjadi tempat perpindahan antarmoda untuk melanjutkan perjalanan, bukan tempat berakhirnya perjalanan.

Dalam isu pembangunan berkelanjutan, demi memberikan kemudahan untuk mendukung aspek ekonomi dan sosial, optimalisasi jaringan angkutan umum di Kota Solo menjadi salah satu faktor penting. Dalam mendukung aspek lingkungan, penggunanan kendaraan ramah lingkungan berbasis tenaga listrik perlu diprioritaskan.

Oleh karena itu, pemerintah maupun masyarakat selayaknya turut serta menciptakan kondisi ini. Pada saat ini pengembangan teknologi di lembaga riset dan di beberapa perguruan tinggi telah banyak menciptakan kendaraan bertenaga listrik. Pemanfaatannya menunggu antusiasme pemerintah dan masyarakat penggunanya.

Berdasarkan kondisi tersebut, saya mengusulkan gagasan mendasar sebagai bahan pertimbangan dalam optimalisasi BST di Kota Solo. Pertama, mengoptimalkan Jaringan BST. Membangun heavy railway/KRL untuk dioperasikan di dalam kota, lengkap dengan pendukungnya, yaitu BST dan angkutan kota lainnya, adalah rencana jangka panjang yang selayaknya dipertimbangkan.

Dalam jangka pendek, sangat penting untuk mengoptimalkan jaringan BST dan pendukungnya dengan prinsip pelayanan door-to-door. Ini mendorong terwujudnya suatu jaringan angkutan umum yang saling mendukung.

Pada simpul transit 72 halte harus menjadi titik transit kelanjutan perjalanan dan bukan titik akhir perjalanan. Diharapkan akan tercipta kemudahan bagi penggunanya dan pada kemudian hari simpul ini sangat penting karena tidak hanya merupakan simpul transit, tapi juga merupakan kawasan pertumbuhan komersial baru.

Kedua, menciptakan pergerakan eamah lingkungan. Dalam mendukung pembangunan berkelanjutan  jangka panjang, pemanfaatan KRL dalam kota merupakan moda angkutan umum ramah lingkungan, sedangkan jangka pendeknya adalah pemanfaatan kendaraan tenaga listrik di kawasan wisata dan sentra industri kreatif yang dapat diakses dengan BST.



(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 27 Juli 2023. Penulis adalah dosen di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas  Teknik, Universitas Sebelas Maret)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya