SOLOPOS.COM - Penampilan gambar digital menyerupai manusia berlari seusai mematikan api kaldron pada penutupan Asian Games 2022 di Hangzhou Olympic Sports Centre Stadium, Hangzhou, China, Minggu (8/10/2023). (Antara/M. Risyal Hidayat)  

Asian Games di Hangzhou, China, telah berakhir. Indonesia gagal mencapai target mendapatkan 12 medali emas. Sisi pahit ini masih ditambah kegagalan di cabang olahraga favorit medali bagi Indonesia, seperti bulu tangkis.

Sisi manis yang mengemuka dari kontingen Indonesia di Asian Games Hangzhou adalah keberhasilan meraih medali emas dari cabang olahraga yang sejauh ini ”tak pernah dianggap” dan jauh dari ingar-bingar pembinaan dan pelatihan, seperti balap sepeda BMX dan panjat tebing.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Kontingen Indonesia menutup Asian Games Hangzhou dengan peroleh tujuh medali emas,11 medali perak, dan 18 medali perunggu. Dengan hasil tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke-13 klasemen akhir.

Kegagalan Indonesia mencapai target perolehan 12 medali emas di Asian Games Hangzhou harus segera menjadi bahan evaluasi. Evaluasi atas sistam pelatihan, pembinaan, dan pemantauan atlet.

Sistem pembinaan dan pelatihan harus disertai pemetaan yang konkret tentang penurunan prestasi di aneka cabang olahraga sekaligus peningkatan prestasi di aneka cabang olahraga yang lain.

Evaluasi total seluruh cabang olahraga yang diikuti Indonesia di Asian Games harus menjadi basis analisis mengapa di cabang tertentu meleset dari target dan di cabang lain mencapai atau melampaui target.

Seluruh pemangku kepentingan pembinaan dan pelatihan olahraga perstasi di Indonesia harus duduk bersama dan mencari solusi yang terbaik. Hasil di Asian Games Hangzhou bisa menjadi gambaran prospek Indonesia di Olimpiade Paris pada 26 Juli hingga 11 Agustus 2024.

Kegagalan Indonesia meraih medali emas di cabang olahraga yang diperlombakan di Asian Games Hangzhou dan akan diperlombakan pula di Olimpiade 2024 adalah peringatan keras untuk segera berbenah.

Indonesia mendapat banyak referensi dari Asian Games Hangzhou sebagai bahan evaluasi menuju Olimpiade Paris. Olimpiade 2024 tinggal satu tahun lagi dan kualifikasi sudah berjalan. Optimalisasi waktu yang tersisa untuk pembinaan dan pelatihan atlet menjadi satu-satunya pilihan bagi Indonesia.

Aspek pembinaan dan pelatihan perlu dievaluasi secara menyeluruh dan komprehensif. Cabang-cabang olahraga yang diperlombakan di olimpiade dan yang tidak, serta potensi di setiap cabang olahraga itu perlu dipetakan secara konkret, komprehensif, dan faktual.

Berbekal peta dan data itulah ”politik pembinaan dan pelatihan” olahraga prestasi nasional perlu dirumuskan. Rasanya model-model lama yang memberikan perhatian lebih pada cabang olahraga ”selebritas” dan mengabaikan cabang olahraga ”sepi” sudah tidak relevan lagi.

Semua cabang olahraga prestasi—dilombakan di olimpiade maupun yang tidak—perlu dikembangkan dan diberdayakan sehingga menghasilkan atlet-atlet berkualitas terbaik yang siap berlomba di kejuaraan atau kompetisi apa pun.

Tentu cabang-cabang olahraga yang dilombakan di olimpiade membutuhkan sistem pembinaan berjenjang yang terukur dengan evaluasi terus-menerus. Olimpiade—demikian juga kejuaraan lain seperti Asian Games—adalah perlombaan rutin yang meniscayakan program pembinaan dan pelatihan yang berkesinambungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya