SOLOPOS.COM - Luthfiah Asih Azizah (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Duduk di bangku perkuliahan menjadi salah satu privilese atau hak istimewa setiap mahasiswa. Secara tidak langsung hal ini juga menjadi anugerah yang harus disyukuri. Tidak banyak orang dapat memiliki kesempatan merasakan suasana dunia perkuliahan.

Terlepas dari dampak baik atau buruk keseharian mahasiswa dalam lingkungan kampus tersebut, gaya hidup masa kini tentu tidak bisa lepas dari para mahasiswa. Mereak selalu mengikuti tren yang berubah setiap tahun.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Mode, style, atau fesyen (bahasa Inggris:  fashion) adalah gambaran estetis yang selalu ramai diperbincangkan pada zaman atau kurun waktu tertentu. Dalam lingkup kampus cara berpakaian telah menjadi tolok ukur seorang mahasiswa.

Hal ini tentu saja memberi dampak tersendiri dalam tuntutan gaya hidup. Walaupun demikian, tren saat ini sering dianggap sebagai ungkapan ekspresi diri yang aneh karena jangka waktunya yang selalu beralih lebih pendek dari musim.

Mode telah menjadi ciri khas yang didukung industri baik lokal maupun mancanegara terkait dengan pasar mode dan koleksi busana. Fesyen saat ini sangat erat kaitannya dengan outfit. Dua hal ini hampir tidak terpisahkan dan saling berkesinambungan.

Outfit dapat diartikan sebagai sesuatu yang dipakai guna menutupi bagian tubuh dengan beberapa perpaduan setelan. Pada umumnya hal ini telah tercermin nyata dalam diri setiap mahasiswa. Mereka menjadi lebih selektif dalam memilih outfit yang dipakai ketika akan pergi ke kampus.

Terbitlah istilah outfit of the day atau OOTD yang sudah tidak asing lagi terdengar di Indonesia, terutama di kalangan mahasiswa. OOTD sama saja halnya dengan memadupadankan setelan atas bawah yang akan dipakai dalam keseharian atau acara tertentu.

Dengan demikian, melakukan mix and match outfit secara tidak langsung dapat mewakili perasaan atau mood yang sedang dialami. Kepribadian seseorang juga dapat terlihat dari cara berpakaian, melalui warna dan model yang dipilih.

Contohnya seperti sebutan cewek mamba, cewek kue, dan cewek bumi yang akhir-akhir ini sedang ramai di media sosial. Awalnya tren ini ramai diperbincangkan ketika seorang pengguna akun Tiktok menjelaskan secara terperinci mengenai outfit cewek kue, cewek bumi, dan cewek mamba yang membuat banyak orang terpukau.

Kemudian banyak remaja terutama mahasiswa yang mulai ikut meniru apa maksud dari istilah-istilah tersebut. Cewek kue adalah perempuan yang mengenakan pakaian berwarna terang seperti merah muda, pastel, kuning, neon, dan limau agar terlihat seperti kue warna-warni.

Sebagian besar outfit mereka dilengkapi tas mini berwarna cerah dan juga didukung sandal yang tak kalah unik. Sedangakan cewek bumi adalah perempuan yang lebih menyukai warna yang netral. Pakaian yang digunakan mengarah ke warna kalem atau warna tanah.

Contohnya, cokelat, krem, sand, army, olive, dan warna-warna lembut lainnya. Cewek mamba adalah perempuan yang sering memakai pakaian serbahitam. Kesannya lebih percaya diri, simpel, elegan, dan lebih kukuh. Setelan yang biasa dipadukan adalah kemeja satin, boots, dan tentunya kacamata hitam.

Sebuah survei layanan konsumen berbasis digital di Indonesia pada 2022 mengemukakan fakta outfit hitam paling digemari dan banyak peminat. Peminatnya tidak lain dan tidak bukan adalah para remaja. Sebagian besar tentu mahasiswa.

Krisis Iklim

Mereka memilih style berpakaian yang kasual (68%) dan sederhana (73%). Pada sisi lain, sebagian perempuanm memilih gaya vintage sebagai yang paling banyak disukai, sementara gaya sporty lebih menjadi mayoritas pilihan mayoritas laki-laki

Tren mode di Indonesia dapat berkembang karena dorongan dari banyak faktor, yaitu media sosial, role model entertainment, dunia bisnis, dan bahkan Internet secar aumum. Pergantian tren fesyen setiap tahun atau bahkan bulan justru mengakibatkan beberapa mahasiswa menjadi konsumtif pada sandang atau outfit.

Tujuan mereka membeli dan memakai bukan lagi sekadar kebutuhan. Tidak juga sebagai kewajiban, melainkan hanya menjadi ajang adu atau berlomba outfit masa kini yang mengedepankan gengsi dan ego masing-masing. Tuntutan zaman telah meracuni pikiran banyak orang untuk berlomba-lomba menjadi yang paling trendi dan keren.

Ada banyak limbah pakaian di balik tren fashion glamor. Menurut data survei YouGov, 66% orang membuang setidaknya satu item pakaian per tahun, dan 25% lainnya membuang 10 item pakaian atau lebih.

Sedangkan menurut Industry Fashion Waste Statistics Edge Expo (2019), industri tekstil dan pakaian merupakan penyumbang limbah terbesar kedua di dunia setelah minyak.

Aliansi Mode Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan industri fashion global menghasilkan sampai 10% dari total emisi karbon dunia yang berkontribusi terhadap pergantian iklim.

Dampak dari efek tren mode tidak hanya terjadi pada lingkungan melainkani juga kesehatan. Seharusnya mahasiswa bijak dalam bertindak terlebih. Jangan sampai golongan terpelajar (mahasiswa) tidak mampu menempatkan diri dengan baik hanya karena terpengaruh tren mode dunia.

Membangun personality dengan berpakaian memang bagus, tetapi akan lebih baik lagi ketika memikirkan dampak yang terjadi secara menyeluruh dan tidak untuk kepentingan diri sendiri. Meskipun demikian, mengikuti perkembangan tren mode juga penting agar tidak tertinggal arus globalisasi dunia.

Mengedepankan nilai kesopanan, kenyamanan, dan menghindari perilaku konsumtif merupakan benteng pertahanan yang harus dibangun sejak dini dalam diri manusia, terutama kalangan mahasiswa sebagai kaum terpelajar.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 15 November 2022. Penulis adalah mahasiswa Program Studi Sastra Inggris Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya